Go Home (집에가)

706 81 0
                                    

Suga sudah sampai di Korea. Begitu juga dengan semua anggota BTS. Banyak para paparazi atau wartawan yang sudah menunggu kepulangan mereka. BTS yang biasanya menikmati sesi foto di bandara, kali ini mereka sama sekali tidak berhenti. Mereka langsung pergi menuju mobil masing-masing, dan dipimpin oleh Suga yang jalan lebih cepat dari yang lainnya.

Selain mengambil gambar, banyak dari wartawan yang menanyakan perihal istrinya Suga dan sasaeng fans. Tapi tidak ada satu pertanyaan pun yang Suga atau member lain jawab, meskipun mereka rela desak-desakan dan berlari untuk mendapatkan jawaban dan hasilnya nihil.
Mereka tahu, media terkadang suka melebih-lebihkan fakta, dan terkadang juga mengurangi yang seharusnya sudah benar.

Mereka kembali ke rumah masing-masing. Banyak wartawan kecewa atas perubahan BTS kali ini, justru hal ini yang menjadi bahan artikel mereka, tentang kesombongan BTS yang tidak lagi menyapa wartawan.
Mungkin BTS sendiri akan bersifat bodoh amat, namun Bighit Entertainment tidak akan membiarkan nama artis mereka tercemar.

***

Suga sudah sampai di apartemennya. Ia masuk dan melihat ada sepatu ibu dan kakaknya, Geum Jae.

"Eomma, Hyung." Suga masuk
dengan kopernya.

"Yoon-gi, kamu sudah pulang?" Eommanya menghampiri. Geum Jae juga ikut menyambut adiknya.

"Mine mana, Eomma?" Suga bertanya tanpa menjawab ibunya.

"Dia di kamar. Dia belum siuman dari kemarin." Suga masuk kamarnya, ia menutup pintunya. Ia membutuhkan tempat privasi.

Melihat Mine dengan selang menancap di punggung tangannya dan pompa insulin di perutnya yang mulai membuncit itu. Rasanya Suga seperti dihujami oleh pisau.

"Mianhae, Yeobo." Suga mengenggam erat tangan istrinya. Mata Mine masih rapat. Ia masih belum bisa memaafkan dirinya sendiri.

"Yoon-gi, makanlah dulu." Geum Jae memanggilnya dari luar.

"Ne, Hyung." Suga menghapus air matanya kasar. Ia keluar membiarkan Mine istirahat.

Ia sudah disuguhkan oleh masakan ibunya di meja makan. Suga tidak bisa menyembunyikan wajah sedihnya.

"Ada masalah apa sampai kondisi Mine drop seperti sekarang?" Ibunya memulai.

"Aku melarangnya bekerja, atas saran dokter Eomma. Sebenarnya, bimbang untukku melarangnya, saat dia sudah memberikan surat pengunduran diri aku malah mengizinkannya lagi. Aku memang plinplan, dia juga berkata selama ini ia menuruti semua yang aku perintahkan, Mine tidak dapat melakukan apa yang ia inginkan." Suga menceritakan dengan wajah menyesal. Memandangi makanannya.

"Bukan karena Eomma ingin ikut campur masalah rumah tanggamu, Yoongi-ah. Tapi jika Eomma boleh saran, sekali-kali tanyalah pada Mine apa maunya. Buatlah dia hidup nyaman bersamamu, sesuatu yang dikekang terlalu kuat itu akan mudah lepas. Kamu laki-laki Yoon-gi, yang seharusnya mengerti perempuan. Apalagi Mine sekarang sedang hamil. Tidak mudah untuk menghadapi masalah yang dialaminya. Sudah sekarang makanlah." Suga baru menyantapnya, sedangkan Geum Jae sudah habis.

"Gamsaheyo Eomma, Hyung." Suga berterima kasih.

***

Ibu Suga dan Geum Jae sudah pulang karena mengetahui Suga sudah bersama Mine kali ini.
"Yeobo, aku sudah pulang, il-eonabwa." Suga membisikkan hal itu.

Suga sudah berbaring di samping Mine bersiap untuk tidur. "Yeobo..." Satu kata yang membuat Suga melihat istrinya. Mata Mine sudah bersiap membuka.

"Yeobo, kamu sudah bangun?" Mine mulai mendudukkan diri dibantu Suga.

Mine memeluk Suga erat masih dengan infus ditangannya dan insulin itu. "Mianhae, Yeobo." Mine memeluk karena ia merasa telah menyalahi aturan sebagai istri. Mine mulai menangis sesenggukan.

"Gwenchana, aku yang seharusnya minta maaf, uljima, Yeobo." Suga membalas peluk itu hangat, peluk yang berarti kerinduan, sayang, permintaan maaf, dan cinta.

"Bogosipeoyo, Yeobo." Lirih Mine masih memeluk Suga.

"Nado." Suga juga senang Mine sudah bangun, ia merindukan aroma harum dari Mine ini.

"Aku takut kamu marah lagi." Mine-dalam peluknya, ia masih menangis.

"Aniya. Uljima." Suga.

***

Setelah tangis mereka reda, Mine yang masih belum pulih dan Suga yang terlihat lelah sedang menikmati baringan mereka. Mereka sedang menonton film lewat proyektor yang ada. Selama ini, bahkan mereka jarang menikmati quality time bersama. Mereka sibuk dengan pekerjaannya masing-masing. Mine sekarang sedang menyandarkan kepalanya di dada Suga yang setengah duduk.

"Bagaimana Min Min?" Suga mengelus perut Mine.

"Aku tidak tahu mengapa aku jarang sekali merasakan mual atau muntah akhir-akhir ini, ia juga tidak seaktif awal-awal bulan. Aku kira itu gejala berkala, tapi aku tidak yakin, Yeobo. Kadang kala juga perutku terasa sakit sekali. Aku juga belum USG untuk mengetahui kelaminnya." Mine merasakan ada yang aneh dengan kandungannya.

"Mau periksa denganku, besok?" Suga menawarkan.

"Kamu tidak sibuk?" Mine tidak ingin membuat Suga lebih sibuk lagi.

"2 minggu kedepan aku libur." Suga menatap layar putih yang menampilkan film favoritnya.

"Mianhae, karena telah melarangmu be..."

"Sekarang, aku tahu kenapa kamu melarangku. Gwenchana." Mine memotong.

"Aku tidak sabar besok, karena selama ini aku tidak pernah menemanimu ke dokter kandungan." Suga terlihat bersemangat.

"Adakah hal yang ingin kamu lakukan denganku?" Suga ingin tahu.

"Aku?"

"Hm..."

"Aku ingin sekali berdua saja denganmu, menikmati waktu bersama, dimana pun itu, tapi sepertinya tidak bisa. Karena aku tahu, kamu sibuk dan aku tahu mungkin aku dapat mengundang banyak masalah jika aku selalu di dekatmu, Yeobo." Mine berusaha melihat sudut pandang orang yang membencinya.

Suga berpikir bahwa keinginan Mine sederhana, tapi ia juga merasa itu memang sulit dilakukan. Ia tidak ingin Mine terlukai oleh mereka yang membencinya. Mine yang akan dalam bahaya, bukan dirinya.

"Kadang kala kita harus berani menghadapi sesuatu karena keadaan, Yeobo. Mungkin ada banyak di luar sana yang membenciku atau bahkan membencimu, tapi ingatlah aku tidak akan pernah sekalipun membenci bagian dari tulang rusukku sendiri. Aku sangat membenci diriku sendiri saat kamu menangis karenaku, Yeobo. Seperti aku melukai diriku sendiri." Suga berbicara dengan tulus.

"Saranghae." Mine mengecup pipi Suga.

"Nado." Suga balik mengecup dahi Mine.

"Apakah BTS baik-baik saja?" Jiwa Armynya masih belum hilang.

"Ne." Suga menjawab.

"Apakah Army lain tidak melempari kalian dengan barang-barang yang membuat kalian sakit?" Mine masih merasa bersalah, karena ia yang membuat BTS harus tersandung rumor yang sekarang masih mempengaruhi mereka.

"Aniyo."

"Alhamdulillah." Syukur Mine. "Yeobo, lututmu kenapa?" Mine bangkit ke arah Suga yang mengenakan celana pendek, dan menampakkan lututnya yang membiru.

"Gwenchana." Suga menaikan selimutnya, guna menutupi kakinya.

"Ahn-gwencahana." Mine membalas Suga.

"Gwenchana, itu hanya salah gerakan koreo saja. Aku sudah mengobatinya, nanti juga sembuh. Sudahlah, aku masih ingin memelukmu." Suga menarik Mine ke dekapannya lagi.

"Ahn-gwenchana, aku yang merasa tidak baik-baik saja melihatmu seperti ini. Aku sudah bilang jangan cedera, kan?" Omel Mine dalam dekapan Suga.

"Itu bukan cedera, dan bukan aku yang minta itu."

"Lalu siapa yang menggerakkan kakimu?"

"Itu takdir, Yeobo." Suga mempoutkan bibir Mine. Ia gemas kepada Mine yang sepertinya berat badannya naik dan tambah chubby.

***

Mine~Suga | Fan-fictionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang