Part 16

1.9K 232 8
                                    


~~~

Tatapan mata kosong dari gadis mungil yang berada di dalam kelas membuat guru yang tengah mengajar memicingkan matanya tajam. Lila yang ada di sebelah Bella segera menyikut lengan sahabatnya, Bella yang baru sadar dari lamunannya mengangkat sebelah alisnya menatap Lila.

“Arbella Atania Januarta, Papa dan Mama kamu mengirim mu ke sekolah apa untuk melamun?” tanya guru seni budaya dengan wajah datar.

“Maaf, Bu.” Ujar Bella pelan, dia juga tak sadar kalau tengah melamun.

“Enak saja, sekarang jelaskan apa itu melodi seperti yang saya jelaskan tadi!”

“Satu kesatuan nada musik, atau melodi bisa juga di sebut kombinasi nada dan ritme.” Jawab Bella dengan ragu. Dia juga tak tahu pasti jawabannya benar atau salah, lamunannya tadi benar-benar di luar kendalinya.

“Ya sudah. Oke, bell istirahat akan berbunyi lima menit lagi. Ibu ada tugas untuk kalian, bulan depan tepatnya tanggal 26. Kalian harus praktik menyanyi atau memainkan alat musik. Oh ya, nilai akan lebih tinggi jika bermain alat musik sambil bernyanyi. Pilihan nilai ada di tangan kalian.”

Bella menghembuskan napasnya kasar, tugas seni budaya kali ini cukup sulit untuk Bella. Dia tak pandai memainkan alat musik, Bella juga malu jika harus bernyanyi di depan teman sekelasnya.

Dia tak yakin pada kemampuan bernyanyinya, padahal Melvi, Ava dan Marcel pandai bernyanyi dan memainkan nada tinggi rendah. Tapi dia sangat tak bisa seperti ketiganya, Reno mungkin juga tak bisa bernyanyi. Karena Bella tak pernah mendengar kakak keduanya menyanyi saat di rumah.

“Bel, lo nyanyi atau main alat musik?” tanya Ririn yang ada di belakangnya.

Bella segera memutar tubuhnya mengahap Ririn, dia menggeleng dengan wajah memelas.

“Pakai botol aja,” ujar Lila dengan semangat.

Bella dan Ririn menatap Lila dengan alis bertautan, dia tak pernah tahu ada alat musik berasal dari botol.

”Lo cari botol bekas, terus isi kerikil atau biji apa gitu yang udah kering. Terus lo gerakin nanti akan menimbulkan bunyi, sama aja, kan? Alat musik itu mengeluarkan bunyi. Botol itu juga bakal mengeluarkan bunyi.” Jawab Lila dengan senyum mengembang.

Bella dan Ririn saling pandang sebelum menatap Lila dengan senyum miring, tanpa di jelaskan Lila sudah tahu apa yang akan terjadi. Tanpa menunggu lama, Lila berlari ke luar kelas. Ririn dan Bella segera mengejar Lila.

Padahal apa yang di bicarakan Bella adalah hal yang serius, tapi kenapa Lila membuatnya sebagai candaan.

“Lila, berhenti lo. Gue gibeng ya lo!” teriak Ririn kesal, Lila menghentikan langkahnya dan berbalik badan.

Lidahnya menjulur mengejek Ririn dan Bella yang berada lumayan jauh dengannya, Bella dan Ririn yang di ejek seperti itu semakin kesal. Laju larinya semakin kencang, dan Lila kembali berlari menuju tangga di ujung koridor sekolah.

Tanpa sadar, Lila menaiki tangga sampai atas gedung sekolah. Memang sekolah mereka tak di gentengi, hanya cor lebar di atapnya seperti lapangan futsal. Lila segera menghentikan langkahnya, namun teriakan Ririn membuat Lila semakin berlari menuju tengah.

“Mampus lo mau kemana sekarang? Gue jorokin ko’id lo.” Teriak Ririn mengejek. Dia sangat tahu kalau Lila takut ketinggian.

“Rin, damai. Kita temen.” Ujar Lila dengan senyum manis.

Ririn tersenyum miring, dia semakin berjalan mendekat. Lila terus mundur sampai tubuhnya menabrak pembatas samping atap.

“Gue dorong dikit aja mampus lo,”

T̶h̶e̶ S̶e̶c̶r̶e̶t̶ 𝓗𝓪𝓲𝓭𝓪𝓻Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang