•Aku pikir kita akan selamanya seperti ini, ternyata itu hanyalah khayalan semata•
- Arumi Nasha Razeta -
Ketika pesan itu terkirim, Gabriel bernapas dengan lega. Jari-jari tangannya terasa kaku ketika mengetik satu persatu huruf di keyboardnya.
Ada perasaan tak enak hati dan was-was ketika dirinya mengirim pesan singkat kepada 'mantan', orang yang dulunya. Sangat ia cintai.
Niat hati hanya ingin melihat wajah Arumi, malah tangan nakalnya mengirim pesan kepada gadis itu. Sekilas rasa malu hinggap dibenak Gabriel, pemuda itu menggeleng kepalanya pelan lalu pergi menuju mobilnya terparkir.
Seperti biasa Angga selalu menemani Gabriel kemana pun bosnya itu mau.
Pikirannya melayang kemana-mana, yang pasti pikirannya masih memikirkan mantan gadisnya. Sesekali Gabriel tersenyum seraya menatap jalanan yang mulai sepi.
"Bos, sepertinya gadis dirumah sakit tadi menyukai bos," ucap Angga memecahkan keheningan, sesekali melirik dikaca tengah spion mobil.
"Tidak mungkin," bantah Gabriel, berusaha tetap tenang dengan posisi itu tanpa memalingkan wajahnya kearah Angga.
Angga mengela napas, "itu hanya perkiraan saya saja, bos."
Tanpa menyahuti ucapan Angga, Gabriel memilih untuk bermain ponsel. Bertepatan juga dengan notifikasi muncul dilayar utama ponselnya.
Hai juga Riel.
Senyum terbit diwajah pemuda itu ketika melihat pesan yang ia kirim kepada Arumi, dibalas dengan sapaan biasa saja tapi, walaupun biasa saja rasa bahagia itu tidak dapat dihindari.
Dengan cepat jemari tangannya, membalas pesan Arumi.
Denger-denger kamu bakal pindah sekolah?
Tidak butuh waktu lama Gabriel menunggu balasan pesan itu dibalas.
Sepertinya, iya.
Senyum yang tadinya terbit sekarang tenggelam, wajahnya sedikit murung namun sebisa mungkin Gabriel tetap membalas pesan singkat namun berarti itu.
Baiklah
Tidak perlu berlama-lama lagi, Gabriel menyimpan ponselnya lalu kembali menatap jalanan disampingnya.
•••
Arumi menghembuskan napas sesekali menyesap kopi ditangannya, udara sangat dingin padahal jendela dan pendingin ruangan sudah ditutup dan dimatikan.
Hatinya sedikit mencelos ketika menerima pesan dari Gabriel, Arumi pikir tak seharusnya ia masih berharap untuk kembali karna Gabriel sudah memiliki gadis yang pantas untuk ia cintai dan itu bukanlah dirinya.
"Gabriel, sungguh. Aku ingin bertemu dengan mu," gumamnya meringkuk dalam selimut mencari kehangatan.
"Arumi? Kamu sudah tidur? Belum terlalu malam dan kamu sudah tidur," tanya Revano seraya mengetuk pintu kamar sang adik.
Dengan sangat malas Arumi membuka pintu kamarnya lalu menatap bingung kakaknya.
"Ada yang ingin abang sampaikan," ucap Revano berjalan kearah ruang keluarga yang lumayan luas dan di ikuti Arumi dibelakangnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Psychopath Love Story [ END ]✓
Romance[ W A R N I N G ⚠️] Cerita ini terdapat banyak kata-kata kasar dan adegan kekerasan. 💢 Ketika seorang anak kecil yang dipaksa untuk menjadi pembunuh oleh ayahnya sendiri agar bisa melindungi adik dan ibunya. Namun sayangnya, semua pengorbanan ya...