Chapter 50 [END]

584 27 17
                                    

•♬ Cakra Khan: Mencari cinta sejati•

Sampai pada akhirnya aku mengerti untuk apa Tuhan mempertemukan kita.

- ? -

Selama lima tahun terakhir, pemuda itu berkuliah tanpa ada beban pikiran sedikit pun, tampaknya ia telah benar-benar tidak memikirkan apa-apa lagi tentang cinta, dan yah pemuda itu kini dapat mewujudkan keinginannya sedari dulu.

Oh ya, jika kalian bertanya tentang Wiliam. Pria itu sudah berkerja dan mempunyai anak, ditambah lagi seorang istri yang sangat pengertian, Wiliam tidak melanjutkan kuliahnya. Melainkan berkerja diperusahaan papanya.

Sangat berat baginya untuk menjalankan perusahaan ayahnya sebab, dirinya lulusan SMA dan tak mengerti apa-apa mengenai saham, dirinya harus bisa mengerti dan memahami akan hal itu.

•••

Seorang pengusaha muda yang mampu membangun perusahaannya sendiri berkat kerja kerasnya selama ini dan juga dengan segudang prestasi pastinya. Dirinya kini tengah berkutik dengan banyaknya berkas-berkas yang harus diselesaikan hari ini juga.

Kepalanya terasa pening melihat betapa menumpuknya berkas-berkas itu diatas meja kerjanya.

Pemuda itu lalu menyenderkan tubuhnya dikursi seraya memejamkan sedikit matanya. "Kapan semua berkas-berkas sialan ini selesai," gumamnya tanpa membuka matanya.

Pintu diketuk beberapa kali, namun pria itu enggan untuk membuka matanya─memastikan siapa yang datang.

"Masuk," serunya, seraya membenarkan letak dasinya yang mulai kendur.

Wanita berpakaian rapi ditambah jas yang melekat ditubuhnya masuk kedalam ruangan itu setelah mendapatkan instruksi dari bosnya, "Maaf mengganggu pak, tapi bapak mendapatkan undangan dan sepertinya ini undangan reunian bersama teman-teman lama bapak," jelas wanita langsung to the point, sebab ia sangat tahu jika bosnya ini sangat tidak suka basa-basi.

"Oh ya, siapa yang mengirimkan nya?" tanya Gabriel namun matanya masih tetap fokus menghadap laptop.

"Tukang pos."

"Baiklah, silahkan keluar."

Setelah wanita tadi keluar, Gabriel lantas membuka amplop berisikan undangan itu, "Huh, pekerjaan ku masih banyak, lagi pula. Aku sudah beberapa kali menerima undangan ini, tapi tak kunjung ku datang," gumamnya lalu menyimpan amplop itu didalam laci kerjanya.

Gabriel beralih menatap foto yang terpajang diatas meja kerjanya, foto itu di abadikan disaat ia lulus wisuda waktu itu. Foto dimana dirinya bersama seorang gadis, sepertinya itu adalah tunangannya. Sebab, diwaktu bersamaan dengan kelulusannya, Gabriel melamar gadis cantik yang menjadi penyemangat dirinya.

"Aku merindukan mu, sudah satu minggu ini aku tidak menemui mu." Dirinya menatap sebentar foto itu, lalu tangannya dengan lincah mengetik cepat berkas-berkas yang lumayan memakan waktu.

Brak!

Pintu dibuka secara paksa dan sangat tidak sopan, Gabriel menatap nyalang orang itu. "Tidak sopan," tegurnya dan orang itu hanya cengengesan.

"Gab, jadikan acara ntar malem?" tanya Nino seraya menyeruput kopi yang sedari tadi belum tersentuh oleh pria itu.

"Sialan, kopi gue!" Gabriel lantas menarik paksa cangkir kopinya yang kini tinggal setengah dari tangan Nino.

"Yaelah gitu doang."

"Gue juga belum pasti dateng apa enggak," ucap Gabriel, lalu kembali fokus dengan berkas-berkas kerjanya.

Psychopath Love Story [ END ]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang