Jujur saja, tadi malam Suga tidak bisa memejamkan mata. Ia benar-benar tak bisa membiarkan Mine lepas dari pandangannya. Yang rencananya ia pergi untuk bekerja, tiba-tiba ia memutuskan mengambil cuti untuk sementara.
Ini masih dini hari, namun Suga hanya menatap Mine yang tertidur karena pengaruh obat. Kenapa Suga meminta suntikan obat tidur untuk Mine? Itu satu-satunya cara agar kejadian nekat tak terulang lagi. Agar Mine benar-benar istirahat, kondisi fisik dan pikirannya haru rehat sejenak. Sebenarnya suaminya sendiri tak tega melakukan itu. Namun kemarin malam adalah yang terburuk.
Hanya penyesalan Suga yang tersisa sekarang. Kata andai terus terngiang di telinganya. Matanya bahkan sudah berat dan sembab, tapi matanya tidak ingin menutup.
"Mianhaeyo, Yeobo." Ucap Suga sembari memeluk Mine dalam baringannya. Ia menangis di pelukan itu. Luka Mine adalah lukanya, sekalipun istrinya terluka Suga terluka ribuan kali lipat.Ia menenggelamkan wajahnya di ceruk leher Mine, mengecupi leher Mine yang penuh lebam bekas gigitan bajingan itu dan pipi Mine. Jika diingat dulu yang selalu marah jika Suga memberi kissmark di daerah yang bisa dilihat orang lain siapa lagi kalau bukan Mine. Sejak saat itu Suga tidak pernah melakukannya lagi. Namun justru laki-laki lain yang bukan siapa-siapa Mine menghancurkan pendirian Mine. Ingin sekali rasanya menghapus rasa sakit Mine, tapi Suga tak bisa.
Dalam hatinya terus berdoa, agar istrinya diberi kekuatan, agar istrinya dapat melupakan kejadian yang melukainya, agar istrinya bisa hidup normal tanpa trauma.
"Aku hanya ingin kamu bahagia, Yeobo." Bisik Suga. "Mian."
***
Dari kemarin malam hujan tidak berhenti. Begitu juga dengan tangisan laki-laki pujaan banyak wanita di seluruh dunia yang kini sudah memiliki tambatan hatinya.
Suga sedang menyiapkan sarapan untuk mereka berdua. Bagaimanapun kehidupan akan terus berlanjut. Suga terus menguatkan diri untuk Mine. Jika ia terus-menerus menangisi Mine, justru Mine yang akan lebih merasa bersalah. Ia tidak ingin Mine lebih terpuruk lagi karenanya.Pagi ini, entah, mungkin karena kejadian kemarin terasa berbeda. Apalagi jika melihat sofa itu. Membuat Suga membayangkan Mine yang kesakitan dan ketakutan.
Setelah memasak Suga menghubungi pengurus sampah untuk membuang sofa yang ada di ruang TV. Padahal sofa itu ia beli sejak akan menikah dengan Mine, karena memang niat untuk Mine. Namun, ia tidak ingin terus merasa tertekan dengan adanya sofa itu.
"Yeobo?" Suga yang hendak membangunkan Mine, dikejutkan dengan Mine yang tidak ada di ranjang. Ia telisik dan ternyata, Mine terduduk di lantai bersandarkan tepi ranjang. Dengan tatapan kosong dan air matanya terus meluruh. Rambut pendek yang terlihat tidak rata itu saksi bisu kejadian kemarin juga. Mine terus memeluk kakinya sebagai tumpuan. Gureum hanya menatap Mine, masih terlihat mengantuk.
"Yeobo, makanannya sudah siap. Kita makan ya. Pakai insulin dulu" Suga ikut duduk di lantai, samping Mine, hendak menyuntikkan insulin di perut Mine. Mine tidak menjawab hanya menatap sedih Suga sembari menggelengkan kepala—tidak mau.
"Wae?" Ucap Suga lembut. "Baiklah, kita makannya nanti saja." Suga mengambil pundak Mine untuk dirangkul. Memberikan harapan untuk Mine. Mine menjatuhkan kepalanya di pundak Suga. Air matanya semakin deras.
"Bunuh aku, Yeobo." Lirih Mine saat merasakan Suga menepuk-nepuk kecil lengannya guna memberi ketenangan. Lagi dan lagi kalimat yang tak ingin Suga dengar dari mulut Mine. "Sudah tidak ada lagi alasan aku untuk hidup."
"Hajima, Yeobo. Allah masih bersama kita. Kamu ingin meninggalkanku? Kamu tidak sayang aku? Hajima." Bahkan air mata Suga sudah kering. Tirai kamar mereka sudah terbuka memberikan cahaya matahari yang membuat mereka bisa menatap keluar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mine~Suga | Fan-fiction
Fanfic⛔tolong jangan plagiat!!!!!! Saat dunia ini benar-benar misteri dan penuh rahasia Illahi. Seorang muslimah di negeri orang dipertemukan oleh seseorang yang selama ini ia kagumi dibalik layar kaca. Dipertemukan di suatu kesempatan yang penuh hal ta...