Chapter 27

250 44 38
                                    

Rasa kesal dan emosi tak bisa dibendung lagi, lama memendam kebencian itu juga tidak baik.

Gabriel berjalan mendekati Wiliam agar tidak terjadi perkelahian mengingat rumahnya masih dalam suasana berduka.

"Wil, sudahlah kita hanya perlu menyingkirkan wanita itu," ucap Gabriel sambil memegang pundak Wiliam lalu mendorongnya pelan.

Wiliam langsung menepis tangan Gabriel yang berada dipundaknya, "Ini bukan masalah wanita murahan itu kak, ini masalah keadilan. Daddy tidak pernah adil sama kita dia hanya menuruti kemauannya aja, kalo kita seperti ini terus sama aja kita mengajari kucing bicara, dia nggak akan ngerti," tekan Wiliam dengan suara lantang.

Wiliam berjalan mendekati wanita yang berada didekat ayahnya,"Dan lo wanita murahan yang nggak punya hati, mending lo pergi dari sini. Gue benci liat muka lo!" tegas Wiliam mengeluarkan unek-uneknya yang sedari tadi ia pendam.

Cukup lama Wiliam ingin berbicara seperti itu kepada ayahnya namun ia tak punya keberanian sedikit pun, dan saat ini adalah saat yang tepat untuknya mengeluarkan apa yang selama ini ia pendam.

"Wiliam sudahlah biar ini menjadi urusan ku nantinya, yang harus kau pikirkan sekarang adalah fokus belajar," nasihat Gabriel dan langsung dituruti oleh Wiliam.

"Lemuel, aku capek dimana kamarmu...aku ingin istirahat," Lirih wanita itu manja dan terdengar menjijikkan ditelinga mereka (Arumi, Gabriel, dan Wiliam).

"Crishtina sayang, tunggu sebentar urusan ku dengan anak ku belum selesai," ucap Lemuel lembut.

"Drama macam apa ini anjing! Ck," emosi Wiliam tak dapat dibendung lagi, setiap melihat dua orang didepannya ini.

"WILIAM SIAPA YANG MENGAJARKAN KAMU BERBICARA SEPERTI ITU KEPADA DADDY?!" bentak Lemuel menarik kera baju Wiliam

Wiliam tersenyum miring, "Lo! Lo yang udah ngajarin gue ngelawan sama lo, karna nggak ada gunanya juga gue menghormati lelaki bajingan seperti lo!" tegas Wiliam membuat satu pukulan mendarat dirahangnya.

Buk!

"Pukul dad pukul! Sampai gue nyusul mommy dan ingat penyelidikan kematian mommy akan terus berlanjut!" jelas Wiliam sembari mengusap sudut bibirnya yang mengeluarkan darah.

"Wil sudah! Tidak ada gunanya berdebat dengannya!" tegas Gabriel yang sedari tadi hanya diam.

Dengan nafas yang memburu Wiliam beranjak pergi dari hadapan mereka.

"Dad, Gabriel harus apa? Gabriel harus melakukan apa lagi, Gabriel udah nggak ngerti arah pikiran daddy," kata Gabriel pasrah.

"Kau tahu tidak? Kau itu menyebalkan. Jadi, minggir saya mau kekamar," ucap Crishtina dengan nada bak ratu kerajaan.

"Langkahi mayat ku dulu sebelum anda ingin menggantikan posisi ibuku!" ucap Gabriel dengan sorot mata tajam.

"Tante, maaf kalau saya lancang ta-tapi apa tidak sebaiknya tante jangan tinggal disini? Keluarga ini masih dalam keadaan berduka," jelas Arumi membuat Crishtina berdecak kesal.

Tanpa mempersulit keadaan Lemuel langsung menarik lengan Crishtina menuju kamarnya meninggalkan Gabriel dan Arumi yang masih berdiri disana.

Masih membingungkan, apa mereka sudah menikah? Lantas kenapa Lemuel membawa wanita itu ke kamarnya? Apa kata tetangga nanti walaupun Lemuel sosok pria yang paling disegani oleh semua orang tapi tidak dengan para ibu-ibu komplek yang sering merumpi.

****
Gadis itu berjalan mendekati Gabriel yang tengah termenung didepan teras rumahnya.

"Riel, aku pamit pulang dulu ya. Jaga kesehatan kamu anggap aja semua ini angin lalu jadi, nggak usah terlalu dipikirin yang paling penting sekarang pikirkan masa depan kamu," ucap Arumi lembut.

Gabriel tersenyum lalu mencium puncak kepala Arumi membuat sang empu merasa sangat kesal, kebiasaan.

"Aku anterin ya?" tawar Gabriel namun Arumi menggeleng.

"Nggak usah, aku udah pesen ojek online kok," ucap Arumi yang hendak pergi ditahan oleh cowok itu.

"Salam dulu sama calon suami," goda Gabriel membuat Arumi tersipu malu.

"Apaan sih!" tukas Arumi langsung berlari menuju pintu gerbang.

Gabriel tertawa kecil melihat tingkah gadis kesayangannya itu, Gabriel memang tak salah pilih tapi lambat laun keadaanlah yang dapat memisahkan mereka.

Gabriel pov.

Aku menelusuri tempat dimana ibuku ditemukan tak berdaya sampai pada akhirnya beliau dinyatakan tewas begitu saja.

Lantai tiga dimana terdapat jendela yang mana pemandangan disampingnya hanya tanah kosong, sunyi, dan sangat jarang sekali para pelayan pergi kesana.

Dilantai tiga itu merupakan tempat yang jarang sekali ku kunjungi, pernah waktu itu ayah ku memarahi ku, dengan keberanian yang cukup. Aku bersembunyi dilantai tiga ini.

"Mommy, sebenarnya apa yang menyebabkan kepergianmu, tuhan kenapa begitu rumit cobaan yang kau beri untuk ku?" gumam ku.

Aku menarik nafas dalam-dalam, lalu menghembuskannya. Aku mengamati dari balik tirai jendela yang menghadap langsung ditempat sunyi itu dan pastinya tak ada yang curiga jika ada penyusup masuk kesana atau pun seseorang ingin melakukan hal aneh bersama pasangannya, mataku menangkap sesuatu, ku lihat wanita yang bersama daddy sedang bermesraan dengan laki-laki lain, bukannya wanita tak tau diri itu tadinya berada didalam kamar bersama daddy? Sial!

Bergegas ku menuruni anak tangga untuk memastikan yang ku lihat itu adalah salah, arrggg sial! Kemana wanita itu? Kenapa dia tak ada disini?
Kemana wanita itu?

"Aku disini?" aku terkejut mendengar suara itu sontak aku menoleh, "Kau mencari ku sayang?" lanjutnya.

"Kau jangan kurang ajar! Dasar bicth!" kataku datar.

"Hahahaha...lucu sekali, kau tahu? Apa yang menyebabkan ibu mu meninggal?" tanyanya sambil menatap ku dengan tatapan mesum dengan pakaian yang sangat terbuka sekali, dia lebih pantas menjadi wanita jalang diluar sana dari pada ibuku.

Aku tak menjawab ucapan wanita gila ini, jika aku meladeni ucapannya bisa-bisa aku terbawa suasana untuk menghabisinya.

Aku beranjak pergi dari tempat itu dan tidak memperdulikan ucapan wanita yang otaknya sudah tidak waras lagi.

****
Author pov.

Gabriel terbangun dari tidurnya kepalanya terasa sangat pusing karna terlalu banyak memikirkan masalah yang selalu datang tanpa ia duga, kapan penderitaan ini akan berakhir?

Cowok itu memutuskan untuk ke kamar Wiliam, ia sangat khawatir dengan keadaan adik kesayangan itu dan dirinya juga tidak menyangka Wiliam bisa berkata sekasar itu.

Tok tok tok..

"Wil, lu udah bangun?" tanya Gabriel sambil mengetuk pelan pintu kamar Wiliam.

Ceklek

"Kenapa?" tanya Wiliam balik dengan mata sembab.

Gabriel sedikit melihat isi kamar adiknya itu banyak sekali pecahan kaca, baju kotor dimana-mana, "Kamu ngapain semalam?" tanya Gabriel memastikan jika Wiliam tidak mencoba melakukan hal yang aneh.

"Gue nggak ngapa-ngapain jadi nggak usah sok peduli sama gue," ketus Wiliam memalingkan wajahnya.

Drrrtt drrrtt

Dering telpon memecahkan ketenangan keduanya, Gabriel mengambil ponsel dari dalam saku celananya.

"Halo."

"Selamat pagi bos, saya ingin melaporkan informasi mengenai kematian nyonya Ashalina," ucap Angga disebarang sana.

"Baiklah, saya akan segera kesana. Ditempat biasa," balas Gabriel membuat Wiliam bingung, mau kemana kakaknya? Datang lalu pergi.

Bersambung...

Part nggak jelas menurut Author :v

Dahlah:v

Jangan lupa vote dan comment.

Typo bertebaran harap maklum

Tinggalkan jejakmu jika kamu menyukai cerita ini

Arigatou yang udah baca ≧ω≦

Psychopath Love Story [ END ]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang