Malang (마랑)

290 41 3
                                    

"Nak, makan dulu." Ucap Evi dari luar, sembari mengetuk kamar anaknya.

Mereka terbangun bersamaan. Mencuci muka bersama dan gosok gigi bersama. "Iih..." Ucap Mine menatap Suga yang masih menutup mata saat menggosok gigi bersama. Dia masih mengantuk berat. Suga hanya tersenyum menanggapinya, melanjutkan dengan terpaksa.

Sudah ada Saddam dan Jefri yang duduk. Suga keluar dengan Mine, masih terlihat pucat.

"Ye Jun kemana Kak?" Tanya Mine pada Jefri.

"Masih tidur, nanti saja Mama yang mandikan." Ucap Evi menggantikan Jefri. "Kalian sedang sakit, takutnya nanti Ye Jun ketularan. Kasihan kalau Ye Jun yang sakit. Kamu nanti pompa lagi ya." Mine dan Suga hanya mengangguk—mengerti, menyantap bubur buatan Evi yang masih terasa hambar untuk keduanya.

"Malam ini sudah takbiran, kalian harus cepat sembuh ya." Jefri menasihati.

"Kakak mau ke Milan?" Tanya Mine tiba-tiba.

"Hm, 4 hari setelah lebaran." Jawab Jefri santai. Mine mengangguki.

Di sela pembicaraan mereka, terlihat Suga yang tak berhenti menyamili krupuk di toples besar itu. Seperti sudah sembuh saja, padahal hidungnya masih terlihat merah karena tersumbat.

"Doyan apa lapar?" Lirih Mine pada suaminya.

"Mashisso, gwaja." Suga menganggap itu camilan.

Mine dan Suga kembali istirahat setelah sarapan. Sedangkan Jefri, Evi, Saddam, Ye Jun, dan Pak Mail yang baru saja datang membawa kambing-kambing kurban untuk diserahkan ke masjid dekat rumah. Sekalian memberi titipan zakat mal dari Suga dan Mine.

Mine masih terlihat lemas di ranjang itu, sedangkan Suga malah bermain laptopnya di sebelah Mine. Sebenarnya ia sedang bermain game dengan member BTS lain. Masih menggunakan selimut tebalnya dan menghisap vitamin C di mulutnya, Evi yang memberikannya. Sudah seperti ibu kandungnya, Mine dan Suga sama-sama dimanja oleh mertuanya.

"Yeobo, tolong minum." Ucap Mine membuka mata karena haus, Suga langsung mengambil air untuk Mine di atas nakas itu.

"Kamu masih demam?" Tanya Mine sembari memegang leher Suga. Suga menggelengkan kepala, karena ia merasa jauh lebih baik.

"Alhamdulillah." Syukur Mine suaminya sudah sembuh. Mine bahkan tak mengkhawatirkan dirinya sendiri. Mine kembali berbaring, matanya terasa berat, kepalanya pusing, demamnya juga tidak turun. Berbeda dengan Suga yang dapat sembuh dengan cepat. Suga masih fokus dengan laptopnya.

"Kamu juga harus sembuh, Yeobo." Suga tiba-tiba memegang tangan istrinya yang menganggur. Balasan senyum Mine yang juga menatap ponsel melegakan.

"Yeobo, ini tiba-tiba Dea chat, ingin pinjam uang untuk beli susu anak. Aku boleh beri ya?" Tanya Mine gugup, karena Mine baru pertama kali meminta tolong Suga untuk temannya. Dea, temannya tiba-tiba menghubungi Mine dan meminta tolong untuk meminjamkan uang. "Tujuh puluh lima ribu saja katanya, Yeobo." Lanjut Mine.

"Berikan saja. Jangan dipinjami, bilang padanya untuk tidak perlu mengembalikan. Lebihkan, Yeobo." Suga yang mendengar itu langsung berinisiatif. Tak pakai lama juga, Mine langsung mentransfer uangnya sesuai perintah suaminya.

Suga sangat ingat nama Dea, dia teman Mine yang saat itu belum hamil menyuruhnya untuk tes kesuburan pada Mine, yang menuduh istrinya tidak mumpuni untuk memiliki anak waktu itu. Tapi untuknya apa masalahnya membantu sesama manusia. Mine juga pasti sudah melupakannya.

Baru beberapa menit Mine tertidur lagi, pasti masih sakit dan butuh istirahat lebih. Mine bukan tipe yang mudah dendam tapi jika sudah ada yang melukai keluarganya dia akan ingat selalu pelakunya.

Mine~Suga | Fan-fictionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang