Part 31

1.6K 212 8
                                    

Embusan napas Bella terdengar sangat berat, rasa bersalah serta masalah yang belum menemukan titik terang membuatnya benar-benar terbebani.

Apalagi tiga hari ini Haidar tak terlihat batang hidungnya, rasa bersalah Bella semakin menjadi dan ingin segera minta maaf.

Entah kemana perginya lelaki jangkung tersebut, teman-teman Haidar juga tak ada yang tahu kemana perginya Haidar.

"Bel? Apa Kak Haidar bener-bener marah sama lo?" tanya Lila sembari memasukkan bakso kecil ke dalam mulutnya.

Bella menghembuskan napasnya panjang, dia menatap Lila dan mengangkat bahunya. Dia tak tahu harus bereaksi seperti apa sekarang. Nomor Haidar juga tak dapat di hubungi.

"Apa dia sakit?" tanya Ririn yang ikut penasaran, apalagi wajah Bella yang terlihat sangat kusut.

Bella terdiam dan berpikir, kemungkinan Haidar sakit bisa saja. Tapi, apakah saat dia sakit parah sampai tak bisa memegang ponsel? Atau ada hal lain?

"Semakin lo penasaran, semakin lo cemas. Semakin kita berpikir kalau emang lo itu ada rasa sama Kak Haidar." Ujar Lila dengan senyum mengejek.

Bella melotot dan menggeleng, dia tak memiliki rasa pada Haidar. Bagaimana bisa kedua temannya berpikir demikian. Bella hanya merasa bersalah karena berkata kasar dan menyakiti hati Haidar, tak ada maksud lain.

"Lo gak bisa mengelaknya, Arbella Atania Januarta." Bella menatap Ririn dan mengigit bibir bawahnya.

Apakah dia suka dengan Haidar?
Apakah dia ada rasa lebih? Atau sekedar rasa bersalah?

Semakin Bella berpikir keras, kemungkinan jika dia menyukai Haidar semakin terasa saat ini. Sebelumnya dia tak pernah menyukai lelaki, tak pernah dekat dengan lelaki kecuali sepupu atau saudara kandungnya.

"Gimana? Merasakan getarannya?" tanya Lila, garpu yang habis dia gunakan makan bakso. Dia goyangkan di depan Bella dengan gerakan memutar.

"Getaran apa?"

"Getaran cinta, Bella. Lo masa gak tahu sih?" balas Ririn kesal.

Getaran cinta? Apa iya aku suka sama Kak Haidar? Tanya Bella pada dirinya sendiri.

Dia termenung untuk beberapa lama, Ririn dan Lila saling pandang dan tersenyum misterius. Mereka senang saat Bella menyadari sesuatu.

"Lo gak mungkin sekecewa itu saat gak di percaya orang lain. Tapi, lo akan merasa kecewa yang mendalam saat gak di percaya orang yang menurut lo istimewa."

"Masih gak sadar, Bel?" imbuh Lila.

"Aku gak tahu,"

"Cari tahu jauh di dalam lubuk hati lo. Apa saat dia gak ada kabar dan menghilang, mungkin seperti sekarang lo akan cemas. Seperti saat lo gak di kabarin kakak atau bahkan orang tua lo."

~~~

Lemparan tas ke arah atas ranjang milik gadis mungil dengan rambut pendek tersebut membuat seseorang yang tengah duduk di sofa memutar bola matanya malas.

Dia tengah membereskan baju-baju milik Bella, keluarga Januarta berencana menginap di rumah Mbok Sri karena besok 7 harinya suami Mbok Sri.

T̶h̶e̶ S̶e̶c̶r̶e̶t̶ 𝓗𝓪𝓲𝓭𝓪𝓻Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang