Part 13

2K 221 30
                                    

~~~

Rambut panjang berwarna hitam yang tengah tergerai berterbangan sangat indah karena terpaan angin. Dengan pita kecil berwarna pink yang menjadi penghias nya semakin membuat gadis tersebut terlihat imut. Gadis tersebut adalah Bella, murid SMA Bina Bakti yang baru duduk di bangku kelas 10. Namun banyak lelaki yang sudah mengenal Bella, bukan karena dia cantik, bukan karena dia siswi berprestasi, bukan juga karena kemolekan tubuhnya.

Tapi karena sopan santunnya, keramahannya dan Bella juga sangat murah senyum. Bahkan saat ada kakak kelas lelaki duduk berjajar di atas keramik, jika kebanyakan anak gadis lebih memilih berjalan dengan anggun dan memamerkan kemolekan tubuhnya. Berbeda dengan Bella, gadis tersebut akan membungkuk dengan senyum tipis serta anggukan kepala kecil. Maka dari itu rok sekolah Bella lebih panjang dari teman-temannya. Rok sekolah di sana sangatlah pendek, nyaris seperti seragam sekolah anak Jepang.

“Bel?” panggil gadis cantik dengan lesung pipit di pipinya.

Bella tersenyum sumringah dan segera berlari mendekati Santi, saat sudah di depan Santi. Bella memeluk tubuh kakak kelasnya dengan erat. Lima hari izin karena sakit membuat Bella merindukan gadis cerewet tersebut.

“Sopan santun masih di junjung tinggi ya sama keluarga Januarta?” goda Santi dengan senyum mengembang. Dia tadi sempat melihat Bella membungkukkan badannya saat melewati Ardan dan yang lainnya.

“Bukannya memang harus, ya?”

“Ya sih, Cuma sekarang udah sedikit berkurang orang yang punya sopan santun.”

Bella menganggukkan kepalanya pelan, dia berjalan dengan langkah kaki pelan. Dia tahu tujuan Santi kemana, kantin. Pasti gadis tersebut akan ke kantin.

“Ardan makin ganteng, ya Bel.”

Bella yang tengah membuka plastik roti isi mengangguk pelan, dia mengakui hal tersebut. Sepupunya memang sangat tampan. Dia mewarisi wajah tampan sang ayah, dan kebaikan hati Amalia. Ya, Ardan adalah anak dari pasangan Arkan dan Amalia.

“Lo suka sama Kak Ardan?”

“Dia gak mungkin mau sama cewek biasa kayak gue, lagian. Ardan sepertinya sedang dekat dengan Citra,”

“Citra yang mana?” tanya Bella penasaran.

“Gadis paling cantik di SMA Bina Bakti, sekelas sama gue.”

“Yang katanya suka sama Kak Haidar?” tanya Bella lebih penasaran.

Santi mengangguk dengan semangat, memang Citra dulu menyukai Haidar. Tapi entahlah, Haidar bukan sosok yang tepat untuk gadis cerewet seperti Citra.

“Dulu sih iya, tapi siapa sih, Bel. Yang betah sama sikap dan sifatnya Mr. Alister? Gue rasa Haidar gak ada rasa tertarik sama perempuan.” Ujar Santi dengan kekehan kecil.

“Ngomong-ngomong masalah Haidar, dia sakit apa, Bel?”

Bella menoleh dengan wajah terkejut, dia tak tahu jika Haidar sakit. Lagi pula, dia siapanya Haidar?

“Kok nanya ke aku? Kan yang sakit Kak Haidar.” Tukas Bella kesal, Santi menaikan sebelah alisnya.

Dengan dehaman pelan, Santi memiringkan kepalanya guna menatap wajah ayu Bella. Embusan napas panjang Santi membuat Bella mengernyit heran.

“Bel, lo sama Haidar ada hubungan, kan?”

“Hubungan? Hubungan yang seperti apa?” tanya Bella balik, Santi tersenyum menggoda dengan kedua alis naik turun dalam tempo cepat.

“Kata anak kelas gue, beberapa waktu lalu dia lihat lo sama Haidar makan bareng di kantin. Bel, gue tahu Haidar seperti apa. Dia gak pernah mau ngobrol apalagi sampai makan sama cewek, duduk berhadapan lagi. Kemungkinan kalian gak ada hubungan itu mustahil!” seru Santi gemas.

T̶h̶e̶ S̶e̶c̶r̶e̶t̶ 𝓗𝓪𝓲𝓭𝓪𝓻Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang