Chapter 4

879 106 52
                                    

Ada perasaan aneh dibenak Arumi, ingin rasanya ia menoleh kebelakang namun rasa takut dan cemas bercampur aduk.

Lorong yang gelap ditambah lagi cuaca yang mendung menambah kesan mistis bagi Arumi saat ini.

Tanpa henti Arumi membaca ayat-ayat suci Al-Qur'an yang dirinya hafal.

Tuk..tuk...tuk..

Suara sepatu seseorang yang berjalan kearah Arumi, gadis itu hanya bisa memejamkan matanya namun mulutnya masih setia membaca ayat-ayat suci Al-Qur'an, lalu hembusan angin yang membuat bulu kuduk siapa pun akan berdiri.

"Hei!" ucap seseorang dengan nada datar.

"Siapa itu?! Tolong jangan ganggu aku," ucap Arumi histeris lalu tersungkur dilantai.

"Hei ini aku Gabriel? Kamu kenapa?" tanya Gabriel.

"Aku takut," ucap Arumi perlahan membuka matanya lalu menatap Gabriel.

"Tidak usah takut ada aku disini," ucap Gabriel lalu membantu Arumi untuk berdiri.

"Terimakasih," ucap Arumi datar, "Hmm kamu kenapa ada disini?" tanya gadis itu.

"Saya dipanggil Pak anton untuk keruangannya," ucap Gabriel.

Arumi hanya membalas dengan anggukan saja.

"Kalau begitu kita berengan saja keruang Pak Anton?" tawar Gabriel.

"Ba..baiklah," ucap Arumi.

****
Sudah hampir 1 jam mereka menunggu Pak Anton namun guru itu belum kunjung datang.

"Assalamualaikum, maaf nak tadi Bapak habis ngajar dulu," ucap Pak Anton yang tiba-tiba saja datang.

"Waalaikumsalam, tidak apa-apa kok pak," ucap Arumi.

Arumi sedikit melirik Gabriel yang tak menjawab salam Pak Anton barusan.'Astaga kenapa aku sampai lupa sih' batin Arumi

"Langsung to the point aja kenapa anda memanggil kami kesini?" ucap Gabriel ketus.

"Jadi begini sekolah kita akan mewakili olimpiade tahunan jadi jika sekolah kita menang, akan dibawa ketingkat nasional dan hadiah yang didapat akan semakin besar, wait kalian jangan salah paham dulu nak hadiah itu untuk kalian bukan untuk bapak," jelas pak Anton.

"Saya terima pak," ucap Arumi antusias.

"Dasar mata duitan, cih!" ucap Gabriel kepada Arumi lalu melenggang pergi dari ruangan Pak anton.

Pak Anton yang melihat sikap Gabriel hanya menggeleng kepala saja, lagi pula Pak Anton tak punya nyali untuk menegur Gabriel, semua orang tau masalah apa yang akan dihadapi ketika mereka berurusan dengan Gabriel.

"Saya permisi dulu," ucap Arumi sambil menundukkan kepalanya sopan.

****
"Gabriel tunggu!" teriak Arumi ngos-ngosan mengejar Gabriel.

"Apa lagi!" ucap Gabriel dingin namun terkesan ketus.

Arumi mencoba menetralkan napasnya yang tersengal-sengal,"Aku bukan seperti yang kamu pikirkan, aku bukan mata duitan aku hanya ingin membantu ibu panti ku agar beliau tidak capek-capek lagi berkerja," jelas Arumi.

Gabriel menatap Arumi lekat sepertinya gadis itu tidak berbohong "Hmmm," Gabriel hanya berdehem tanpa menjawab perkataan Arumi.

"Aku minta maaf jika aku telah merebut posisimu disekolah ini sebagai bintang sekolah, tapi jika kamu ingin ikut bersama ku untuk---" belum selesai Arumi berbicara Gabriel sudah memotong pembicaraan.

"Iya," kata Gabriel lalu beranjak pergi dari hadapan gadis itu.

****
Arumi Pov

Aku berjalan menelusuri jalanan kota yang padat penduduknya ini, tak ada angkot satu pun yang lewat, aku melirik jam dipergelangan tanganku. Jam menunjukan pukul 17:45 menit hari sudah hampir mau gelap adzan magrib sebentar lagi berkumandang namun aku belum juga sampai dirumah.

'Gara-gara sebentar lagi olimpiade aku harus belajar lebih lama disekolah' batinku.

Aku tersentak kaget ketika sebuah mobil mewah berwarna hitam mengalang jalanku, aku takut itulah yang aku rasakan saat ini. Aku mundur beberapa langkah berniat untuk kabur namun apa yang aku pikirkan salah ternyata pemilik mobil itu adalah Gabriel.

Bukannya mobil lelaki itu sedang diperbaiki tapi kenapa dia membawa mobil yang lainnya pikirku heran akan tetapi aku tak ambil pusing aku melanjut kan perjalananku untuk sampai kerumah lebih cepat akan tetapi baru saja melewati mobilnya tiba-tiba saja ada tangan kekar yang menarik tanganku.

Ya...siapa lagi kalau bukan Gabriel.

"Pulang bareng aja, hari sudah hampir gelap tidak baik seorang gadis berjalan sendirian." ucapnya menuntunku agar masuk kedalam mobilnya.

Aku hanya mengangguk tanda mengiyakan ajakannya sebenarnya aku tak ingin ikut tapi sorot matanya aku takut dia akan membenciku.

Huh dasar lebay sekali aku ini.

*****

Author Pov.

Diperjalanan pulang Arumi mendengar suara adzan berkumandang ia ingin sekali meminta Gabriel untuk berhenti sejenak di mesjid terdekat namun ia tak ada keberanian sedikit pun.

"Kenapa raut wajahmu tampak gelisah?" tanya Gabriel dingin sesekali melirik Arumi tajam.

"Hmm..maaf, tapi bisakah kita menepih sebentar dimesjid didepan sana? aku hanya ingin menunaikan kewajibanku saja tapi jika kau keberatan aku akan beribadah dirumah saja," ucap Arumi meremas jamari tangannya.

"Baiklah." ucap Gabriel singkat lalu memberhentikan mobilnya didepan mesjid.

"Terimakasih." ucap Arumi sambil tersenyum tipis kepada Gabriel.

Setelah menunaikan kewajibannya Arumi bergegas keluar mesjid ia tak ingin Gabriel menunggu lama dirinya.

"Maaf jika lama." ucap Arumi.

"Tidak apa," ucap Gabriel sambil melirik tasbih yang ada ditangan Arumi, "Kau selalu membawa itu kemana-mana?" tanya Gabriel.

"Iya, memangnya kenapa?" tanya Arumi balik.

"Tidak apa-apa tasbihmu indah." ucap Gabriel tersenyum.

Tidak biasanya Gabriel tersenyum seperti ini.

Bersambung...

Jangan lupa vote dan comment.

Typo bertebaran harap maklum

Tinggalkan jejakmu jika kamu menyukai cerita ini

Arigatou yang udah baca ≧ω≦

Psychopath Love Story [ END ]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang