Udara sejuk Jeju sangat cocok untuk keluarga itu, ini hari kedua mereka di sana. Setelah melewati semua hal-hal menyulitkan. Penyembuhan dibutuhkan untuk jiwa mereka. Jiwa yang sehat juga ada tubuh yang kuat.Mine masih belum tahu apa yang ia lakukan selanjutnya jika Suga sudah kembali untuk tour. Ia bisa saja bekerja lagi, tapi ia tidak ingin kejadian kemarin terulang. Memang yang benar adalah perempuan di rumah, itu sudah kewajibannya. Meskipun Suga sudah mengizinkannya lagi untuk bekerja, ia merasa itu bukan keputusan yang baik kali ini. Suga pasti akan tetap mengkhawatirkannya.
Mine masih menikmati suasana pantai di hadapannya. Ini kali pertamanya ke Pulau Jeju, dan ini sungguh menyenangkan apalagi bersama suami dan keluarganya.
Aroma laut membuatnya merasa bebas, suara deburan ombak membantu penyembuhannya. Melihat Suga dan Saddam bermain membuatnya ikut bahagia. Lagi-lagi ia teringat Min Min, coba saja jika Min Min masih bisa bertahan mungkin harapan masih ada.
Sekelibat ingatan itu muncul, Mine berusaha mengendalikannya. Ia tidak ingin lari dari kondisi ini, lebih tepatnya ia ingin mencoba lebih menerima dan mengikhlaskannya.
Helaan nafas panjang itu sedikit melegakan hati Mine. Sedikit demi sedikit ia ingin jiwanya kembali normal. Ia tidak akan melupakan Min Min apapun yang terjadi, meskipun belum lahir dan tidak akan pernah lahir, Min Min tetaplah calon anak laki-lakinya.
Jefri menghampiri Mine yang dari tadi termenung duduk di pinggir pantai.
"Bagaimana keadaanmu?""Lebih bisa menerima, Kak." Jawaban dengan senyum tulus.
"Mine, kakak tahu kepergian Min Min itu sulit, bukan? Tentunya untukmu." Mine menganggukkan kepala. "Selain kamu, ada laki-laki yang harus tersenyum untuk menguatkanmu, meskipun rasa sedihnya sama denganmu." Jefri memandang Suga dari kejauhan. Ia ingin Mine untuk memperhatikan Suga lebih lagi, laki-laki yang terlihat kuat di luar sebenarnya rapuh di dalam. Mine ikut memandang Suga, Jefri sebenarnya tidak ingin mengatakan ini sebelumnya, karena Suga telah memperingatkan. Tapi ia tidak bisa membiarkan adik iparnya menderita hanya untuk menghibur Mine.
"Ia terlihat kuat bukan? Apalagi saat di panggung dan menghadapi hatersnya. Tapi asal kamu tahu, Mine. Dia sangat rapuh, ia butuh pengertian dan kasih sayang lebih darimu. Saling menguatkanlah kalian, hidup ini memang sulit. Kakak yakin adikku ini tidak akan lupa kewajibannya." Jefri mengacak lembut puncak kepala Mine yang tertutup hijab.
Mine tersadar, apa yang dikatakan Jefri tidak pernah terpikirkan olehnya. Suga juga menderita selama ini, bahkan lebih berat darinya. Suga bukan orang pandai mengekspresikan perasaannya, apalagi di depan Mine.
Suga cuti tour untuk istirahat dan berbahagia akan apa yang ia kerjakan. Tapi Mine merasa telah memperburuk masa istirahat Suga, mulai ia datang pun Mine tidak dapat menyambutnya, sampai kejadian Min Min pun ia tidak pernah memikirkan bahwa Suga lebih lelah darinya.
***
"Yeobo?" Suga menghampiri istrinya. Matahari sudah mulai terbenam, keluarga Mine sudah masuk untuk istirahat. Hanya Mine yang masih setia dengan langit oranye itu. Panggilan itu menbuatnya menoleh, ia mulai bangkit untuk menghampiri Suga.
Ia berlari menghampiri Suga yang juga menghampirinya dengan langkah ringan. "Jeoshimhae!" Teriak khawatir Suga.
Pelukan itu mendarat pada tempatnya, membuat tubuh Suga sedikit terdorong ke belakang. Ia ingin memeluk Suga lebih dari biasanya. Suga membalas pelukan hangat itu, romantisme kental di sana.
"Ada apa?" Tanya Suga-heran.
"Mian." Hanya kata itu yang dapat ia ucapkan.
"Wae?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Mine~Suga | Fan-fiction
Fanfiction⛔tolong jangan plagiat!!!!!! Saat dunia ini benar-benar misteri dan penuh rahasia Illahi. Seorang muslimah di negeri orang dipertemukan oleh seseorang yang selama ini ia kagumi dibalik layar kaca. Dipertemukan di suatu kesempatan yang penuh hal ta...