Sinar matahari mulai memasuki celah-celah tirai di kamar itu. Membuat tidur Suga terusik, ia tidak merasakan keberadaan Mine di sampingnya. Suga langsung membuka matanya. Ia mulai mengelilingi rumah mencari Mine. Di kamar mandi, di dapur, di balkon, di studio, dan di semua bagian rumah itu Mine tidak ada.
Suga mulai khawatir, Mine jarang sekali keluar pagi sebelum ia bangun. Suga langsung menghubungi Mine, dengan meminum seteguk air dingin dari kulkas yang sudah menjadi rutinitas. Mine sangat lama mengangkat telpon Suga membuatnya lebih khawatir lagi.
Saat Mine mengangkatnya, Suga dengan cepat bertanya, "Dimana?" Mine menjawab namun terdengar tak bersemangat dengan telpon itu.
"Di panti." Mine menjawab masih dengan membantu anak panti menjemur pakaian mereka.
Panti inilah yang selalu Mine kunjungi saat ia kesepian. Sejak hamil Seori rutinitas Mine ke panti berkurang. Apalagi Suga benar-benar overprotective kepada Mine.
"Kamu menyetir sendiri?" Suga khawatir.
"Anieyo, aku naik taxi. Sarapannya sudah aku taruh di microwave. Aku pulang sore. Hati-hati di jalan." Mine.
"Nanti aku jemput ya?" Suga menawarkan sekaligus membujuk Mine.
"Anieyo. Aku bisa pulang sendiri." Mine ingin melakukannya sendiri. Suga terdiam, ia tahu mungkin Mine butuh waktu sendiri sekarang. Mine masih takut Suga akan kelelahan karenanya
"Ne, josimhae." Balas Suga terdengar canggung. Mine terdengar masih kesal.
***
"Eonnie, biar Tae Ri saja yang melanjutkan." Tae Ri, gadis tertua di panti ini. Dia baru masuk SMA tahun ini, Tae Ri bisa dikatakan dekat dengan Mine. Meskipun Mine orang baru saat itu, Tae Ri melihat Mine seperti kakaknya sendiri sejak awal Mine rutin ke panti itu. Biarawati di sana juga sangat ramah dengan Mine.
"Gwenchana. Kita lakukan bersama." Ucap Mine ramah.
"Eonnie sedang hamil, suami Eonnie pasti akan marah jika tahu Eonnie seperti sekarang." Tae Ri berusaha mengerti kondisi Mine dan Suga. Tak ada yang tahu jika suami Mine adalah Suga, bukan karena ingin menutup-nutupi, tapi Suga setiap ke panti memang tidak mau ikut keluar dari mobil.
"Ani." Mine mantap menjawabnya. "Tae Ri-ah, kamu harus belajar sungguh-sungguh, ne. Eonnie akan usahakan untuk membantumu sampai kamu mendapatkan pekerjaan. Agar nanti kamu bisa merawat adik-adikmu yang lain. Apalagi kalau nanti Eonnie sudah tidak ada. Kamu bisa menggantikan Eonnie, Su-nyeo juga tidak akan selamanya bersama kita, bukan?" Mine menasihati sembari masih menjemur pakaian.
"Ne, Eonnie." Tae Ri terlihat ramah.
"Ingin jadi apa?" Mine penasaran tentang cita-cita Tae Ri. Mereka berjalan beriringan setelah selesai menjemur.
"Aku ingin jadi seperti Eonnie. Yang selalu baik dengan semua orang, mandiri, dan pintar. Meskipun orang tuaku sudah tidak ada, tapi aku ingin melihatkan pada mereka bahwa aku baik-baik saja disini, bersama Eonnie dan lainnya." Ucapan Tae Ri membuat Mine terharu. Mine meletakkan embernya dan memeluk Tae Ri.
"Eonnie akan berusaha selalu bersama kalian. Maafkan Eonnie yang akhir-akhir ini jarang mengunjungi kalian." Mine melepas pelukannya.
***
Sepulangnya dari panti. Entah karena apa, Mine memutuskan untuk pergi ke penjara dimana Oh Na ditahan. Mine berniat menemuinya bukan karena ingin menghina Oh Na. Ia melakukannya sebagai perempuan yang masih punya hati nurani. Dengan makanan yang ia buat di panti tadi. Ia datang bersama pengacaranya.
Mine hanya ingin tahu motif Oh Na melukainya itu apa. Setidaknya ia bisa perbaiki jika ada kesalahan yang menyakiti hati orang lain. Ia tahu perasaan Oh Na sebagai perempuan pasti banyak berharap terhadap Suga. Apalagi Suga pernah menaruh hati di perempuan itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mine~Suga | Fan-fiction
Fanfic⛔tolong jangan plagiat!!!!!! Saat dunia ini benar-benar misteri dan penuh rahasia Illahi. Seorang muslimah di negeri orang dipertemukan oleh seseorang yang selama ini ia kagumi dibalik layar kaca. Dipertemukan di suatu kesempatan yang penuh hal ta...