Chapter 14

373 68 23
                                    

Keduanya tertawa walaupun dengan keadaan bingung sekali pun, "Yaudahlah Riel rumahku bentar lagi sampai kok," ujar Arumi memberi saran.

"Oke deh kalo gitu, hati-hati dijalan sampe rumah jangan lupa mandi. Soalnya pacar aku ini bau banget," ucap Gabriel dengan nada becanda seakan-akan ia lupa dengan kejadian dirumahnya.

"Bodo amat, aku enggak peduli wlee," kata Arumi menjulurkan lidahnya sambil berlalu pergi.

"Aku tungguin kamu disini deh sampai kamu udah nggak terlihat lagi batang hidungnya !" teriak Gabriel sambil menyandarkan tubuhnya dibagian belakang mobil.

Depresi, stres itulah yang dirasakan Gabriel saat ini, tapi semua itu ia tahan ketika sedang bersama Arumi, Gabriel rapuh ketika ia sendiri meratapi hidupnya yang selalu dikekang oleh Ayahnya yang keras kepala itu.

Ketika Arumi sudah tak terlihat lagi barulah Gabriel beranjak bangkit dari duduknya lalu masuk kedalam mobil.

****

Pagi-pagi sekali Gabriel sudah ada didepan rumah Arumi, Gabriel berniat mengetuk pintu rumah Arumi ketika ia sudah ada diambang pintu tapi niat itu ia urungkan, baru saja cowok itu ingin beranjak pergi kearah mobilnya pintu rumah Arumi sudah terbuka lebar menampakkan sosok wanita paruh baya yang mengenakan hijab usianya sepertinya hampir sama seperti mommynya Gabriel.

"Eh, mau cari siapa nak?" tanya Zahra.

"Maaf tante Aruminya ada? Saya kesini ingin mengajak Arumi kesekolah bareng," jawab Gabriel dengan sopan.

"Oh Aruminya ada kok, sebentar bunda panggilkan," ujar Zahra langsung melenggang pergi.

Zahra langsung menghampiri Arumi yang kini tengah sarapan bersama adik-adik pantinya, "Arumi ada temen mu tuh, cowok," kata zahra lalu ikut duduk dikursi meja makan.

Arumi sontak menoleh ke arah Zahra lalu bergegas pamit, "Yaudah deh bunda, Arumi berangkat Assalamualaikum," ucap Arumi.

"Waalaikumsalam."

"Riel? Ngapain kamu kesini?" tanya Arumi.

"Enggak boleh? Oh yaudah kalo gitu aku duluan," jawab Gabriel dengan nada bercanda.

Arumi mengecutkan bibirnya sambil menyilangkan kedua tanganya diatas dada, "Bodo Amat," ucap Arumi acuh.

"Ayo naik, kalo nggak mau naik nanti aku cium," bisik Gabriel membuat Arumi geli.

****
Disekolah Arumi yang selalu duduk sendirian tanpa seorang teman disampingnya hanya tersenyum kecut, ingin sekali rasanya ia mempunyai teman sebangku tapi apalah daya, Arumi yang sering dibilang aneh tak bisa berbuat apa-apa.

Semenjak pacaran dengan Gabriel, Gabriel tak pernah menyapa Arumi ketika dikelas, mungkin karna sibuk?

"Guys hari ini tuh yayang Gabriel mau tanding basket !" teriak Kaila antusias, Arumi yang mendengar itu hanya tersenyum pasrah. Rasa cemburu itu ia tepis jauh-jauh.

Arumi bergegas pergi keluar kelas ketempat biasa yaitu perpustakaan karna juga hari ini jam kosong jadi tidak ada guru yang masuk.

"Disini aja deh, lebih adem," gumam Arumi sambil menarik kursi lalu mendudukinya.

"Arumi, huh--huh--huh," panggil Tasya dengan napas ngos-ngosan sambil berjalan menghampiri Arumi yang tengah asik melamun.

"Eh ada apa?" tanya gadis itu bingung.

"Ke lapangan yuk, liat mereka main basket," jawab Tasya dengan posisi masih berdiri disamping kursi Arumi.

"Enggak deh, panas," tolak Arumi.

"Yaelah elu mah, gue males kalo bareng sama Kaila dan kawan-kawan bawaannya risih aja gitu nanti tuh anak pasti paling kenceng teriaknya, mau yaaa lu temenin gue," jelas Tasya dengan wajah seimut mungkin.

Arumi mengehela napas lalu mengangguki permintaan Tasya, "Iya deh kalo gitu," ucap Arumi pasrah.

****
Mereka berjalan menuju pingir lapangan basket yang lumayan ramai dan sedikit berdesak-desak kan.

"Arumi sini," panggil Tasya lalu dibalas dengan anggukan oleh Arumi.

Kedua gadis itu duduk lumayan dekat dengan lapangan basket.

"Arumi, gue boleh enggak datang kerumah lu?" tanya Tasya.

"Boleh kok, bunda ku orangnya baik malahan bunda sangat senang kalau ada teman datang kerumah ku eh maksudnya rumah panti ku," ujar Arumi tersenyum senang.

"Okeh deh."

Tasya sempat menoleh sebentar kearah para pemain basket sampai akhirnya Tasya kaget dengan bola tiba-tiba saja mengarah ke mareka.

"Arumi awas!" pekik Tasya membuat semua orang menoleh ke arah mereka termasuk Kaila.

Buk!

Bola basket itu tak dapat dihindari hingga akhirnya menggenai hidung Arumi dan mengeluarkan cairan merah, "Arumi lo gpp?" tanya Tasya panik.

"Eh gpp kok." ucap Arumi menutup hidungnya dengan tangannya.

"Arumi hidung lo itu berdarah !" Tasya sangat panik saat ini.

"Arumi?" panggil seseorang yang masih menggunakan seragam basket, siapa lagi jika bukan Gabriel.

Darah menetes menggenai rok abu-abu milik gadis itu, "Gakpapa kok, cuma darah dikit dilap aja udah ilang darahnya," ujar Arumi tanpa menoleh kearah Gabriel.

"Kita keuks sekarang." Tanpa persetujuan Arumi, Gabriel langsung menarik lembut tangan kiri Arumi karna tangan sebelah kanan gadis itu ia gunakan untuk menahan darah yang keluar dari hidungnya.

Bersambung...

#Part yang acak-acakan + enggak nyambung menurut gw 🙂

Jangan lupa vote dan comment.

Typo bertebaran harap maklum

Tinggalkan jejakmu jika kamu menyukai cerita ini

Arigatou yang udah baca ≧ω≦

Psychopath Love Story [ END ]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang