Sebelah Mata, 2014. Binar Anjani
"Iya silahkan. Tidak usah menunduk untuk mencari perhatian orang sekitar. Kesannya saya yang paling kejam memarahi orang yang hendak beribadah."
Perkataannya yang menuduhku tengah mencari perhatian itu masih terngiang-ngiang di telingaku hingga kini. Pukul setengah sebelas aku pulang ke desaku dengan ikut rombongan 'mereka' tentunya. Para tentara yang tadi turut membantu untuk merujuk Reno ke rumah sakit.
Bang Adin membantuku untuk turun dari mobil. Takutnya bila aku setengah mengantuk dan jatuh ketika turun dari bagian belakang mobil terbuka ini. Hawa dingin dua kali lipat kurasakan dari pada duduk di dalam mobil tadi.
"Anjani?"
"Ya, Bang?" Kutatap wajah lelah Bang Adin. Lelaki yang selalu baik dan peduli denganku.
"Kamu tunggu di sini, Abang ambil jaket dulu. Setelah itu Abang antar pulang," katanya begitu peduli. Mengingat kami semua turun di depan rumah tinggal mereka. Aku kira akan pulang seorang diri malam-malam begini. Nyatanya tidak..
Hanya kuulas senyum saja. Sembari mendudukkan diriku di teras rumah bercat hijau ini.
"Loh!? Anjani, masih di sini?" tegur Bang Feri yang sepertinya baru saja menginjakkan kaki di rumah ini.
"Iya Bang. Nunggu Bang Adin," jawabku jujur.
Belum sempat Bang Feri kembali berkata. Mereka berdua memperbincangkan suatu hal yang aku sendiri tidak tahu. Mungkin privasi mereka. Aku masih duduk di kursi kayu ini. Sesekali kugosokkan kedua telapak tanganku demi menikmati sepercik kehangatan. Dingin sekali..
Tatapanku kemudian bertubrukan dengan Bang Alwi. Ya, lelaki itu baru saja membantu rekannya untuk memarkirkan rapih kendaraan yang dibawa dari kota itu. Mungkin esok, kendaraan itu sudah kembali ke asalnya.
"Alwi! Sini, Dik!"
"Siap, Bang."
"Kamu antar Anjani pulang. Sudah malam. Bang Adin ada perlu sama Abang."
"Siap, Bang."
Seketika aku dan dia bertatapan. Kedua bola mata kami membulat sempurna. Bang Adin mendekat kepadaku. Mengalungkan jaket yang ia ambil dari dalam rumah ini. "Bang.."
"Kamu pulang diantar Alwi saja, ya? Abang ada urusan mendadak dengan komandan."
Bila sudah begini aku bisa apa? Kami pun beranjak dari sana.
Pertama-tama, aku tak mau menoleh ke belakang meskipun aku tahu ia masih setia mengantarkanku hingga depan rumah nantinya. Ya, bagaimana bisa ia menolak perintah yang turun langsung dari komandannya--Bang Feri. Sebatas loyalitas. Aku tahu.. hatinya mungkin berontak dan tak ikhlas melakukan ini.
Tak ada perbincangan apapun selama perjalanan menuju rumahku ini. Entah mengapa kurasa jarak rumahku yang biasanya tak sejauh sekarang ini, kini bertambah sepuluh kilo meter rasanya. Kakiku sudah lelah melangkah. Kuyakin, wajahku pucat. Karena seharian ini aku pun hanya makan sarapan tadi pagi. Bahkan mendengar kabar Reno dirujuk membuatku tak melanjutkan aksi makan siangku.
Aku menghela napas cukup keras.
"Kenapa? Berani pulang sendiri?" katanya yang memecah keheningan malam ini. Aku yakin, lelaki yang tengah jalan di belakangku ini membuka suara karena helaan napasku yang mengganggu pendengarannya.
"Berani kok, Bang. Kalau Abang mau balik, silahkan.."
"Mana bisa begitu? Saya mengantarkan kamu pulang juga karena perintah Bang Feri. Kamu tuli tadi?"
![](https://img.wattpad.com/cover/232445477-288-k783807.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
BERBATAS (Bertanya Balas atau Lepas) [Completed]
RomanceKisah Binar Anjani yang tanpa sadar mengagumi sosok Alwitra Dwitama. Kekagumannya tersebut lantas berujung pada rasa cinta dalam diam. Keduanya terpisahkan karena tugas Alwi telah usai. Hingga Tuhan kembali mempertemukan lagi keduanya di kondisi y...