Part 18

1.8K 221 5
                                    


~~~~

Trotoar di jalan raya menjadi pilihan Bella untuk menunggu angkutan umum, dia memang sudah terbiasa menunggu angkutan di bahu jalan. Bella bisa saja pulang naik taksi. Tapi gadis tersebut tak mau dengan alasan lebih menghemat pengeluaran.

Kepala Bella menoleh ke kanan dan kiri untuk memastikan ada angkutan atau tidak. Namun tatapan matanya mengarah pada lelaki yang menaiki motor cross berwarna hijau yang melintas di depannya.

Saat motor tersebut berhenti, Bella tersenyum manis menyambut Haidar. Dia tak mau di cap sombong hanya karena tak mau tersenyum kepada orang lain.

“Nunggu angkot?” tanya Haidar menatap Bella.

Poni Haidar yang menutupi dahi membuat Bella sedikit kagum dengan wajah kakak kelasnya. Memang benar Haidar tergolong lelaki tampan di sekolahnya, walaupun bukan yang paling tampan.

“Iya, Kak. Kakak mau nunggu temennya lagi?” Haidar menggeleng dengan senyum tipis, dia melepas jaket yang melekat di tubuhnya lalu menyerahkannya pada Bella.

“Bareng aku saja,” ujarnya sembari menyodorkan jaket levisnya ke arah Bella.

Bella yang tak mengerti hanya mengangkat sebelah alisnya.

“Pakai buat nutup paha mu,”

Tanpa membantah atau beradu argumen, Bella segera menaiki motor Haidar. Merasa Bella sudah duduk manis di atas jok motornya. Haidar menjalankan motornya dengan pelan. Menaiki motor saat sendiri dan dengan orang lain harus berbeda kecepatannya.

“Kak, tapi aku gak mau pulang.” Teriak Bella kencang.

Haidar mengernyitkan dahinya, dia segera menepikan motornya, mematikan mesinnya lalu membuka helm n

"Kenapa?" tanya Haidar heran saat sudah membuka helmnya.

"Aku lagi ada sedikit masalah, aku pengen nenangin diri dulu." Ujar Bella pelan. Haidar hanya mengangguk, dia segera menjalankan motornya kembali.

Bella tak perduli kemanapun Haidar membawanya, Reno pernah berkata jika Haidar adalah lelaki yang baik dan bertanggung jawab. Entah darimana Reno tahu tentang hal itu. Yang penting Bella percaya, karena orang yang paling Bella percaya di dunia ini adalah orang tua dan kedua kakaknya.

Jika ada yang bertanya kenapa Bella sangat memercayai mereka, karena hanya keluarganya itu lah yang tak pernah mengecewakan Bella. Jika berkata iya, pasti keluarganya akan menepati janjinya. Tak seperti orang lain. Berkata 'iya' tapi belum tentu melaksanakan janjinya, Bella tak terlalu suka dengan orang seperti itu. Jika sekali dua kali, mungkin Bella bisa memahaminya. Tapi jika sudah berkali-kali, sungguh Bella muak.

"Ini mau kemana?" tanya Bella saat sadar Haidar melewati jalan setapak menggunakan motornya.

Bahkan jalannya seperti hendak masuk kedalam hutan. Bella yang awalnya selalu positive thinking terhadap Haidar, kini ada sedikit keraguan di hatinya.

"Aku tahu baik dan buruk, Bel. Gak usah takut." Ujar Haidar, Bella yang duduk di belakang hanya mengangguk.

Saat udara di sana semakin dingin, Bella memegang pinggiran pinggang jas sekolah Haidar. Lelaki tersebut merasakan cekalan tangan Bella pada bajunya tersenyum tipis.

Sampai, Haidar berhenti di depan rumah yang terbuat dari kayu. Bella tak segera turun, dia justru menatap sekeliling. Keraguan Bella terhadap Haidar semakin menjadi, apalagi di sekitar mereka hanya ada pohon jati dan pohon buah.

"Bel, turun." Perintah Haidar pelan.

Bella mengangguk dengan pelan, dia turun dengan gerakan pelan. Matanya menatap ke sekeliling. Benar-benar jauh dari pemukiman, rumah di sana hanya satu itu.

T̶h̶e̶ S̶e̶c̶r̶e̶t̶ 𝓗𝓪𝓲𝓭𝓪𝓻Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang