Arumi POV
Hidung ku memang berdarah tapi itu tak masalah tapi bagaimana dengan pertandingan cowok itu yang tengah berlangsung? Karna dia menghantarkan ku ke uks itu artinya cowok itu keluar dari pertandingan yang tengah berlangsung.
Aku berjalan beriringan dengannya oh jangan lupakan tangan ku yang digenggam sangat erat olehnya, "Riel, sebaiknya kamu lanjutin aja pertandingannya. Biar aku keuks sama tasya aja lagi pula darahnya udah lumayan berhenti kok." ujar ku memberi saran.
Gabriel mengentikan langkahnya lalu menatapku lekat, "Itu hanya pertandingan biasa, kamu yang lebih penting untuk ku saat ini," ucapnya menyakinkan ku.
Aku menghela napas berat, aku hanya menunduk kaku. Aku juga tidak bisa membantah ucapanya.
Gabriel menuntunku agar duduk dipinggiran ranjang uks lalu perlahan aku melepas tangan ku yang menahan hidung ku agar darah tidak mengalir keluar.
Dengan telaten Gabriel membersihkan bercak darah di dekat pipi ku, aku tersenyum simpul kepadanya.
"Makasih," ujar ku lalu di angguki oleh cowok itu.
"Pacarnya Arumi mau tanding basket dulu ya, Arumi disini aja jangan kemana-mana nanti kena bola lagi, nanti aku suruh Tasya kesini buat jagain kamu," ucapnya sambil mengacak rambut ku hingga berantakan.
Aku mengerecutkan bibirku, "Iya bawel." ucap ku sambil menarik hidungnya gemas.
"Aku kelapangan dulu jangan rindu," ucapnya lalu mencium puncak kepala ku, sontak aku ingin marah tapi kutahan.
****
Sudah hampir 1 jam aku diuks ditemani oleh Tasya, suntuk sekali rasanya. Aku tidak suka bau obat-obatan seperti dirumah sakit karna itu akan mengingatkan ku pada kejadian kelam tapi aku tidak bisa mengingat semua itu sepenuhnya.Aku menatap kearah luar jendela uks yang sengaja dibuka, aku tersenyum melihat Gabriel yang sangat gesit jika bermain basket.
Tasya melambaikan tangannya kewajah ku, "Eh Arumi, lo kesambet apaan? Senyum-senyum bae," ucapnya dengan diringi tertawa kecil.
"Eh enggak kok, cuma liatin mereka main basket," ucap ku lalu turun dari ranjang uks.
"Eh Arumi mau kemana?" tanya Tasya.
"Mau ke kelas aja," jawab ku sambil mengembangkan senyum ku kepada Tasya.
"Bareng aja, nanti kamu ilang. Aku juga yang dimarahin simonyet---eh maksud ku Gabriel hehe," ucap Tasya tertawa, aku hanya menatap Tasya bingung sebenarnya ada hubungan apa Tasya dan Gabriel kenapa bisa sedekat itu.
"Anu---gini loh sebenarnya aku sama Gabriel itu sepupuan jadi dia itu sepupu paling ngeselin, cuek, dingin kek batu es," ucap Tasya seakan mengerti dari raut wajah ku.
"Oh gitu, aku baru tau kalo kamu sepupunya Riel," ucap ku.
"Yaudah mau ke kelas enggak nih? Dari tadi ngobrol terus kita," kata Tasya, aku hanya membalas dengan anggukan.
****
Sesampainya dikelas hati ku terasa sesak melihat kedekatan Gabriel dan Kaila, ternyata pertandingannya sudah selesai. Aku hanya bisa tersenyum melihat mereka berdua.Ekor mata ku menangkap sesuatu pemandangan yang membuat dada ku kembali terasa sesak, aku melihat Kaila berpelukan dengan Gabriel sambil memberikan minuman. Kenapa Gabriel tidak merasa risih? Kenapa Gabriel tidak merasa kalau aku ini sedang cemburu dengan kedekatannya dengan Kaila, si gadis pujaan pria disekolah?
Gabriel tak menatap ku sama sekali, menoleh pun tidak. Sebenarnya aku ini siapanya sih? Ya sudahlah aku tidak mau memikirkan hal yang tidak seharusnya ku pikirkan walaupun rasanya sedikit sesak.
"Tasya, aku pulang duluan ya. Lagi pula guru juga tidak akan masuk hari ini," ujar ku menoleh kepada Tasya.
"Oke deh, hati-hati dijalan ya. Maaf enggak bisa pulang bareng lo, hm lo tau lah si Kaila gimana anaknya," ucap Tasya lalu membantu ku berdiri.
Aku pun membalas dengan anggukan lalu tersenyum kearah Tasya.
****
Author POV
Mungkin dengan cara ini Arumi bisa menghindar dari rasa sakit yang ia dapat, jika kalian bertanya kenapa Arumi masih menerima cinta Gabriel meski sudah tau jika tuhan mereka berbeda? Jawabannya hanyalah satu, cinta membuat hati berbunga-bunga dan cinta juga membuat hati terluka.
Seperti biasa Arumi lebih memilih berjalan kaki jika pulang sekolah karna dapat menghemat uang.
"Riel, kamu kenapa sih?" gumam Arumi sambil menendang apa saja yang ada didekatnya seperti batu, kaleng, atau apalah itu. (Enggak usah dijelasin juga kalian pasti ngerti:v -Auhtor).
"Kenapa dengan aku?" tanya seseorang tiba-tiba saja sudah ada disebelah Arumi, siapa lagi jika bukan Gabriel.
"Eh." Arumi tertekun mendengar suara itu lalu menoleh kesampingnya.
Gabriel tersenyum menatap Arumi tapi tidak dengan gadis itu ia malah menatap Gabriel datar tanpa ekspresi, "Ngapain ngikutin aku?" tanya Arumi ketus.
"Ya mau jagain pacar aku aja, kamu kenapa sih?" tanya Gabriel bingung.
'Cih pura-pura enggak tau lagi' gerutu Arumi dalam hati.
"Bodo amatlah, aku pulang kamu pulang aja sana aku bisa sendiri !" tegas Arumi langsung berlari pergi meninggalkan Gabriel yang masih bingung apa salahnya.
Haduh Gabriel, kamu terlalu polos dan nggak peka.
****
Gabriel kembali kesekolah untuk mengambil mobilnya yang masih terparkir diperkarangan halaman sekolahnya.Dengan ekspresi datar gabriel langsung memasuki mobilnya, "Hallo Angga, saya akan segera kesana" ujar Gabriel yang sedang menelpon orang kepercayaannya.
Gabriel langsung melajukan mobilnya bukan ke sebuah rumah kosong pinggir hutan tetapi melainkan ke sebuah hutan rimbun yang masih bisa dimasuki menggunakan mobil.
Mau apa cowok itu kesana?
Bersambung....
Jangan lupa vote dan comment.
Typo bertebaran harap maklum
Tinggalkan jejakmu jika kamu menyukai cerita ini
Arigatou yang udah baca ≧ω≦
KAMU SEDANG MEMBACA
Psychopath Love Story [ END ]✓
Romance[ W A R N I N G ⚠️] Cerita ini terdapat banyak kata-kata kasar dan adegan kekerasan. 💢 Ketika seorang anak kecil yang dipaksa untuk menjadi pembunuh oleh ayahnya sendiri agar bisa melindungi adik dan ibunya. Namun sayangnya, semua pengorbanan ya...