Part 1

9.1K 447 8
                                    


Panas matahari terasa membakar kulit gadis manis yang tengah berdiri di tengah lapangan. Hari senin selalu menjadi hari wajib bagi para siswa-siswi untuk melaksanakan upacara. Dan entah sial atau apa yang jelas setiap hari senin panas matahari selalu tak bersahabat dengan murid-murid disana.

Embusan angin membawa hawa sejuk membuat mereka tersenyum tipis, bahkan sangat tipis. Berbeda dengan gadis muda dengan rambut di ikat menjadi satu, dia terlihat santai tak seperti teman-temannya yang lain.

"Bell, lo gak kepanasan?" Tanya temannya heran.

Bella menggeleng dan tersenyum manis, bahkan lesung pipitnya terlihat dengan jelas. Kedua sahabatnya menatap Bella tak percaya, masa iya terik panas seperti ini Bella masih bisa santai.

"Lo udah pernah simulasi di padang mahsyar, ya? Santuy banget perasaan." Bisik Lila pelan, dia takut guru yang menjaga barisan di belakang mendengar.

Bisa-bisa di hukum kalau sampai itu terjadi, kalau hanya membersihkan toilet atau menyapu masih tak apa. Tapi jika hukumannya harus berjemur di lapangan bisa bahaya.

"Aku terbiasa olah raga sama Kak Reno, jadi biasa aja. Lagian panas jam segini sehat kok." Tukas Bella santai.

Ririn dan Aila melongo mendengarnya, memang panas di jam seperti ini sangatlah sehat. Tapi kalau terlalu lama bisa pingsan juga.

"Asli otak lo sableng," balas Aila kesal. Bella hanya menganggapinya dengan senyuman.

Lama mereka mendengarkan petuah-petuah dari kepala sekolah, akhirnya detik-detik bubarnya upacara akan segera terasa. Terbukti ketua osis yang menjadi pemimpin upacara sudah membalikkan badannya ke arah murid yang jumlahnya lebih dari seribu tersebut.

"Kak Haidar ganteng banget, ya. Apalagi waktu keringetan." Gumam Lila pelan, Bella ikut mengamati wajah Haidar. Memang kakak kelasnya tersebut sangat tampan.

Tubuh tinggi tegap? Tandai.
Kulit putih? Tandai.
Tatapan mata tajam? Tandai.
Ali tebal? Tandai.
Bibir tipis hidung mancung? Tandai.

Lama Bella mengamati wajah Haidar, sampai dia tak sadar sesekali lelaki yang berdiri di depan tersebut meliriknya.

"Bubar barisan, jalan!" Teriak Haidar tegas.

Bella segera mengenyahkan fikirannya, dia berjalan meninggalkan lapangan bersama Lila dan Ririn. Tujuan mereka saat ini adalah kantin, dimana air mineral dingin terjual dengan murah disana.

Bella memilih makanan ringan dan mengambil sebotol air mineral, menurut iklan minuman tersebut. Air di dalam botol berwarna putih itu ada rasa manis-manisnya. Tapi bagi Bella, rasanya sama saja.

"Lo gak takut di marahin Tante Ava, Bel? Beli makanan ringan banyak banget." Tegur Lila yang sudah duduk di kursi kantin.

"Mama lagi baik akhir-akhir ini, jadi aku di bolehin makan snack banyak." Tutur Bella santai.

Tangannya sibuk memilih jajanan mana yang sekiranya enak di makan dahulu, pilihannya jatuh pada kue kering dengan kismis di atasnya.

"Lo gak mau punya adik lagi Bel?" Tanya Ririn tiba-tiba, Bella yang mendengar pertanyaan yang paling dia benci menjadi tersedak.

"Hati-hati Bella, gak ada yang minta jajan lo." Bella menatap kedua sahabatnya kesal.

"Aku gak mau punya adik, lagian Papa sama Mama sudah berumur. Gak mungkin mereka bikin adik buat aku." Jawab Bella.

Ririn dan Lila saling pandang, mereka tak mau melanjutkan obrolan yang membuat Bella tak nafsu makan. Tubuh Bella akhir-akhir ini semakin kurus, menurut penuturan sang empunya. Dia tak berselera makan, dia juga jarang minum susu.

Biasanya Bella setiap pagi dan sore minum susu putih dengan campuran sirup, kata Bella rasa susu putih tersebut hambar jadi di tambah sirup.

"Kak Haidar tuh," tunjuk Lila pada lelaki tampan yang baru memasuki kantin.

Bella dan Ririn menatap Haidar, jika Ririn dan Lila menatap kakak kelasnya dengan memuja. Berbeda dengan Bella, dia biasa saja. Sekali lihat, dia langsung mengalihkan pandangannya.

Fokusnya kembali pada snack yang ada di mejanya. Di sisi lain, Haidar yang sedang mengambil sebotol air dari dalam lemari pendingin melirik Bella dan kawan-kawannya sejenak.

"Dar, gue sekalian." Teriak Iyan yang ada di pojok kantin. Haidar mengangguk dan mengambil empat lagi minuman dingin tersebut.

Setelah membayar, Haidar berjalan ke arah meja teman-temannya. Bangku yang di tempati mereka melewati meja Bella dan teman-temannya, saat sampai di samping meja gadis itu.

Ririn dan Lila menyapanya dengan ramah, sedangkan Bella hanya tersenyum tipis dengan anggukan kepala pelan. Haidar membalas sapaan mereka dengan senyum tipis.

"Enak banget jadi Haidar, jalan sana-sini di senyumin cewek. Lah kita, yang ada di caci maki katanya buaya." Tutur Iyan, tangannya sibuk memutar tutup botol yang baru di serahkan Haidar.

"Makanya, kalau muka sekiranya gak mendukung. Dompet lo harus mendukung, Yan. Muka gak mendukung dompet gak mendukung. Dapet janda udah baik lo." Ejek Rudi lantang.

David dan Rey tertawa mendengar ledekan Rudi untuk Iyan. Berbeda dengan Haidar, lelaki tampan tersebut hanya tersenyum tipis.

"Janda sekarang semakin di depan, Rud. Jangan salah lo. Emak gue janda aja yang deketin perjaka,"

Ke-empat teman Iyan hanya menatapnya datar, bukan karena apa-apa. Ayahnya masih hidup dan masih sah menjadi suami ibunya, hanya saja sekarang beliau bekerja di Korea. Dan sudah satu tahun tak ada kabar, Iyan selalu berkata jika ayahnya sudah menikah lagi dengan mantan teman akting Kim So Hyun.

"Dar, gue perhatiin lo sering natap Bella. Ada something, ya?" Tanya David curiga.

Iyan, Rudi dan Rey ikut memperhatikan wajah datar Haidar, memang benar akhir-akhir ini Haidar tertangkap basah menatap Bella. Adik kelas imut dengan kebaikan hati luar biasa.

"Gak, dia mirip adik gue." Jawab Haidar santai, dia menyandarkan punggung kokohnya pada kepala kursi plastik yang dia duduki.

Rey menatap wajah temannya dari dekat, kedipan mata berkali-kali membuat Haidar menyentil keningnya pelan.

"Jijik,"

"Dar, lo kan anak tunggal. Gimana bisa punya adik?" Tanya Iyan heran.

Krik... Krik...

Ke-empat mata lelaki di kursi tersebut menajam, Haidar yang merasakan hawa tak enak dari sahabatnya segera bangkit dan meninggalkan area kantin.

"Dar, tunggu. Haidar!" Teriak mereka bersamaan.

Semua pengunjung kantin menatap kelima lelaki yang baru saja keluar dari kantin. Mereka mengenal Haidar dkk, geng yang selalu membuat siswi di SMA Bina Bakti terpesona.

"Mereka kenapa?" Tanya Bella heran. Ririn dan Lila hanya menghendikan bahunya acuh.

Mereka tak mau berurusan dengan Haidar dkk, bukan karena mereka kejam. Bukan karena mereka sombong dan suka membully, hanya saja fans nya yang ada dimana-mana membuat Bella, Ririn dan Lila ngeri sendiri.

Bayangan pembullyan di dalam toilet sudah ada di otaknya, bahkan kemungkinan lebih buruk bisa terjadi. Ada yang berkata jika orang yang sedang jatuh cinta dan cemburu, jangankan pembullyan manusia. Macan kelaparan minta baku hantam saja di ladeni.

~~~


Manis tapi bukan gula.
Baik tapi bukan malaikat.
Siapa? Haidar
Udah ayo baca, gak nyesel sama kisah mereka.
Salam hangat dari author gigi kelinci.

27 Oktober 2020.

T̶h̶e̶ S̶e̶c̶r̶e̶t̶ 𝓗𝓪𝓲𝓭𝓪𝓻Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang