Arumi pov
Aku berlari keluar dari perkarangan rumah Gabriel, air mataku seakan tak ingin berhenti mengalir. Mengapa rasanya sesakit ini?
Banyak pasang mata yang melihatku keheranan, pasalnya aku berlari sekencang mungkin dengan air mata yang membasahi pipiku. Hatiku sakit, aku pikir Gabriel akan menahan kepergianku, tapi nyatanya tidak.
Aku berhenti didekat jembatan yang lumayan sepi para pengendara, aku ingin berteriak sekencang mungkin. Menyalurkan rasa sakit yang kurasa.
Apakah dengan cara ini Tuhan mengajarkan ku arti dari rasa sakit mencintai seseorang yang bukan umatnya?
Ingin rasanya aku menghilang dari dunia ini, seseorang yang membuat hidupku lebih berharga telah mengecewakan ku. Sungguh aku tak butuh penjelasan darinya, semuanya sudah jelas.
"Arrrgghh, aku kecewa sama kamu Riel, aku pikir kamu adalah orang yang baik, aku pikir kamu akan berubah! Tapi nyatanya kamu malah mengkhianati aku, AKU BENCI KAMU RIEL!" teriakku pada kalimat terakhir.
Napasku memburu, kurasakan detak jantungku berdetak lebih kencang. Beban dipikiran ku seakan terkurangi, aku menatap sekeliling yang tampak sepi padahal masih siang.
Tanpa berlama-lama disana, aku memutuskan untuk pulang kerumah. Aku ingin menenangkan diriku, lagi pula putus dari seseorang itu adalah hal yang sudah biasa bukan? Walaupun sedikit sakit, jika boleh jujur aku masih tak rela.
Riel, sampai kapan pun kita bertahan. Aku akan lebih memilih Tuhan ku dan aku yakin kamu juga sama.
Biarlah hatiku hancur bersamamu, kita dilahirkan didunia yang sama namun dengan iman yang berbeda. Aku ingin selalu bersamamu. Tapi, jika kamu memilih bersamaku semata-mata karna cinta, aku tidak bisa sungguh.
Aku menghela napas panjang, entahlah kenapa aku masih kepikiran dengan Gabriel. Padahal kami bukan siapa-siapa lagi, sangatlah sulit untuk melupakannya.
Disaat perjalanan pulang, aku tak menemukan satu pun angkot, ojek, ataupun taxi yang lewat. Penat menghampiri ku, kaki ku terasa pegal namun itu tak membuat ku putus asa untuk sampai kerumah.
30 menit aku berjalan dengan tatapan kosong, akhirnya aku sampai diperkarangan rumah yang tampak sepi, aku tahu adik-adik pasti sedang didalam dan juga bunda sedang bekerja.
Aku meletakkan tas kecil ku diatas nakas lalu keluar kamar guna menghampiri mereka yang tengah asik bercanda seraya menonton acara kartun televisi.
"Dek, bunda belum pulang ya?" tanya ku kepada salah satu dari mereka.
"Belum kak, kata bunda, bunda pulang sore," jawabnya melirik ku sebentar lalu kambali menatap televisi.
Aku hanya mengangguk lalu berjalan kembali kekamar, aku ingin tidur saja. Ku rasa aku sudah tidak bisa bersama kamu Riel.
•••
Author pov
Lagi-lagi Gabriel mendatangi rumah tua itu, dengan emosi yang memuncak. Tangannya mengepal kuat raut kekecewaan terpancar dari mata cowok itu.
Gabriel mendobrak paksa pintu tua itu dengan kakinya, Angga yang terkejut lantas menghampiri bosnya yang menatap dirinya seakan ingin membunuh.
"Lo pembohong Angga! Gue pikir lo itu baik ternyata lo itu licik!" tekan Gabriel disetiap katanya.
Angga menatap Gabriel heran, kesalahan apa yang ia perbuat?
"Ma-maksudnya?" tanya Angga was-was.
KAMU SEDANG MEMBACA
Psychopath Love Story [ END ]✓
Romance[ W A R N I N G ⚠️] Cerita ini terdapat banyak kata-kata kasar dan adegan kekerasan. 💢 Ketika seorang anak kecil yang dipaksa untuk menjadi pembunuh oleh ayahnya sendiri agar bisa melindungi adik dan ibunya. Namun sayangnya, semua pengorbanan ya...