Chapter 26

263 49 25
                                    


Ku usap punggung Gabriel dengan lembut, membantunya berdiri lalu kami berjalan beriringan dengan Gabriel kupapah. Aku paham Gabriel saat ini sangat terluka dan aku bisa merasakan itu semua.

Ketika sampai diparkiran tiba-tiba saja ada yang memanggil-manggil nama Gabriel, sontak aku menoleh kearah laki-laki yang hampir mirip dengan Gabriel dan aku yakin itu pasti adiknya.

Gabriel berjalan kearah Lelaki itu lalu memeluknya dengan erat, "Ikut gue pulang," ucap Gabriel tak jauh dari ku.

"Kak, mommy," ucap Wiliam, dapat ku pastikan jika ia juga sudah tau dengan kejadian ini.

Tanpa berpikir panjang aku langsung menyuruh kedua saudara ini masuk kedalam mobil dan aku yang mengendarainya.

Hening, itulah yang terjadi didalam mobil. Gabriel disebelah ku dengan Wiliam yang duduk dikursi belakang. Mereka berdua menunduk tampak sangat lesu sekali.

Tak lama kemudian kami sampai diperkarangan rumah Gabriel, ku lihat banyak sekali mobil yang terparkir disana dan juga karangan bunga bertuliskan nama Ibu Gabriel terpampang jelas dideretan dekat pagar rumah Gabriel.

Aku menghela napas dalam ku rasakan dada ku sangat sesak, aku bergegas keluar mobil disusul oleh Gabriel dan juga Wiliam.

Gabriel tetap dekat dengan ku seakan-akan tak membiarkan ku pergi, aku tahu perasaan Gabriel saat ini. Tapi tunggu dulu aku masih penasaran ibu Gabriel meninggal karna apa.

Kami masih dibalut dengan seragam sekolah, untuk mengganti baju pun kami tidak sempat apalagi untuk mengambil tas ku dan Gabriel yang masih berada dikelas.

Aku terduduk lemas ketika melihat tubuh seorang wanita yang sudah tidak bernyawa yang diletakkan didalam peti.

Wajahnya pucat pasi dengan gaun berwarna putih melekat ditubuhnya, aku mengalih pandangan ku ke arah Gabriel. Ku lihat dia menangis sejadi-jadinya, begitu sakit kehilangan orang yang ia cintai apalagi orang itu adalah wanita yang melahirkannya.

Perlahan ku mendekat kearah Gabriel yang mencoba membuka peti ibunya, "Riel, tenangkan dirimu. Aku tahu kau sedih, aku tahu kau terluka tapi kamu jangan seperti ini. Kamu harus kuat, kamu harus kuat dalam menghadapi cobaan ini," nasihat ku sambil menyeka air mataku sendiri.

Gabriel menoleh kearah ku dengan tatapan sendu lalu memeluk tubuh erat dan kembali menangis dipelukan ku, "Arumi, aku terluka. Siapa yang sudah membunuh ibuku, lihat saja akan ku balas," ucapnya membuat ku terkejut.

"Sudahlah Riel, jangan pernah kamu dendam kepada seseorang lagi. Lagi pula kita juga tidak tahu siapa yang sudah berbuat setega ini," ucap ku melepas pelukannya lalu menatap matanya yang sedikit sembab.

Gabriel tak menjawab ucapan ku lagi, matanya terfokus dengan sosok wanita sabar yang telah melahirkannya.

Disaat seperti ini aku bingung kemana ayah Gabriel? Apakah ia setega itu, tidak melihat disaat-saat terakhir istrinya?

Author pov

Semua tangisan ataupun penyesalan tak ada artinya lagi, Ashalina seorang wanita yang sabar ketika dikhianati oleh suaminya sendiri menyimpan rasa sakit yang mendalam hingga akhirnya rasa sakit seakan terbalaskan oleh kematian. Tak ada lagi tangis pilu yang terdengar dari suara sendu Ashalina, wanita itu sudah tiada.

Gabriel kini tengah berada dikamarnya begitupun dengan Wiliam, kedua kakak beradik ini harus sama-sama kuat untuk menutupi rasa sakit yang menjalar.

Cowok itu mengganti bajunya dengan pakaian kemeja serba hitam. Arumi terduduk lemas didekat peti mati yang terpampang jelas nama ibu Gabriel disana.

Air matanya jatuh tanpa ia duga dengan cepat gadis itu langsung menghapus air matanya dengan kasar, ia harus terlihat tegar agar Gabriel kuat dalam menghadapi masalah ini.

"Hai tante, ini aku Arumi kekasihnya Gabriel. Tante? Aku bahkan belum pernah berbicara dengan mu dan ini adalah pertama kalinya aku bertemu denganmu, selamat jalan tante. Arumi sayang tante," lirih Arumi terdengar pilu.

"Arumi?" panggil Gabriel menyentuh pundak gadis itu.

Arumi mendongakkan kepalanya lalu memeluk tubuh Gabriel, isak tangis dari gadis itu terdengar membuat Gabriel tidak kuat merasakan ini semua.

****
Seusai pemakaman, Arumi tidak langsung pulang kerumahnya karna mengingat cowok itu masih dalam keadaan duka. Gadis itu mencoba untuk menghibur Gabriel dalam dekapannya.

Tak terasa matahari telah tenggelam, angin berserta hujan rintik-rintik seakan tahu luka Gabriel saat ini.

"GABRIEL!! WILIAM!!" suara itu menggelegar diseluruh ruangan.

Arumi dan Gabriel yang tengah berada didalam kamar sontak melihat satu sama lain dan memutuskan untuk melihat siapa yang berteriak tanpa sopan dan santun.

"Sial!" gumam Gabriel mengepalkan tangannya.

Wiliam tampak diam saja dihadapan ayahnya ini,dia sudah muak dengan caci maki yang dilontarkan ayahnya sendiri membuatnya tidak betah dirumah.

"Apa Dad?" tanya Gabriel mengontrol emosinya sendiri.

"Hai! Perkenalkan aku ibu baru kalian," ucap wanita muda yang layak disebut anak bukan istri oleh Lemuel.

Apa kalian masih ingat dengan wanita yang bersama Lemuel di diskotek atau club malam itu?

"Apa maksud mu, apa kau tidak tau diri? Ibu ku baru saja meninggal!" tekan Gabriel dengan nafas turun naik.

Wanita itu tersenyum sinis lalu menarik lengan Arumi sangat kencang pasalnya gadis itu sedari tadi hanya diam saja dibelakang Gabriel, "Hai manis? Kau siapanya pria itu? Pacarnya?" tanya wanita itu tanpa mempedulikan ucapan Gabriel sedari tadi.

"Arrkkhh lepas nyonya, sakit," mohon Arumi.

Wanita itu langsung melepaskan cengkeramannya setelah melihat sorot mata kemarahan dari Gabriel seolah-olah siap membunuhnya.

Perlahan Arumi melangkah mundur kearah Gabriel.

"Sudahlah jangan menangisi ibu kalian yang sudah tidak bisa memberi ku kepuasan itu, lebih baik kalian berkenalan dengan ibu baru kalian," tutur Lemuel santai.

"KAU SUDAH GILA DAD!" pekik Gabriel dengan emosi yang tak dapat ia tahan lagi.

Dengan cepat Arumi menggandeng pergelangan tangan Gabriel agar cowok itu tidak larut dalam emosinya sendiri.

"Dasar anak kurang aj..."

"CUKUP DAD! GUE UDAH MUAK SAMA TINGKAH LAKU LO YANG BIKIN IBU GUE NANGIS TERUS MENERUS, GUE CAPEK GOBLOK! GUE CAPEK ANJING!! LO NGGAK NGERTI PERASAAN GUE. LO ITU CUMA MIKIRIN PERASAAN LO SENDIRI, LO ENGGAK MIKIRIN PERASAAN GUE, KAK GABRIEL DAN MOMMY," bentak Wiliam tepat didepan wajah Lemuel membuat pria tua itu tertegun ia tak bisa berkata apa-apa lagi.

Sudah cukup banyak luka yang digoreskan dihati seorang anak dari ayahnya sendiri, dan luka itu sangat sulit untuk diobati.

Bersambung...

Kira-kira Ibunya Gabriel meninggal karna apa ya?

Jangan lupa vote dan comment.

Typo bertebaran harap maklum

Tinggalkan jejakmu jika kamu menyukai cerita ini

Arigatou yang udah baca ≧ω≦

Psychopath Love Story [ END ]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang