BAB XIV

3.1K 300 20
                                    

17 Agustus, 2014. Binar Anjani

Detik-detik Proklamasi merupakan momen bersejarah dimana Ir. Soekarno tengah membacakan teks Proklamasi kemerdekaan Indonesia. Menyatakan bahwa negara kita ini telah merdeka dengan mempertaruhkan berliter-liter darah juang pahlawan negeri. Mereka merupakan raga tanpa tanda jasa yang bersedia berkorban jiwa raga demi kemerdekaan Indonesia.

17 Agustu 1945. Bertepatan pada hari jum'at yang dipercaya merupakan hari yang baik. Ditambah lagi dengan bulan Agustus yang pada tahun kemerdekaan bertepatan dengan bulan suci ramadhan. Angka 17 sendiri juga merupakan angka suci. Sangat baik untuk mengukir sejarah yang akan diingat sampai akhir hayat bukan?

Aku dan seluruh orang yang turut hadir pada upacara siang ini tengah memberikan tanda penghormatan. Dengan posisi berdiri tegak sempurna. Hal ini kami lakukan selama tiga menit saat detik-detik Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia pukul 12.17 WIT di Papua atau pukul 10.17 WIB bila di Pulau Jawa.

Sungguh aku merasa seperti hadir di tahun 1945 untuk menyaksikan secara langsung bagaimana suara lantang Ir.Soekarno dalam membacakan teks Proklamasi tersebut. Benar-benar momen bersejarah yang tidak boleh terlupakan atau bahkan luntur cara menghormatinya.

Usai pelaksanaan upacara, kami semua dipersilahkan untuk beristirahat sejenak. Aku pun bersiap-siap untuk pulang dengan Mbak Airin ke rumahku. Sembari menunggu nanti sore pukul 15.00 WIT yang akan disemarakkan oleh berbagai perlombaan. Rasanya sangat tidak sabar. Ketika aku hendak beranjak, sebuah suara deheman berhasil menghentikan langkahku.

Sempat aku hampir terhuyung karena terkejut dengan sosok lelaki yang mengeluarkan suara deheman tadi. Tetapi, kubiarkan. Aku tak mau lagi berurusan dengannya. Aku tetap berjalan melewatinya.

"Kamu marah dengan teguran saya kemarin?" tanyanya yang tak pernah sekalipun kumimpikan semalam. Meski aku sangat kesal mendengar sarkasmenya kemarin, tetap saja. Semalam ia tak terbawa dalam mimpi indahku. Maklum, dia bukan yang terindah!

Terpaksa kuhentikan langkahku. Kulihat ke depan, rupanya Mbak Airin melupakanku yang masih berjalan di belakangnya. Ia terus melangkah tanpa peduli kehadiranku di sampingnya. Aku menghela napas. Sepertinya sudah tak ada lagi tempat untuk bersembunyi. Apalagi lelaki itu telah memundurkan langkahnya kini. Hingga kami berdua saling berhadapan.

"Abang berbicara dengan saya?" Aku menunjuk diriku sendiri. Demi memastikan bila yang diajak bicara oleh triplek datar yang satu ini adalah aku. Aku rela menjadi wanita dungu di hadapannya.

Ia memutar malas kedua bola matanya. Sembari kedua tangannya kini berkacak pinggang. "Siapa lagi memangnya? Tiang bendera yang berada di belakang kamu. Ada-ada saja!"

Kuakui, Bang Alwi hari ini mungkin tengah menjalankan titah dari komandannya untuk membantuku dalam mengatur barisan murid-muridku tadi siang. Ya, tadi sebelum upacara dilaksanakan. Di tengah teriknya paparan sinar matahari, aku beberapa kali berteriak. Mengatur anak-anak ketika berada di lapangan desa memang sangat sulit bagiku. Berbeda dengan ketika mereka berada di halaman sekolah. Maklum.. tempatnya dua kali lebih luas. Jadi memudahkan anak-anak untuk saling berkejar-kejaran.

Hingga tanpa kuduga, seorang lelaki berbaju PDU (Pakaian Dinas Upacara) lengkap itu mendekat padaku. Ia memulai aksinya dengan berteriak memerintah agar anak-anak mau berbaris rapih. Dan, apa yang terjadi? Anak-anak langsung menurutinya. Wow!

Sosok yang tidak pernah kusangka-sangka. Bak tamu kehormatan. Tampilannya pun juga sangat berbeda dari biasanya. Kuakui, ia sangat tampan dan berwibawa hari ini. Mengesampingkan segala ucapan kasar dan tatapan dinginnya selama ini yang hanya ditujukan kepadaku saja. Dia adalah Bang Alwi.

Apakah saat ini ia hendak memintaku untuk mengucapkan terima kasih karena telah dibantunya untuk mengatur barisan anak-anak tadi? Oh.. bagaimana bisa aku melupakannya. Tentu ia akan naik darah hingga 300/500 siang ini!

BERBATAS (Bertanya Balas atau Lepas) [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang