Chapter 46

234 29 52
                                    

Ibunya Kaila hanya bisa pasrah dengan keadaan yang menimpa anaknya saat ini, bagaimana perasaan ibu ketika mendengar bahwa anaknya hamil diluar nikah? Menyakitkan bukan? Kesal, marah, tapi tidak tahu harus melampiaskan ke siapa. Semuanya sudah terlanjur terjadi.

"Kai? Lo baik-baik aja kan?" tanya Tasya berjalan mendekat kearah Kaila yang tengah duduk dipinggiran kasur.

Kaila mendongak lalu menatap Tasya dengan senyum tipis, "aku baik-baik aja kok, kalian tidak perlu khawatir."

Napasnya naik turun, Tasya menatap tajam kearah sepupunya--Wiliam yang tengah merangkul pundak Kaila. "Kaila jadi kayak gini, gara-gara lo!"

Tasya mendekati Wiliam mencoba menarik kerah baju sekolah yang saat ini pemuda itu pakai, dengan sigap Nino langsung melerai pertengkaran yang hampir terjadi.

"Udah! Jangan bikin keributan, lo emangnya gak liat? Kaila lagi sedih, jadi jangan buat dia tambah sedih," ucap Nino seraya mengurung tubuh Tasya kedinding.

Bahu gadis itu bergetar, tangisnya pecah begitu saja, gadis itu memukul dada Nino dengan sangat keras membuat orang yang ia pukul mengaduh kesakitan.

"Udah jangan nangis lagi, lo kayak anak kecil kalo nangis kayak gini," tegur Nino.

Gadis itu hanya bisa memanyunkan bibirnya lalu segera melepas diri dari dekapan Nino, dirinya jadi malu sekarang.

"Kaiiii? Kamu nggak papa kan? Wiliam nggak ngapa-ngapain kamu kan? Dia nggak jahatin kamu kan?" pertanyaan beruntun yang dibuat Tasya membuat Kaila tersenyum.

"Dia gak jahat kok sama aku," ucap Kaila mencoba menghapus jejak air mata dipipi Tasya.

"Wil, kita harus bicara dengan keluarga Kaila," ucap Gabriel langsung diangguki oleh Wiliam.

Gabriel tahu apa yang sedang ia perbuat sekarang, meminta bantuan ayahnya akan menambah beban pikiran ayahnya saja, dia anak lelaki pertama dan dia juga yang harus menanggung beban itu.

"Om Wijaya-nya ada tante?" tanya Gabriel seraya duduk berhadapan dengan ibunya Kaila.

"Belum pulang mungkin sebentar lagi, tunggu saja," jawab Ibunya Kaila lalu permisi sebentar ke belakang.

Wiliam tampak biasa saja, ia masih diam ditempat tanpa mengeluarkan suara apa pun.

Lima belas menit mereka menunggu diruang keluarga, terdengar suara langkah kaki dari arah pintu utama sontak membuat mereka menoleh.

"Om," ucap Gabriel lalu mencium punggung tangan Wijaya dengan sopan begitu juga Wiliam.

"Ada apa kalian datang kemari?" tanya Wijaya memastikan dengan tampang wajah tak kalah jauh dari wajah ayah mereka, sama-sama tegas dan bikin takut saja.

"Soal Kaila," jawab Gabriel.

"Jadi, kalian sudah tahu tentang anak itu?"

Keduanya mengangguk.

Wijaya meletakkan tas kerjanya disamping sofa tunggal yang ia duduki, "Nikahkan anak saya, sebelum semua orang tahu jika dia hamil tanpa seorang suami!" pinta Wijaya kepada Wiliam.

Calon suami sekaligus ayah itu tampak mengela napas sebentar, "Baiklah," ucap Wiliam tanpa senyum diwajahnya.

Wijaya berdiri tepat dihadapan Wiliam lalu menepuk pundak pemuda itu, "Jadilah ayah dan suami yang baik, ingat kamu masih terlalu muda dan harus berpikir dewasa," ucap Wijaya diangguki oleh Wiliam.

•••

Siang itu Arumi dan Revano memutuskan untuk berangkat ke inggris, setelah mengurus perpindahan sekolah Arumi, Revano langsung memesan tiket penerbangan.

Psychopath Love Story [ END ]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang