Awan yang tadinya berwarna keabuan sekarang berubah menjadi warna jingga, matahari berganti dengan bulan. Tapi Gabriel masih belum beranjak dari duduknya.
Cowok itu duduk dipinggiran pantai yang tampak sepi, angin sepoy-sepoy menerpa wajah tampannya. Ia menatap kearah pantai yang memandang langsung kearah terbenamnya matahari.
Menikmati senja seorang diri tanpa teman atau siapa pun, kakinya ia luruskan kedepan dengan tangan ia tumpukan kebelakang sesekali cowok itu menghirup udara dingin disore hari.
Pikirannya sedikit tenang namun beberapa menit kemudian pikiran dan hatinya tidak bisa diajak kompromi sebentar saja untuk tidak memikirkan hal yang membuat hatinya kembali terluka.
"Arumi, kamu apa kabar?" tanya Gabriel bergumam seraya memainkan pasir putih pantai.
Cairan bening perlahan keluar dari bendungannya, lagi-lagi pertahanan Gabriel runtuh. Bendungan yang ia bangun susah payah kini runtuh karna derasnya rasa sakit yang menerpa.
Dirasa sudah sedikit mendinganan, Gabriel mengusap wajahnya lalu bangkit dan berjalan pelan kearah motor yang ia parkirkan tidak jauh dari tempatnya duduk tadi.
Jam sudah menunjukkan pukul 8 malam, angin malam mulai menusuk pori-pori saking dinginnya malam ini.
•••
Gabriel memberhentikan motornya tepat didepan rumah ayahnya, sekarang keluarganya sudah kembali untuh seperti sebelumnya dan juga ayahnya sudah kembali menjalankan perusahaan yang sempat ia tinggalkan.
Baru beberapa melangkah Gabriel teringat akan sesuatu, ia lupa jika tadi dirinya sempat membeli makan malam untuk keluarga kecilnya.
Ia menggosok kedua tanganya guna menghangatkan diri, malam ini akan menjadi malam yang sangat dingin.
"Wil, dad? Gabriel pulang," ucapnya sedikit meninggikan nada bicaranya.
Cowok itu tersenyum senang ketika melihat Wiliam tengah memainkan sebuah game dikamarnya bersama dengan ayahnya yang hanya memperhatikan Wiliam bermain saja.
"Dad?"
"Oh, kau sudah pulang rupanya." Lemuel tersenyum lalu menyambut tangan Gabriel.
"Kalian sudah makan?" tanya Gabriel tidak ingin basa-basi lagi.
"Sudah, maaf tidak menunggu mu pulang terlebih dahulu," ucap Lemuel merasa tak enak hati.
"Tak apa dad, kalau begitu Gabriel pergi ke kamar dulu," pamitnya diangguki oleh sang ayah.
Selesai mandi dan mengeringkan rambutnya, Gabriel memilih untuk belajar. Karna, sebentar lagi dirinya akan melaksanakan olimpiade sialan yang dirinya sendiri tidak berniat ikut, pikirinnya terlalu terbebani tapi apa boleh buat. Keputusan sekolah tidak bisa dibantah.
"Huh." Gabriel mengehela napas berat sambil mengketuk-ketuk pulpen dimeja.
Dua jam lebih ia habiskan untuk belajar, belajar dan belajar. Otaknya panas meminta segera untuk di dinginkan.
"Capek," gumamnya memijit pelipisnya pelan.
•••
Hari ini adalah hari minggu, hari dimana Gabriel akan beribadah ke gereja seperti biasanya.
Dirinya sudah bersiap dengan setelan kemeja serta tidak lupa pula parfum aroma mint selalu tercium dihari-harinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Psychopath Love Story [ END ]✓
Romance[ W A R N I N G ⚠️] Cerita ini terdapat banyak kata-kata kasar dan adegan kekerasan. 💢 Ketika seorang anak kecil yang dipaksa untuk menjadi pembunuh oleh ayahnya sendiri agar bisa melindungi adik dan ibunya. Namun sayangnya, semua pengorbanan ya...