Damai, 2015. Alwitra Dwitama
"Kamu suka sama saya?" tanyaku hanya karena ia sering sekali mencuri-curi pandangan kepadaku selama ini. Kali ini bahkan perdananya. Bukan curi-curi lagi, tetapi terang-terangan memandangiku!
Kulihat sepertinya ia gelagapan. Matanya yang sedari tadi asyik memandangiku yang tengah sibuk memainkan ponsel, kini menyorot pada pemandangan di hadapan kami. Perkotaan ramai karena pergantian tahun. Sejenak, pertanyaanku menciptakan kecanggungan diantara kami berdua. Aku tidak peduli. Apa salahnya aku bertanya? Toh, bila ia memberikan jawaban. Maka aku akan terang-terangan menegaskan bahwa aku sama sekali tidak memberikannya sebuah harapan. Dikarenakan, kebanyakan lelaki 'kami' selalu dicap pemberi harapan palsu. Padahal bagiku, pihak wanita juga bersalah karena terlalu besar menaruh rasa percaya dan harapan yang tinggi akan janur melengkung padahal belum tentu berjodoh.
Baiklah. Hanya keterdiaman yang kudapati. Ia sama sekali tidak mengindahkan pertanyaanku barusan. Mungkin dikiranya aku hanya bercanda. Mari lupakan dan bersiap-siap menyaksikan pesta kembang api setelah ini. Meskipun suaranya tidak akan terdengar dari sini, tetapi wujudnya dapat membuat mata melek karena saking indahnya menghiasi langit gelap malam ini. Bintang-bintang pun kulihat tengah bersembunyi. Entahlah.. mungkin cahayanya takut tersaingi dengan aneka kembang api. Padahal sudah jelas, ia lebih terang dan indah karena merupakan ciptaan Tuhan Yang Maha Esa.
Kulirik jam tangan di tangan kiriku yang masih digenggam begitu erat oleh Anjani. "Sepuluh menit lagi," kataku yang langsung membuatnya juga mengalihkan pandangan pada tangan yang setia ia genggam sedari tadi. Memangnya tidak lelah menggenggam tanganku yang besar dan kasar ini. Dasar gadis penakut!
Matanya berulang kali mengerjap. Menatapku seperti takut-takut aku akan melepaskan paksa genggaman tangannya pada tanganku.
"S-saya takut, Bang."
"Ya sudah, genggam sepuas kamu. Lagi pula setelah ini mungkin kita tidak akan pernah bertemu lagi."
"Maksud, Bang Alwi?"
"Saya akan kembali ke tempat asal saya." Kutatap pemandangan indah di depan sana. Menunggu kembang api yang mungkin sebentar lagi akan menghiasi langit.
HAPPY NEW YEAR!
Di kota Jayapura aku merayakan malam tahun baru 2015. Suatu hal yang seumur hidupku tidak pernah terpikirkan. Berdua, bersama gadis yang selama ini selalu kubenci karena latar belakangnya. Binar Anjani.
Anjani memejamkan matanya. Entah ia tengah mengharapkan apa kali ini. Mataku masih setia menatap kembang api yang begitu indah itu. Aku juga mempunyai harapan, namun tak menutup kedua mataku karena terlalu sayang mengabaikan pemandangan yang hanya ada satu tahun sekali ini.
"Harapan kamu apa?"
"Kesembuhan bapak saya, Bang."
"Hanya itu saja?" Aku heran karena gadis itu menyia-nyiakan keindahan kembang api malam ini hanya untuk satu harapan itu saja. Tetapi wajar saja, mau bagaimana pun orang tua merupakan harta yang tak ternilai harganya bagi seorang anak.
Anjani menggeleng. Kemudian menatapku, "tidak, Bang. Saya juga berharap, semoga orang-orang yang selalu berbuat baik terhadap saya dan keluarga saya senantiasa dibalas kebaikannya oleh Allah. Diberikan umur yang panjang dan murah rezeki."
"Aamiinn." Kurasa ia tengah mendo'akan aku dan juga beberapa abangku yang kerap membantu Anjani dan keluarganya.
"Sudah?"
"Masih ada satu lagi." Kali ini nada bicaranya sedikit memelan. Aku curiga akan harapannya yang terakhir ini. Semoga ia tidak berharap macam-macam kepadaku!
KAMU SEDANG MEMBACA
BERBATAS (Bertanya Balas atau Lepas) [Completed]
RomanceKisah Binar Anjani yang tanpa sadar mengagumi sosok Alwitra Dwitama. Kekagumannya tersebut lantas berujung pada rasa cinta dalam diam. Keduanya terpisahkan karena tugas Alwi telah usai. Hingga Tuhan kembali mempertemukan lagi keduanya di kondisi y...