Chapter 3

1K 118 62
                                    

Dengan malas Gabriel membuka pintu rumahnya, alangkah terkejutnya dia karna yang ada dihadapannya saat ini adalah Arumi.

"Cari siapa?" tanya Gabriel basa basi.

"Hmm--maaf ini ada paket," ucap Arumi sembari memberikan sebuah kotak yang tidak tau isinya apa.

"Baiklah," ucap Gabriel lalu menandatangani bukti paket tersebut sudah sampai ditangan konsumen.

"Terima kasih sudah mempercayai kami, saya permisi dulu assalamualaikum," ucap Arumi namun tak sengaja dia melihat kalung yang melingkar dileher Gabriel dengan tanda salib.

"Tunggu sebentar, ada yang mau saya bicarakan," ucap Gabriel menahan tangan Arumi agar tidak pergi.

"Iya?" ucapnya singkat.

Gabriel menarik napas panjang. "Maaf jika saya tidak menjawab salam mu," ucap Gabriel datar.

"Tidak apa-apa saya mengerti kok," ucap Arumi tersenyum tipis lalu langsung pergi menuju sepedanya.

***

"Daddy? Ada paket untukmu," teriak Gabriel namun tak ada sautan sama sekali.

"Dasar orangtua menyebalkan!" umpat Gabriel kesal.

"Hei! Ada apa? Kenapa harus teriak-teriak?" tanya Lemuel Richards---ayah Gabriel.

"Aku memanggilmu sedari tadi? Kenapa kau lambat sekali dad?" tanya Gabriel sambil memutar bola matanya.

"Kau seperti tidak tau orangtua saja," ucap Lemuel.

"Terserah kau saja dad," ucap Gabriel "oh ya dad itu ada paket untukmu, Gabriel mau kekamar dulu," ucapnya lagi sambil berjalan meninggalkan ayahnya sendirian diruang tamu.

"Kau ingin bermain-main dengan keluarga Richards rupanya," ujar Lemuel menyeringai ketika ia membuka kotak itu.

****

Keesokan paginya Gabriel nampaknya tengah terburu-buru, namun dia sangat kesal kepada ayahnya pagi ini, kenapa tidak? Ayahnya selalu saja menahannya.

"Gabriel! Selesaikan tugas kita dulu nak!" kata Lemuel.

"Tugas apa lagi dad?! Aku tidak ada waktu untuk itu," jawab Gabriel tegas.

"Sepertinya kita sedang diteror oleh mafia dikota ini," ucap Lemuel.

"Lalu?" tanya Gabriel pura-pura tidak tau apa yang diinginkan Ayahnya

"Kita harus bertindak!" ucap Lemuel lagi.

"Baiklah dad! Gabriel ingin ke sekolah dulu urusan itu biar Gabriel yang tangani," ucap Gabriel lalu berpamitan dengan mommynya.

Kalian tau apa isi kotak itu?, ya.. Isinya jantung manusia yang masih segar dengan surat didalamnya, lalu kenapa tidak ada bau amis? Ketika Arumi mengantarkan paket itu? Jawaban itu ada pada seseorang misterius yang memberi paket itu kepada Lemuel.

Contoh ilustrasi gambar :

Surat itu berisikan tentang ancaman kematian kepada Lemuel

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Surat itu berisikan tentang ancaman kematian kepada Lemuel.

'KAU AKAN MATI LIAT SAJA NANTI!'

*****
Ditempat lain Arumi yang tengah sibuk merapikan buku-buku yang akan ia bawa hari ini.

"Huh hari ini ada ulangan kah?" tanyanya pada diri sendiri "Astaga kenapa aku bisa lupa seperti ini," ucapnya panik sambil berjalan keluar dari kamar.

"Pagi Bunda," sapa Arumi.

"Pagi juga sayang, yuk sarapan dulu," ajak Bunda.

"Ngga usah deh Bund, Arumi harus belajar jadi cepet- cepet kesekolah soalnya Arumi juga belum belajar kemarin hehe," ucap Arumi terkekeh.

"Arumi pergi dulu ya Bund, assalamualaikum," ucapnya lalu menyalami Zahra.

*****
Arumi berjalan sebentar lalu duduk ditempat biasa gadis itu menunggu angkot tanpa sengaja dirinya melihat Gabriel yang tengah emosi dengan mobilnya.

'ada apa dengan pria itu' ujarnya dalam hati.

'apa aku kesana aja ya' pikirnya.

Dengan keberanian yang cukup Arumi mendeketi Gabriel.

"Maaf, apa ada masalah dengan mobil mu?" tanya Arumi.

"Eh--iya tiba-tiba saja mesinnya mati," jawab Gabriel sambil menggaruk tenguknya yang tidak gatal, sepertinya ada perasaan canggung diantara mereka.

"Tapi tenang saja saya sudah panggilkan orang suruhan saya untuk mengambil mobil ini," ucapnya lagi.

"Oh baiklah," ucap Arumi singkat.

"Kalau begitu saya kesana dulu, takut angkotnya kelewatan," ucap Arumi berpamitan dengan Gabriel.

"Tunggu saya akan ikut dengan mu naik...." ucap Gabriel berpikir.

"Angkot," jawab Arumi sambil terkekeh pelan.

"Ahh iya," ucap Gabriel tersenyum.

"Yuk kesana," ucap Arumi lalu menggenggam erat tangan Gabriel, Gabriel yang mengetahui itu hanya tersenyum pasrah.

"Itu angkotnya, ayo cepet," ucap Arumi sambil berlari kecil namun tangannya masih menggenggam tangan Gabriel.

"Ayo naik, nanti keburu penuh." ujar Arumi, Gabriel hanya mengangguk lalu duduk disamping Arumi.

"Disini sangat pengap dan padat, aku tidak suka keramaian seperti ini, disini banyak kuman," keluh Gabriel kepada Arumi.

"Lalu kenapa kau ingin ikut denganku?" tanya Arumi datar.

"Ya sudahlah," ucap Gabriel dingin.

***

Sesampainya mereka dikelas, banyak pasang mata yang melihat mereka dengan tatapan heran.

Seperti biasa Arumi tak menanggapi tatapan mereka semua.

10 menit berlalu namun guru belum juga masuk ke kelas padahal bel sudah berbunyi dari tadi.

"Arumi kamu dipanggil sama Pak Anton diruang guru," ucap teman sekelas Arumi.

Arumi hanya mengangguk paham, huh gadis itu sangat pelit bicara.

***
Arumi berjalan melewati lorong-lorang kelas yang sepi namun dirinya merasa aneh seperti ada yang menikutinya dari belakang.

Bersambung....

Jangan lupa vote dan comment.

Typo bertebaran harap maklum

Tinggalkan jejakmu jika kamu menyukai cerita ini

Arigatou yang udah baca ≧ω≦

Psychopath Love Story [ END ]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang