BAB XXIX

2.8K 292 33
                                    

Selamat Tinggal Papua, 2015. Alwitra Dwitama

Ternyata benar. Kalimat penenang yang Bang Adin ucapkan kala aku menyuarakan perasaanku yang tidak betah berada di sini. Satu tahun begitu singkat. Tidak ada terasa bila dijalani dengan melupakan kata kerja 'pulang'. Kini aku bersama para rekanku sudah bersiap-siap untuk acara perpisahan singkat bersama warga desa perbatasan sini. Sebelum 'kami' benar-benar meninggalkan tanah papua pada pukul 08.00 WIT. Kami semua mendengarkan sambutan terakhir yang tengah disuarakan oleh bapak kepala desa.

Sesekali sembari mendengar ucapan beliau yang intinya tentang rasa terima kasih dan sampai jumpa itu, pandanganku menyisir lapangan kecil desa ini. Beberapa warga turut hadir dengan raut wajah yang menurutku tengah bersedih. Aku tahu, mereka tidak ingin kehilangan 'kami' yang selama ini sudah mereka anggap seperti keluarga sendiri. Disela-sela kegiatanku mengedarkan pandangan, Dwiki yang berdiri dengan sikap istirahat itu berdehem pelan. Aku menoleh, sepertinya ia hendak mengatakan sesuatu.

Paham dengan dahiku yang mengkerut tanda bertanya. Dwiki tiba-tiba bertanya, "Cari Anjani, Wi?"

Aku terdiam seketika. Hm. Memang Dwiki titisan Eyang Gunung Kidul yang paham dengan isi hatiku. Entahlah.. di detik-detik terakhirku sebelum meninggalkan tanah perbatasan ini aku justru ingin melihat gadis itu untuk yang terakhir kalinya. Iya, terakhir kalinya. Karena mungkin hanya sampai di sini kami saling berinteraksi. Setelah ini pun aku tidak mempunyai rencana sama sekali untuk kembali menginjakkan kaki di sini. Kecuali bila ada panggilan tugas, tapi kemungkinannya hanya 0,1%.

"Dia tidak datang?"

Dwiki menatapku dengan keheranan mungkin. Pasalnya pertanyaannya yang tadi belum kujawab. Kini aku justru menanyainya suatu pertanyaan yang tidak jelas. "Anjani maksudmu, Wi?"

Kugeleng-gelengkan kepalaku. Kenapa aku ini? Mengapa dia terlintas di benakku? Siapa dia? Dia hanya gadis yang awalnya sangat tidak aku sukai. Akan tetapi, di akhir penugasanku ia justru berdamai denganku. Jujur saja, setelah malam tahun baru itu aku mengenalnya dengan baik. Tak jarang kami sering bertemu. "Bukan. Lupakan saja."

Dan, satu hal yang tidak sengaja aku ketahui. Ternyata ia mendapatkan beasiswa untuk berkuliah. Entah perguruan tinggi mana yang menawarkannya beasiswa, aku tidak tahu. Yang jelas, aku senang. Dengan begitu ia dapat melanjutkan jenjang pendidikannya pada fase yang lebih tinggi. Kelak aku yakin, ia bisa mengabdikan dirinya untuk negeri ini.

"Kayaknya sih enggak. Cuman ibunya saja yang hadir. Dia jaga bapaknya mungkin. Mau aku antar ke rumahnya, Wi? Sebelum kita berangkat—"

"Ah nggak-nggak. Mau ngapain coba?"

Suara tegas Bang Feri menyentak segala anganku tentang Anjani. Pun juga mengusaikan obrolan pelanku dengan Dwiki. Aku pun segera mengikuti langkah beberapa kawan-kawanku di depan. Kami bersalaman satu-persatu dengan warga yang sudah berjejer rapih. Tak jarang beberapa orang baik yang kukenal, menitikkan air mata. Mereka berpesan hal-hal baik kepadaku.

Terakhir Reno mencium tanganku. Aku mengusap rambut ikal Reno. "Calon Letnan, belajar yang rajin! Jangan main bola terus-"

"Nggak main bola lagi, Om. Nggak ada timnya."

Aku tahu bahwa Reno tengah menyindir kepergianku bersama rekan-rekan. Hm, apakah apa yang diucapkan benar? Benarkah ia tidak akan bermain bola lagi? Lihat saja, setelah ini akan ada kelompok anggota lagi yang dikirim kemari untuk melaksanakan satuan tugas. Jadi, kupastikan mereka akan tetap mendapatkan tim untuk bermain bola. Kami selalu diajarkan untuk membaur bersama rakyat.

Rakyat adalah ibu kandung kami.

Di perjalanan menuju daerah kota, aku sempat mengedarkan pandangan ke atas sana. Di atas sana, apakah Anjani menyaksikan mobil-mobil kami meninggalkan desa ini? Atau kah ia memilih tidak peduli dan berada di dalam rumah? Entahlah.. kuucapkan selamat tinggal Gadis Desa yang telah sukses membuatku iri denganmu. Dengan kemampuan dan kegigihanmu tentunya.

BERBATAS (Bertanya Balas atau Lepas) [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang