Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Jihyo bisa melihat Jungkook tengah berciuman dengan seorang jalang di dalam ruangan kerja kekasihnya ini. Hatinya jelas sakit menyaksikan ini, berdiri di ambang pintu memilih mengintip dari celah kecil. Padahal niatnya tadi datang ke kantor Jungkook ingin memberikan bekal siang pria itu, naasnya dirinya malah mendapatkan pemandangan menyakitkan ini.
Jihyo tidak tahan kepedihan hatinya ini, ia langsung membuka lebar pintu itu dengan keras hingga berbunyi menghentikan kegiatan menjijikan kedua orang itu.
Jihyo berjalan masuk penuh amarah, ia langsung melempar sebuah amplop coklat dengan berisi beberapa lembar uang ke hadapan jalan yang masih duduk di pangkuan Jungkook.
"Pergi! Menyingkirlah dari kehidupan Jungkook!"
Setelah kejadian ribut beberapa menit lalu, mereka kemudian duduk berdua di sebuah café untuk menenangkan diri masing-masing.
"Apa yang membawamu kemari?" Jungkook bertanya menyesap kopi panasnya tanpa mau menatap sang kekasih yang duduk di depannya ini.
Lamunan Jihyo tersadar. Ia berusaha tersenyum walau hatinya benar-benar rapuh sejak kejadian beberapa jam lalu.
"Aku membawa bekal makanan siangmu. Kau pasti lupa makan, kan?" Jihyo tetap tersenyum walau tangannya kembali bergetar. Bahkan Jihyo juga lupa bahwa ia sempat mengonsumsi kapsulnya di kamar mandi beberapa menit lalu.
Jungkook tetap malas menatap Jihyo, ia lebih memandang ke sudut kosong di cafe sepi ini.
Sementara Jihyo, perasaannya mulai tidak enak. Bola matanya kembali menatap Jungkook.
"Jungkook, aku pikir perkataanmu kemarin benar. Mungkin aku terlalu obsesi denganmu. Tapi aku sungguh merasakan jatuh cinta padamu. Ntah benar atau tidak. Sekarang, aku ingin menghentikan obsesiku ini—"
"—Mulai sekarang aku melepaskan semuanya, semoga kau bahagia dengan pilihanmu Jungkook." Sambung Jihyo seraya melepaskan cincin pemberian Jungkook sewaktu hari pertama mereka berpacaran.
Pandangan Jungkook langsung tertuju pada Jihyo seketika. Ia tertegun ketika menyadari hatinya mulai kosong seiring langkah kecil itu meninggalkannya di tempat ini sendirian.
