Jika Tuhan membolehkan aku memilih, aku tidak ingin terlahirkan didunia ini
-Gabriel Richards-Ashalina tak berhenti menangis ingin menasihati sang suami namun ia tak punya keberanian untuk melakukan itu semua.
Wanita itu melepas pelukannya dari sang anak lalu menghapus air mata Gabriel dengan lembut, "Gabriel, dengerin mommy, daddy itu sayang sama kamu, jadi kamu jangan pernah berpikir jika daddy tidak menyayangi mu," ucap Ashalina sendu.
Gabriel menatap sang ibu lekat, bahkan ibunya mencoba membela daddynya dari pada dirinya,"Kenapa Mommy menyuruh ku untuk tidak membenci daddy? sedangkan mommy tau sendiri, kalau daddy itu membenci ku," ucap Gabriel tak terima.
Ashalina menggeleng cepat lalu menghapus kembali air mata yang keluar dari pelupuk mata Gabriel, "Sudahlah nak, lebih baik kita turuti saja perintah daddy mu. Kamu tahu kan jika ucapannya itu tidak bisa dibantah, bisa-bisa daddy kamu bisa tambah marah sama kita." Ashalina mencoba menyakinkan Gabriel.
Gabriel tertawa hambar, "Mom, kita ini sama saja seperti rusa yang dikejar oleh pemburu. Jika pemburu itu tidak mendapatkan seekor rusa, sang pemburu akan terus mengejar sampai apa yang dia inginkan terwujud," lirih Gabriel, dirinya tak percaya dengan apa yang diucapkan sang ibu, kenapa ibunya selalu membela ayahnya?
"Sudahlah nak lebih baik kita temui Wiliam diruang tamu, mommy pergi tadi, untuk menjemput Wiliam dibandara," ucap Ashalina membuat Gabriel heran.
"Wili pulang?" tanya Gabriel.
"Iya, dia pulang dan akan bersekolah disini," ujar Ashalina membantu Gabriel berdiri.
Ibu dan anak itu berjalan beriringan menuju ruang tamu, "Wil, gimana kabar mu?" tanya Gabriel mencoba menutupi lukanya.
Wiliam langsung memeluk Gabriel erat, ia sangat rindu dengan saudaranya ini, "Aku baik-baik saja," ucap Wiliam.
Gabriel tersenyum simpul lalu detik kemudian Gabriel meringkis kesakitan akibat luka ditelapak tanganya yang mulai meneteskan darah lagi.
Wiliam heran, ada apa dengan Gabriel, "Kak, lu kenapa?" tanya Wiliam.
Gabriel memejamkan matanya sebentar lalu membukanya kembali, "Gpp kok, cuma luka kecil." Gabriel tersenyum.
Dibalik senyuman ada banyak luka yang tergores disana.
"Luka kecil dari mana? Lu tunggu sini," ucap Wiliam berdiri untuk mengambil obat merah untuk sang kakak.
5 menit kemudian...
"Dah selesai, kak lain kali kalo ada masalah cerita sama gue, kali aja gue bisa bantu," ucap Wiliam tersenyum dibalas anggukan oleh Gabriel.
Ashalina tersenyum melihat kedua anaknya sangat akur, "Mommy kekamar dulu ya," ucap Ashalina berlalu pergi.
****
Gabriel berjalan keluar dari kamarnya mengenakan hoodie berwarna hitam tak lupa juga Gabriel menyemprotkan sedikit parfum aroma mint kesukaannya.
Cowok itu pergi keluar rumah sekedar menenangkan pikiran yang sedang kacau saat ini.
Kemana Wiliam? Jangan ditanyakan, Wiliam sibuk dengan gamenya tidak seperti Gabriel kalau gabut bunuh orang, rasanya membunuh sudah menjadi kebiasaan tersendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Psychopath Love Story [ END ]✓
Roman d'amour[ W A R N I N G ⚠️] Cerita ini terdapat banyak kata-kata kasar dan adegan kekerasan. 💢 Ketika seorang anak kecil yang dipaksa untuk menjadi pembunuh oleh ayahnya sendiri agar bisa melindungi adik dan ibunya. Namun sayangnya, semua pengorbanan ya...