Part 44

1.4K 207 24
                                    


Napas memburu yang keluar dari lubang hidung Haidar membuat para teman-temannya saling pandang dengan wajah kebingungan. Padahal beberapa menit yang lalu ekspresinya biasa saja.

Namun, saat beberapa mobil mewah lewat di depan Haidar dan kawan-kawannya. Wajah Haidar langsung berubah seketika.

"Dar? Ada apa?" tanya Rudi dengan wajah bingung seperti teman-temannya yang lain.

Haidar menoleh dengan wajah terkejut, dia tak tahu kalau teman-temannya memperhatikan raut wajahnya.

"Gak pa-pa, kenapa Bella gak datang-datang?" tanya Haidar balik untuk mengalihkan pembicaraannya.

"Mungkin macet, biasalah kalau habis Maghrib gini jalan raya macet." Jawab David dengan senyum tipis.

Teman-temannya merasakan jika aura Haidar tiba-tiba menjadi aneh. Wajah yang datar semakin datar, auranya juga semakin dingin.

"Hai, maaf lama." Ujar seseorang yang baru datang. Haidar mendongak dan menatap gadis cantik yang berdiri di sebelahnya, senyum tipisnya terukir di ikuti anggukan kepala.

Bella yang melihat wajah Haidar sedikit berbeda menaikan sebelah alisnya. Haidar yang di tatap seperti itu oleh Bella hanya mampu menarik napasnya dalam. Ternyata Bella sudah pandai menilai raut wajah Haidar saat ada apa-apa.

"Kakak kenapa?" tanya Bella dengan wajah serius. Haidar hanya menggeleng, namun tangannya sibuk menarik kursi di sampingnya untuk Bella duduki.

Bella menghembuskan napasnya panjang, dia juga tak mungkin memaksa Haidar untuk bercerita. Mungkin masalah Haidar lumayan rumit dan sangat rahasia.

"Bel, Kakakmu niat cari isteri gak?" tanya David membuat Bella menatap lelaki jangkung tersebut.

"Kak Reno?"

"Iyalah, masa iya Kak Marcel. Kan dia udah nikah."

Bella hanya mengangguk dan tersenyum, "Kenapa memangnya? Kamu mau daftar?"

Kedua mata David membelalak dengan wajah syok David tentu terkejut. Dia lelaki normal yang masih menyukai seorang gadis. Tak mungkin juga dia belok.

"Bel, aku mau ngomong berdua sama kamu." Ujar Haidar saat Bella hendak memasukan ujung sedotan ke dalam bibirnya.

Bella berkedip beberapa kali sebelum mengangguk, padahal jus jeruknya sudah melambai-lambai ingin di cicipi. Tapi semua terganggu karena ajakan Haidar.

Lagipula, Bella juga tak bisa membantah apalagi menolak ajakan Haidar. Semakin mengenal lelaki jangkung tersebut. Rasa iba dari diri Bella semakin tinggi, walaupun Bella tak pernah menunjukkannya secara gamblang. Tapi rasa peduli Bella sangatlah tinggi.

Haidar menarik lengan Bella untuk berdiri, dengan langkah kaki pelan Haidar mulai melangkah meninggalkan meja cafe yang tadi dia tempati. Yang biasanya langkah kaki Haidar tergolong lebar dan cepat, namun kali ini berbeda dia berjalan pelan dan menyamakan langkah kakinya dengan langkah kaki Bella.

Memang hal yang kecil. Bahkan terlihat sangat kecil sekali, tapi itu semua tak luput dari pandangan Bella. Cara Haidar menggenggam pergelangan tangannya, cara Haidar berjalan mengimbangi langkah kaki kecil Bella. Semua tak terlewatkan dari tatapan mata Bella.

"Mau ngomong apa?" tanya Bella saat mereka sampai di parkiran.

Haidar menunduk untuk menatap mata bulat gadis di depannya. Tak berapa lama matanya terpejam di iringi embusan napas panjang. Bella mengernyitkan dahi dengan wajah semakin bingung.

"Jika suatu saat. Ada seorang yang berusaha mengajakku pergi dan membuatku meninggalkanmu. Apakah kamu terima?"

"Hah? Maksudnya? Meninggalkan dalam lingkup yang seperti apa? Mengejar masa depan?" Tanya Bella tanpa jeda sedikitpun di ucapannya.

T̶h̶e̶ S̶e̶c̶r̶e̶t̶ 𝓗𝓪𝓲𝓭𝓪𝓻Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang