Ujian nasional pun telah berlalu, semuanya tampak sangat bahagia ketika mengetahui hasil dari mereka belajar dikelas 11, tak sia-sia selama ini mereka mengorbankan waktu hanya untuk belajar dan buah dari itu semua adalah keberhasilan dikemudian hari.
Gabriel melangkah kan kakinya kearah Wiliam yang tengah asik bermain PS tanpa menyadari jikalau kakaknya itu sedari tadi memanggil namanya.
"Wil, udah siang makan sana," perintah Gabriel namun tak ada sautan dari sang adik.
"Wil !" panggil Gabriel.
"Iya ntar aja," ucapnya malas.
Gabriel tak mempedulikannya lagi sudah cukup sabar Gabriel melihat tingkah adiknya itu, setiap hari hanya bermain game saja.
Terlalu sulit untuk Gabriel melewati masalah demi masalah yang datang hari lalu, dan untungnya ada seorang gadis yang selalu memberi support dan perhatian yang lebih yang belum pernah ia dapatkan selama ini.
Cowok itu hanya menatap sang adik sekilas lalu beranjak pergi dari sana, Wiliam sekarang tidak seperti Wiliam yang dulu, selalu penurut dan selalu tersenyum kepada semua orang tapi untuk saat ini remaja itu malah menjadi kebalikannya.
Gabriel mengotak-atik ponselnya yang sedari tadi ada didalam genggamannya, kalian tahu kan? Siapa yang akan ia telpon, tentu saja Arumi.
Cukup lama Gabriel menempelkan ponsel disamping telinganya namun tak ada sahutan sama sekali, cowok itu mulai resah. Kemana gadisnya? Tak biasanya gadisnya seperti ini.
Tanpa pikir panjang Gabriel bergegas mengganti pakaiannya dengan kaos oblong warna putih lalu perlahan langkahnya meraih jaket kulit berwarna hitam tergantung dibelakang pintu kamarnya, sedikit menata rambutnya yang nampak berantakan menggunakan sela-sela jarinya.
Gabriel mengambil kunci motor diatas nakas lalu dengan tergesa-gesa cowok itu langsung mengeluarkan motornya dari dalam garasi.
****
Motor Ninja Kawasaki berwarna hitam terparkir tepat didepan rumah gadis itu yang tampak sepi tidak seperti biasanya yang selalu ramai anak-anak bermain diperkarangan rumah.Gabriel menatap sekeliling rumah sederhana itu sangat sepi, "Tumben banget sepi," gumam cowok itu.
Cowok itu langsung turun dari motornya lalu mencoba mengetuk pintu rumah gadis itu namun tak ada sautan sama sekali.
Tok tok tok
"Arumi?" panggil Gabriel masih tetap mengetuk pintu.
Tangannya terasa pegal karna sedari tadi hanya mengetuk saja tanpa ada yang membukakan pintu, mimik wajahnya tetap tenang karna ia tau pasti Arumi tengah tertidur pulas tanpa menyadari kedatangan dirinya.
Gabriel menempelkan keningnya kepintu dengan tangan masih setia mengetuk pintu itu sambil bergumam memanggil nama Arumi.
Tak berselang lama seorang ibu dengan pasukan para anak kecil datang menghampiri Gabriel dengan tatapan heran, mereka saling menatap satu sama lain.
Zahra menyentuh pundak Gabriel membuat sang empuh sontak kaget, Zahra hanya tersenyum kearah cowok itu karna Zahra sudah lumayan kenal dengan Gabriel.
"Nak cari Arumi ya? Aruminya lagi tidur, maaf ya enggak bisa bukain pintu soalnya tadi ibu lagi jemput anak-anak ibu pulang mengaji," tutur Zahra tersenyum ramah.
"Ah--iya bu, tak apa saya harap maklum," ucap Gabriel tersenyum kikuk lalu mundur beberapa langkah supaya memudahkan Zahra untuk membukakan pintu.
"Silahkan masuk nak, ibu panggilkan Arumi dulu," ucap Zahra berlalu pergi menuju kamar sang anak.
Gabriel hanya mengangguk lalu mendudukan bokongnya disofa ruang tamu yang lumayan dekat dengan kamar gadis itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Psychopath Love Story [ END ]✓
Romance[ W A R N I N G ⚠️] Cerita ini terdapat banyak kata-kata kasar dan adegan kekerasan. 💢 Ketika seorang anak kecil yang dipaksa untuk menjadi pembunuh oleh ayahnya sendiri agar bisa melindungi adik dan ibunya. Namun sayangnya, semua pengorbanan ya...