Chapter 32

253 35 43
                                    

Mungkin dengan cara ini Gabriel akan tetap bersama-sama dengan Arumi, gadis yang ia sangat cintai untuk melepasnya saja sangat sulit. Bagi mereka suatu kepercayaan bukanlah penghalang kisah cinta mereka.

Jika tuhan berkehendak lain, kita sebagai manusia bisa apa? Kita hanya bisa pasrah apa pun keputusannya dan juga kita harus menerima dengan lapang dada.

Hati Nino berdenyut nyeri ketika melihat kedua pasangan yang sangat bahagia itu, bukan, bukan karna ia cemburu akan tetapi Nino sangat paham masalah apa yang akan sahabatnya itu hadapi nantinya jika masih memilih bertahan.

Tasya masih memeluk tubuh Arumi erat masih belum mau ia lepaskan padahal sudah diperingati oleh Gabriel tapi gadis itu masih saja tidak mau menurut.

Gabriel menatap Tasya sinis lalu beralih menatap Nino dengan tatapan itu pula, tanpa menanggapi tatapan sinis dari Gabriel dengan cepat Nino merangkul cowok itu mengajaknya sedikit menjauh dari kedua wanita itu.

"Apaan sih lo!" ketus Gabriel menghempaskan lengan Nino yang berada dipundaknya.

"Gue mau ngomong serius, ini juga demi masa depan kalian berdua," balas Nino kali ini dengan nada serius tak seperti biasanya.

"Maksud lo?" tanyanya tak mengerti.

"Gue mau bilang, mundur El salib lo nggak akan pernah bersatu dengan tasbih ditangan dia! Lo juga nggak boleh egois, emang sih gue nggak ada hak buat ngatur hidup lo tapi gimana pun juga gue sahabat lo, lebih baik gue ngomong sekarang dari pada lo nyesel nantinya," jelas Nino membuat Gabriel terdiam, ia masih mencerna apa yang barusan Nino katakan.

Gabriel mengela napas tenang, "Gue tau, tapi gue sayang banget sama dia! Gue paham apa yang sedang gue hadapi saat ini," tekan Gabriel membuat Nino tak habis pikir.

Nino memijit pangkal hidungnya yang tidak terasa pening sama sekali, "Terserah lo, yang penting gue udah ngomongin apa yang harus gue omongin dan keputusan ada ditangan kalian berdua," tutur Nino langsung berlalu pergi menghampiri kedua gadis yang masih bercengkerama.

"Nino! Dari mana aja sih? Awas aja kalo lo pulang duluan, habis lo ditangan gue," ancam Tasya menjewer telinga Nino.

"Sakit pendek!" tegas Nino dengan nada sedikit bercanda.

"Apa lo bilang! Sekali lagi bilang kayak begitu, gue suruh Gabriel potong kaki lo!" ucap Tasya cemberut sambil menghentakkan kakinya beberapa kali.

"Ampun tante, saya tidak akan mengulanginya lagi," ujar Nino mendapatkan jeweran yang sangat kencang membuat kepala Nino sedikit miring.

Gabriel menggelengkan kepalanya melihat kelakuan sepupu dan sahabatnya itu bagaikan kakak dan adik terkadang akur terkadang tidak.

"Oh iya Tasya, Kaila mana?" tanya Arumi membuat mereka semua menoleh.

Tasya melepas jewerannya lalu berjalan mendekati Arumi, "Si Kaila kayaknya lagi bucin, tapi aku nggak tau sama siapa. Kalo sama sicurut kayaknya enggak deh, soalnya aku lihat digaleri ponsel Kaila waktu itu penuh sama foto sicurut tapi sekarang nggak ada lagi tuh," jelas Tasya membuat Gabriel memukul kepalanya hingga Tasya meringkis kesakitan sambil memegang kepalanya.

"Curut? Siapa itu?" tanya Arumi pura-pura tidak tahu sambil mengulum senyum.

"Itu lho si Gabriel curut," jawabnya tanpa dosa.

Tawa menggelegar didepan teras rumah Arumi, banyak yang mereka obrolkan, sampai-sampai Gabriel lupa jika ingin menghabiskan waktu berdua saja dengan gadis itu.

Matahari telah terbenam waktu yang sangat singkat bagi mereka, katanya masa-masa SMA adalah masa paling indah dalam seumur hidup tapi nyatanya untuk sebagian orang saja yang merasakan itu semua.

Psychopath Love Story [ END ]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang