Dinner (저녁)

447 44 6
                                    

***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

Entah kenapa pagi ini Mine terlihat tak bersemangat. Setelah kemarin malam menangis keras masih terlihat wajah sembab Mine yang sedang di kamar mandi menatap cermin.

Kamar mandi itu terbuka dan Suga dapat melihatnya dari pantulan cermin, Mine terlihat sedih dan memegangi perut ratanya yang kaosnya ia naikkan. Menatap sedih sembari mengelusi perutnya dari cermin besar itu.

Wajah sedih tercetak jelas dari Mine, entah apa yang ia pikirkan dari tadi malam. Suga juga berpikir keras apakah Mine masih belum menerima kehamilannya? Apakah ia harus merelakan istrinya aborsi? Tapi bukankah janin itu yang ia harapkan selama ini?

"Ada yang kamu pikirkan?" Suga masuk kamar mandi memeluk Mine dari belakang. Melingkarkan tangannya di perut Mine. Menjatuhkan dagunya di bahu Mine.

"Apakah dia sungguh bisa merasakan apa yang aku rasakan?" Mine menatap Suga melalui cermin.

"Tentu saja, Yeobo." Suga mengelusi perut Mine.

"Apakah dia bisa merasakan aku takut kehilangannya?" Mata Mine mulai berkaca-kaca.

"Tentu. Sudah jangan banyak pikiran, ya." Suga mengecup pipi Mine.

"Kenapa aku masih belum yakin dia akan bertahan, Yeobo. Atau mungkin aku yang tidak bisa bertahan. Aku takut menyakiti perasaannya." Ucap Mine khawatir. Bulir air mata sudah menampakkan diri sedari tadi.

"Berdoa, Yeobo. Minta pada Allah untuk melindunginya. Berpikirlah positif, tidak baik memikirkan dugaan yang buruk. Geogjeonghaeyo." Suga memberi Mine pengertian.

"Mianhae." Mine membalikkan badannya dan memeluk Suga.

"Tidak ada yang perlu dimaafkan. Jangan terlalu mudah mengatakan maaf, kamu tidak salah. Uri Mine hebat, istriku paling hebat, kamu paling kuat. Semangat ya. Halsuisseo. Aku akan selalu berjalan bersamamu." Suga tidak ingin Mine berkecil hati.

Suga berangkat kerja dengan perasaan bingung. Namun tidak ia tunjukkan di depan Mine. Mine yang kemarin pagi terlihat semangat, tak ada angin tak ada hujan malam hari tiba-tiba menangis dan merasa bersalah dan tak berguna. Pagi ini perasaannya juga sepertinya penuh kekhawatiran.

Apa yang bisa membuat Mine ceria lagi? Apakah ia terlalu memaksa istrinya aborsi?

***

Hari ini Suga memutuskan pulang lebih awal, ia izin setengah hari untuk mencari kado untuk Mine. Suga mencoba menghibur Mine. Ia tak tahu harus bagaimana memberi semangat istrinya.

Ia memberanikan diri pergi ke departemen store sendiri untuk membelikan Mine baju ibu hamil. Ia tak tahu ini keputusan yang benar atau salah. Tapi setidaknya ia sudah berusaha. Sendirian tanpa bodyguard dan hanya mengandalkan ballcapnya untuk menghindari paparazi. Apalagi ke dalam hanya untuk mencari baju perempuan. Ia tak peduli itu. Ia hanya ingin menjadi suami yang baik.

Mine~Suga | Fan-fictionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang