BAB LI

3.6K 288 31
                                    

Quotes Dwiki, 2016. Alwitra Dwitama

Tentang pertanyaan Anjani disaat kami berjumpa untuk terakhir kalinya. Aku bisa saja menjawabnya langsung, hanya saja terlalu biasa. Yang kuingin, menciptakan sebuah momen tak terlupakan. Karena sepertinya Anjani-lah yang akan menjadi penutup dari segala kisah cintaku. Segala? Aku hanya melebih-lebihkannya saja. Nyatanya hanya dua wanita saja yang pernah kucintai dan saat ini tengah kucintai.

Mita. Anjani.

Yang satu pernah, kini telah lupa.

Sedangkan yang satunya saat ini berhasil membuatku bucin mengalahkan Dwiki dan Bang Adin. Sial! Aku sepertinya termakan oleh omonganku sendiri. Nyatanya takdirku adalah Binar Anjani.

Pesonanya tidak bisa kutampik kini. Ia benar-benar sudah menjelma menjadi gadis impian semua pria. Kulihat foto-fotonya sering berseliweran di hastag mahasiswa solo. Prestasinya di fakultas yang digelutinya dua tahun ini pun tidak perlu lagi diragukan--potretnya saja sudah di mana-mana. Semakin meresahkan hati dan pikiran saja! Terlebih, posisiku yang tak selalu bisa membersamainya setiap saat. Khawatir? Tentu. Di luaran sana mungkin banyak sekali pria-pria yang bersedia menunjukkan segala sikap manis dan rayunya untuk mendapatkan hati Anjani.

Jangan dibayangkan, Alwi. Tidak baik.

"Woi! Kenapa bengong? Kayak banyak masalah saja!" seru Dwiki yang lantas memberiku segelas kopi hitam. Pasti kemanisan!

Kuseruput karena tidak terlalu panas, entah ini airnya matang atau tidak. Dwiki memang orang yang selalu berusaha membuatku sakit!

"Kemanisan," komentarku yang seketika membuatnya mengusaikan menyeruput kopinya sendiri itu.

"Wi, lidahmu yang nggak suka kopi manis! Lhawong Agung no komen, mantap katanya."

"Ya Agung-Agung, aku-aku, Ki. Beda!"

"Ya kamu senangnya yang pahit-pahit! Mana tahu manisnya hidup," sindirnya yang sudah tidak mempan padaku. Kebal, Ki!

Meskipun kemanisan, tetap kuhabiskan. Setelahnya dengan sengaja Dwiki menyeburkan asap vapenya di depan wajahku. Benar-benar kurang kerjaan si Dwiki! Pamer vape varian rasa baru sepertinya, mentang-mentang aku menghindari asap vape dan rokok, ia semena-mena mengiming-imingiku. Tapi tenang, tidak mempan. Ajaran bapak dan ibuku lebih keras dan menciptakan sebuah benteng yang cukup kokoh. Buktinya, anak-anaknya--aku dan dan Bang Alwan tidak pernah merokok maupun ngevape.

"Enak Wi?"

"Enak gundulmu! Batuk-batuk, IYA!" Dengan tidak bersalahnya ia terkekeh.

"Njajal opo piye? (Apa mau mencoba?)

"NGGAK. Terima kasih, Ki." Menolak keras tanpa mau melirik barang tersebut. Aku yakin, tujuan kedua orang tuaku baik. Kesehatanku lebih penting daripada sekedar kesenanganku. Toh, nyatanya kopi masih bisa menjadi pelampiasanku selain asap-asapan.

Karena aku pusing berpikir dan tidak menemui jalan keluar yang terbaik. Kuberanikan diri bertanya pada Dwiki, "Ki, tempat romantis yang beda dari yang lain itu di mana? Selain kafe sama restoran."

"Kuburan."

Kedua mataku seketika melotot padanya. Ingin sekali kulempar sandal yang tengah kugunakan malam ini. Benar-benar obrolan tidak bermutu di luar kamar para bujang!

"Ya nggak usah melotot-melotot gitu, Wi. Ya benar toh!? Di kuburan! Biar ingat semua dosa-dosa, kalau mau berbuat aneh-aneh, jadi ingat dan langsung insaf. Itu rumah masa depan kita hloo.."

"Ck-ck-ck, dulu kamu waktu tes psikologi kok bisa lolos, Ki? Nyogok?"

"Sembarangan!"

Agung tertawa keras. Ia selalu terhibur ketika aku dan Dwiki terlibat cek-cok seperti ini. Aku tahu, niat Dwiki membercandaiku karena seperti aku dijadikan bahan lelucon. Dianggap baru saja belajar dalam dunia percintaan. Memang sih, sudah lama aku tidak pernah melakukan sebuah kencan romantis atau sekedar memiliki momen berdua saja. Sebenarnya, tujuanku hanya ingin menciptakan sebuah momen yang tak terlupakan seumur hidup Anjani. Sebelum melamarnya secara resmi, aku ingin menyatakan perasaanku yang sebenarnya padanya. Setidaknya, tidak menggantungkannya..agar ia tidak merasa sedang berada di hubungan yang tak jelas sehingga membuka peluang untuk pria lain masuk melalui pintu utama--pintu yang seharusnya hanya dibuka untukku saja. Catat!

BERBATAS (Bertanya Balas atau Lepas) [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang