Chapter 6

648 88 55
                                    

Aku akan menjagamu meskipun aku ini seorang pendosa -Gabriel Richards-


"Assalamualaikum," ucap Arumi yang baru pulang.

"Waalaikumsalam, tumben kamu pulangnya terlambat nak?" tanya Bunda Zahra.

"Maaf Bunda, soalnya tadi Arumi ada kelas tambahan untuk lomba olimpiade," jawab Arumi.

"Ouh, semoga kamu menang ya nak," ucap Zahra tersenyum.

"Oh iya Bunda, Abi belum pulang ya?"  tanya Arumi lesu, jujur dia sangat merindukan sosok ayah saat ini walaupun sang Abi bukanlah ayah kandungnya.

"Belum nak, memangnya kenapa?" tanya Zahra balik.

"Tidak apa-apa kok Bunda, ya sudah Arumi ke kamar dulu ya! selamat malam bunda," ucap Arumi langsung diangguki oleh Zahra.

***

Gabriel POV

Keesokan paginya aku bergegas kesekolah tanpa berpamitan dengan daddy dan mommy, aku tidak ingin melihat wajah daddy saat ini.

Oh tidak aku lupa memperkenalkan mommy ku, namanya Ashalina Richards, dia wanita yang baik menurut ku walaupun aku jarang berbicara dengan mommy ku.

Jika kalian bertanya, apakah mommy ku mengetahui jika aku ini sering membunuh orang? jawabannya adalah ya, mommy mengetahui hal itu bahkan dia melarang ku keras agar tidak membunuh siapa pun lagi, Arrrggg sudahlah, sudah cukup perkenalannya.

****
Ketika sampai disekolah aku tak melihat siapa pun, kemana semua orang? sampai pada akhirnya satpam penjaga sekolah menghampiri ku dengan tatapan heran.

"Nak Gabriel? kenapa datang ke sekolah? hari ini kan libur, memangnya nak Gabriel tidak tau kalau hari ini hari minggu?" tanya Pak Bambang sambil terkekeh pelan.

"Eh-pantas saja saya liat sekolah ini sepi, ya sudah kalau begitu saya pulang dulu pak, terimakasih sudah mengingatkan saya hehe," ucap ku sembari masuk kedalam mobil.

'sialan kenapa aku sampai lupa sih kalau hari ini hari minggu, arrrrggg semua ini salah daddy yang membuat pikiran ku jadi kacau!' batin ku sambil memukul setir mobil.

Author POV

Gabriel memberhentikan mobilnya disebuah taman yang sepi pengunjungnya walaupun hari ini adalah hari minggu tapi tetap saja taman ini selalu sepi.

"Arumi," gumam Gabriel tanpa sadar dia menyebut nama 'Arumi'

Ada apa dengan Gabriel? Kenapa dia memikirkan gadis itu terus menerus? Apakah benih-benih cinta mulai tumbuh dihati pria itu?

"Aduh kak, es krimnya jadi jatoh..hiks," ucap seorang anak kecil membuat Gabriel tersentak kaget pasalnya pria itu hanya melamun sedari tadi.

"Yaudah kita pulang aja ya, nanti kalo kakak punya uang, kakak beli es krim yang banyak buat kamu," ucap Arumi memenangkan adik pantinya.

"Arumi sedang apa kau disini?" tanya Gabriel berjalan mendekati gadis itu.

"Eh-Gabriel, e-nggak kok ini lagi nemenin adik panti ku beli es krim," jawab Arumi canggung.

"Es krimnya mana?" tanya Gabriel manatap Arumi dan Ryan bergantian.

"Tadi es krimnya jatoh kak," ucap Ryan jujur.

"Kita beli lagi yuk kakak yang traktir," ucap Gabriel tersenyum lalu menatap Arumi meminta persetujuan.

"T-tapi, ah sebaiknya tidak usah, hmm kalo gitu kita pulang dulu assalamualaikum," ucap Arumi gugup

Gabriel menatap kepergian Arumi dengan heran, kenapa dia tak mau? Padahal Gabriel tak bermaksud jahat, ah sudahlah tak perlu dipikirkan.

"Hallo bos," ucap Angga disebrang sana.

"Cariin gue mangsa," jawab Gabriel.

"Baiklah bos."

Tut...

Gabriel langsung mematikan telpon itu sepihak.

Beberapa jam kemudian Gabriel mendapatkan telpon kembali dari Angga.

"Ada kabar baik bos, saya mendapatkan mangsa untuk bos habisi, nanti saya akan kirim alamatnya," ucap Angga serius.

Kabar baik macam apa itu? Yang benar saja

"Baiklah gue kesana sekarang."

****

Tak lama kemudian sampailah Gabriel dirumah kosong yang jauh dari pemukiman warga.

"Mana?!" tanya Gabriel tak sabaran.

"Didalam bos," jawab Angga.

Tanpa menjawab ucapan Angga, Gabriel langsung masuk kedalam rumah itu.

"Tolong lepaskan saya...hiks," ucap wanita yang nampaknya seumuran dengan ibunya.

Mulutnya tidak disumpal dengan kain tapi tangan dan kakinya saja yang di ikat

"HAHAHAHA, APA BU? SAYA TIDAK SALAH DENGAR KAN?" ucap Gabriel mendekat kearah wanita itu dengan tatapan bagai iblis.

Tanpa aba-aba Gabriel langsung menarik rambut wanita itu hingga darah mengalir dari kepala wanita itu, bagaimana tidak? Gabriel menariknya sangat kuat sampai-sampai kulit kepalanya hampir saja robek, mengerikan bukan?

Rintihan demi rintihan keluar dari mulut wanita itu, make up yang hampir luntur, rambut acak-acakan dan penuh dengan darah, seperti itulah keadaan wanita tersebut. Akan tetapi Gabriel merasa belum puas menyiksa wanita itu.

Dasar psikopat gila!

"Kau tahu bu? Meskipun kau tak punya salah kepada ku, tetapi aku tahu kau sering menipu orang yang tak bersalah," ucap Gabriel seketika melembut.

"MATI SAJA KAU!!"

Gabriel langsung mengarahkan kapak tepat dileher wanita itu dan lepas kepalanya terlepas darah bercucuran dari leher tanpa kepala itu.

Merasa belum puas Gabriel membelah perut wanita itu lalu memainkan usus dari wanita itu, Gabriel tak merasa jijik? Tentu saja Gabriel sudah terbiasa dengan semua itu.

Bersambung...

Jangan lupa vote dan comment.

Typo bertebaran harap maklum

Tinggalkan jejakmu jika kamu menyukai cerita ini

Arigatou yang udah baca ≧ω≦

Psychopath Love Story [ END ]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang