Hari sudah menjelang petang kala itu. Anggun melangkah tertatih keluar dari gudang sekolah. Tubuhnya terluka, namun hatinya jauh lebih terluka dari yang terlihat. Habis sudah air matanya meruntuki apa yang terjadi padanya. Dia sendiri tidak lagi bisa berpikir, apa yang menjadi salahnya? Semenjak dia menginjakkan kakinya di sekolah ini, yang dia rasakan hanya bullyan, cacian dan hinaan. Apa yang salah dengan dirinya, bahkan Anggun juga tidak tahu. Belum cukupkah semuanya itu hingga dia harus merasakan semua ini? Anggun masih bisa menelan itu semuanya walau terasa sangat sakit baginya. Selama ini dia cukup pintar menyembunyikan apa yang dia alami di sekolahnya pada keluarganya. Tidak! Keluarganya tidak boleh tahu apa yang sebenarnya dia alami di sekolah ini. Keluarganya menaruh harapan besar padanya. Tapi, kali ini, apa bisa dia menyembunyikan semuanya ini? Mereka bahkan dengan tega melecehkannya di gudang itu. Mereka yang dengan tawa dan senyum sadisnya seolah malah menertawakan penderitaan yang dialami oleh Anggun. Mereka bertiga, wajah mereka, dan nama mereka, seolah menjadi mimpi buruk bagi Anggun. Tidak! Tidak hanya mereka bertiga, namun semuanya. Semua yang telah membuatnya seperti ini. Mereka dan semua yang telah mereka lakukan, tidak akan pernah bisa hilang dari ingatannya. Cover by : Canva
56 parts