Chapter 12

443 70 25
                                    

Arumi POV

Tanpa ku sadari sebentar lagi akan pulang sekolah, aku pikir riel akan sebentar keluarnya ternyata dugaan ku salah, kemana cowok itu?

Kringgg

Bel berbunyi menandakan waktu sekolah telah usai, aku menyusuri koridor sekolah yang sangat ramai para siswa dan siswi berlalu lalang, banyak siswa/i yang menyapa ku dan kubalas juga senyuman.

Ku lirik jam yang melingkar ditangan ku, jam menunjukkan pukul satu lewat empat puluh lima menit.

Aku duduk didekat halte bis menunggu bis atau angkot yang lewat namun tak kunjung datang, sepertinya memang nasib ku yang selalu menunggu tanpa kepastian.

Oh iya aku hampir lupa tentang abang ku, ya selama ini aku mencarinya tapi tak kunjung ku temukan kemana dia? Apakah saudara laki-laki ku juga sudah meninggal? Aku tidak tau.

Sungguh aku sangat merindukan sosok keluarga ku yang dulu, disaat aku merasakan hangatnya dekapan dan kasih sayang keluarga tapi kenapa Allah mengambil kebahagiaan ku? Ini tidak adil untuk ku.

Author POV

Seseorang berjalan mendekat ke arah Gadis itu, siapa lagi jika bukan Gabriel.

Cowok itu memakai baju kaos oblong berwarna hitam menambah kesan cool dengan jaket jeans sangat cocok ditubuh atletis milik Gabriel.

"Arumi, maaf telat jemputnya," ujar Gabriel menggaruk tenguknya yang tidak gatal.

Arumi hanya tersenyum simpul,"Gakpapa kok, lagi pula aku juga baru keluar kelas," ucap Arumi.

Tanpa meminta persetujuan Gadisnya Gabriel langsung menuntun Arumi masuk kedalam mobil, membuka kan pintu lalu memutar mengelilingi bagian belakang mobil lalu bergegas membuka pintu bagian kemudi bersebelahan dengan Arumi.

Seperti biasa hening melanda keduanya, Arumi sibuk meremas jari-jari tangannya menunduk sepertinya gadis itu sedang gugup.

Arumi menghembuskan napasnya,"Riel," tegur Arumi memecahkan keheningan diantara mereka.

"Kenapa?" tanya Gabriel menoleh sebentar lalu dengan cepat menatap datar kearah depan.

"Hmm--anu--enggak jadi deh hehe," ucap Arumi cengengesan.

"Dasa," ucap Gabriel sambil mengajak gemas puncak rambut gadisnya dengan tangan kiri, tanganya yang satu lagi sibuk memegang stir mobil.

Arumi berdengus kesal karna rambutnya jadi acak-acakan oleh ulah cowok itu,"Riel, kamu kemana tadi?" tanya Arumi tiba-tiba membuat Gabriel tersentak kaget bukan main.

"Enggak usah dipikirin, kan tadi udah aku bilang kalo aku ada urusan dikit, dan kamu tidak perlu ikut campur," ucap Gabriel lembut namun terkesan tegas.

Gadis itu diam tak bersuara dia hanya menatap kearah jendela mobil yang tampak basah karna hujan yang masih rintik-rintik.

"Kamu suka hujan?" tanya Gabriel namun matanya masih menatap kedepan tapi tak ada jawaban dari gadis itu.

"Pantes kenapa nggak nyaut udah tidur rupanya," ucap Gabriel menggenggam tangan Arumi erat sesekali ia mencium punggung tangan Arumi penuh cinta.

'Maafkan aku Arumi, aku belum bisa memberitahu kamu yang sebenarnya aku takut kamu akan membenci ku nanti' batin Gabriel pilu.

Gabriel rapuh ketika Arumi tahu apa yang sebenarnya terjadi, Gabriel tak mau kehilangan seseorang yang membuat hatinya terbuka kembali. Gabriel hanya ingin bersama Arumi walaupun itu akan menyakiti keduanya kelak.

Gabriel itu seperti tanaman yang tidak disirami air, tanaman itu akan layu dengan sendirinya sama seperti itu Gabriel tak ingin Arumi tau dan meninggalkannya sebelum Gabriel menjelaskan apa yang terjadi.

Selama diperjalanan Gabriel tak mau melepas kan genggamannya, Gabriel menoleh kearah Arumi ketika mobilnya sudah sampai diperkarangan rumah panti gadis itu, Gabriel mengusap dengan lembut rambut Arumi membuat sang empu terbangun dari tidurnya.

Arumi meregangkan otot-ototnya lalu detik kemudian gadis itu menatap Gabriel heran, "Kenapa?" tanya Arumi.

Gabriel menggeleng cepat sambil tersenyum simpul kearah Arumi, "Tidak ada, sudah sampai," jawab Gabriel lembut.

"Baiklah, aku masuk dulu? Apa kamu mau mampir?" tanya Arumi lagi.

"Tidak usah, cepatlah masuk kamu sangat bau," ucap Gabriel terkekeh pelan.

Arumi yang mendengar itu sontak mencium aroma bajunya lebih tepatnya dibagian ketiak, "Ihh Riel kamu itu ya!" pekik Arumi sambil mencubit perut Gabriel.

"Hahaha, aku hanya bercanda," ucap Gabriel tak dapat menahan tawanya.

"Au ah kamu mah gitu," ucap Arumi sambil membuka mobil Gabriel lalu menutupnya dengan kencang yang menimbulkan suara yang lumayan keras.

"Bye sayang, jangan lupa mandi kamu bau!" teriak Gabriel lalu melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang.

Gadis itu langsung membalikkan badannya sambil berdecak sebal.

Gabriel POV

Setelah mengantarkan Gadis ku pulang, aku bingung harus pulang ke apartemen atau harus pulang kerumah, aku bukannya membenci ayahku tapi sifatnya yang keras kepala membuat ku muak jika harus tinggal lama-lama dengan orangtuaku terlebih lagi saat ku tahu jika daddy akan membunuh Arumi itu yang membuat ku harus waspada.

Ponsel ku berdering membuyarkan lamunan ku. Dengan cepat aku mengambil ponsel dari dalam saku celana ku, aku tidak tahu itu telpon dari siapa karna aku langsung mengangkatnya tanpa tau siapa yang menelpon, kebiasaan dari dulu memang tidak pernah berubah.

"Hallo?" ucapku datar.

"RIEL!! KAMU ITU KETERLALUAN BANGET YA!" Pekik seseorang disebrang sana, oh aku tahu itu suara siapa. Siapa lagi jika bukan Arumi.

Aku bingung kenapa Arumi sampai segitunya kesal kepada ku, apa yang aku lakukan padanya?

"Emangnya aku salah apa?" tanyaku bingung.

"Ihh kamu tuh ya enggak mau ngaku! Tangan aku bauk tau nggak sih pasti ini ulah kamu kan? Asal main cium-cium aja."

"Hahahaha Arumi kamu tuh ya bikin aku gemes pingin cepet-cepet lamar kamu," godaku kepada Arumi, aku yakin pipinya pasti sedang memerah sekarang.

"Au ah sebel, nggak mau ngomong sama Riel lagi!" ucapnya langsung mematikan telpon sepihak.

Aku langsung menyimpan ponsel ku kembali, baru kali ini aku merasakan bahagia rasanya tak ingin ku lepaskan  sosok gadis yang baik, sabar, dan juga misterius.

Aku memutuskan untuk pulang kerumah saja, biarlah daddy ku ingin berkata apa anggap saja itu hanyalah angin lalu tak usah ku pikirkan.

****
Ketika aku ingin menginjakkan kaki ku masuk, kedua orangtua ku sedang mengobrol dengan tamunya.

"Gabriel," panggil Daddy membuatku memberhentikan langkah ku.

"Ada apa?" tanya ku malas.

"Duduk dulu, ada yang daddy ingin beritahu," ucap Daddy sambil menepuk sofa kosong disebalahnya.

Aku pun mengangguk pelan lalu duduk disamping ayahku.

"Jadi begini nak Gabriel, rencana kami kesini ingin menjodohkan kamu dengan putri kami setelah kalian lulus sekolah," ujar pria itu membuat ku kaget bukan main.

Bersambung...

Jangan lupa vote dan comment.

Typo bertebaran harap maklum

Tinggalkan jejakmu jika kamu menyukai cerita ini

Arigatou yang udah baca ≧ω≦

Psychopath Love Story [ END ]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang