Deru napas gadis muda dengan seragam sekolah masih melekat di tubuhnya membuat Haidar menatapnya tanpa berkedip. Waktu yang seharusnya mereka gunakan untuk saling berbicara, justru mereka habiskan dengan saling diam dan saling menatap.
Rasa bersalah sama-sama menghinggapi hati kedua anak manusia tersebut. Haidar merasa bersalah karena telah membuka luka lama keluarga Januarta, dan Bella dengan rasa bersalah karena menjadi penyebab kematian Angel dan calon keponakannya. Itu yang Bella rasakan saat ini.
“Bel?” panggil Haidar pelan. Bella mendongak dan tersenyum manis, walaupun senyum Bella terlihat sangat manis. Tapi, Haidar tahu ada luka yang sangat dalam di sana.
“Maaf,” gumam Haidar.
Bella tersenyum manis dan menggeleng, matanya terpejam untuk beberapa saat. Bella merasa hatinya tersayat saat mengingat wajah sendu Marcel.
“Kenapa Kakak minta maaf? Seharusnya aku berterima kasih karena Kak Haidar sudah menyelamatkan nyawaku. Aku berhutang budi sama Kak Haidar.” Pungkas Bella pelan, lengkungan bibir Bella yang terlihat sangat manis membuat siapapun yang melihatnya akan merasa tenang.
“Bel, kamu masih di beri kesempatan hidup sama Tuhan. Kamu masih pantas hidup. Aku berkata begini bukan karena Kak Angel tak pantas hidup. Tapi, apapun takdir hidup setiap orang itu berbeda.”
“Banyak yang hidup pantas mati, dan yang mati pantas hidup. Apakah menurutmu begitu, Bel?” imbuh Haidar.
Bella terdiam dan termenung mendengar ucapan tersebut, dia mengerti betul apa yang di maksud oleh Haidar. Kata pendek syarat akan makna.
“Jika manusia bisa memilih siapa yang harus Tuhan jemput lebih dulu. Pasti aku bisa bernegosiasi masalah kehidupan saudaraku. Aku tak rela mereka pergi, tapi Tuhan sudah berkata lain. Dan aku harus tegar menjalaninya.”
Haidar menundukan kepalanya, poni panjang milik Haidar menutupi dahi dan matanya, kedua tangannya saling menggenggam. Berusaha menguatkan dirinya sendiri.
Bella yang duduk di samping Haidar menggenggam jemari Haidar dan mengusap punggung tangannya dengan lembut. Haidar menoleh dengan mata memerah.
“Nangis aja, bukan karena kamu lemah. Tapi, karena kamu juga punya titik lelah. Kamu juga punya hati yang bisa merasakan sakit, bahagia dan menderita. Lepaskan saja semuanya. Jika kamu bahagia, kamu boleh tertawa. Jika kamu sakit kamu boleh mengeluh dan saat kamu menderita kamu boleh menangis.” Ujar Bella dengan senyum manis.
Walaupun matanya bengkak dan memerah dia berusaha untuk tersenyum dan menyemangati orang lain. Hatinya sendiri tersayat, tapi dia masih kuat.
“Aku tak bisa berekspresi seperti orang lain, Bel.”
“Bagaimana kamu bilang tak bisa jika kamu belum mencobanya?” balas Bella cepat.
“Coba untuk berubah dari sedikit, aku yakin kamu bisa, Kak. Bukan untuk aku, tapi untuk dirimu sendiri. Agar kamu tak selalu merasa kesepian dan merasa sendiri.”
Tatapan mata Haidar yang sayu membuat Bella semakin melebarkan senyumnya. Bahkan lesung pipitnya terlihat sangat jelas.
“Apa aku mencintaimu?” tanya Haidar dengan wajah polos. Bella menegang dengan mata melotot.
Genggaman tangannya di jemari Haida terlepas begitu saja. Haidar yang mendapat respon seperti itu pasti merasa Bella tak ada rasa sama sekali dengan dirinya. Respon tubuhnya saja menolak dengan cepat.
“Aku gak pernah pacaran dan gak pernah jatuh cinta, jadi aku gak tahu rasanya, Kak.” Haidar mengusap tengkuknya dengan senyum tipis.
Dia sebelumnya juga tak pernah jatuh cinta, tapi karena kecanggihan teknologi. Dia mencari semuanya lewat Internet. Dan apa yang Haidar rasakan menurut Google adalah bentuk jatuh cinta. Walaupun Haidar tak yakin dengan hal itu.
![](https://img.wattpad.com/cover/245519730-288-k854143.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
T̶h̶e̶ S̶e̶c̶r̶e̶t̶ 𝓗𝓪𝓲𝓭𝓪𝓻
Teen Fiction~ Zona baper!!! Arbella Atania Januarta, atau yang sering di panggil Bella. Gadis muda dengan tingkat kesopanan dan kelembutan luar biasa. Gadis yang di juluki Miss Perfect oleh anak SMA Bina Bakti. Alister Haidar Mahikam, ketua osis SMA Bina Bakti...