"Kak, maaf aku telat lima menit." Ujar Bella dengan wajah mengisyaratkan rasa bersalah.Haidar yang tengah memainkan ponselnya mendongak mendengar suara gadis yang dia tunggu, dengan embusan napas panjang, Haidar mengangguk, dia mempersilahkan Bella untuk duduk di kursi yang ada di depannya.
Bukan dengan kata-kata saat Haidar meminta Bella duduk, namun dengan tatapan mata mengarah pada kursi di susul anggukan kecil. Bella sudah terbiasa dengan sikap seperti itu, Melvi maupun Reno sering melakukan hal yang sama. Jadi dia sudah tak heran.
"Maaf kalau kurang bersih, maupun kurang wangi. Yang nyuci Bibik, bukan aku maupun Mama." Ujar Bella berusaha membuka obrolan antara mereka berdua.
"Sama aja, yang penting bersih." Bella mengangguk dan tersenyum, dia menoleh ke kanan dan ke kiri untuk mencari pelayan yang sekiranya menganggur.
Saat melihat satu pelayan berdiri tak jauh darinya, Bella mengangkat sebelah tangannya di susul dengan senyuman manis.
"Pak Boss belum pulang, Mbak?" tanya pelayan menatap Bella.
"Belum, Kak Reno kalau sama Om Arkan betah, Mbak. Mungkin karena sama-sama pendiam dan pemikir keras. Jadi, ya gitu deh!" pelayan tersebut mengangguk dan tersenyum.
"Mbak Bella mau pesan apa?"
"tolong buatkan nasi bakar sama air mineral satu botol. Oh ya, isian nasi bakar ayam saja,"
"gak ada lagi, Mbak?"
"enggak, sementara itu saja. Terima kasih," ujar Bella dengan senyum manis. Pelayan tersebut pergi meninggalkan Bella dan Haidar, saat melihat pelayan tadi sudah menjauh.
Haidar menatap Bella dengan pandangan aneh, Bella yang merasa di tatap sangat intens sama seseorang akhirnya mendongak.
Tatapan mata Haidar dan Bella bertemu, sorot mata tajam dan dingin membuat Bella meneguk salivanya susah payah. Dia tak merasa membuat masalah dengan Haidar, lalu kenapa tatapan mata lelaki tersebut seperti itu.
"kenapa, Kak?" tanya Bella heran.
"kenapa kamu bilang makasih sama pelayan tadi?"
"memangnya kenapa? Kan dia udah bikinan nasi bakar buat aku, jadi gak salah dong kalau aku berterima kasih," jelas Bella dengan raut wajah bingung. Dia terbiasa bilang terima kasih saat ada orang yang membantunya, termasuk kepada pelayan Cafetaria. Dan rasanya itu bukan hal yang salah.
"Memang itu tugas seorang pelayan cafe," Bella mengangguk dan tersenyum sangat manis, Haidar yang melihat itu berdecih pelan.
Dia tak pernah terpikat oleh senyum siapapun sebelumnya. Bahkan gadis paling cantik pun di sekolah tak membuat Haidar terpesona, hidupnya akan terasa rumit saat berkencan dengan seorang gadis.
"Tapi dengan kita mengucapkan terima kasih, setidaknya dia merasa di hargai, bukankah setiap orang ingin di hargai oleh orang lain?" Haidar terdiam mendengar jawaban Bella, jika di luar sana banyak orang merendahkan pekerjaan maupun derajat orang lain.
Berbeda dengan Bella, gadis itu sangat menjaga sebuah perasaan oraang lain. Dan itu sangat bertolak belakang dengan sifat maupun sikap Haidar, kehidupannya dulu membuat Haidar menjadi seperti ini.
"Jangan terlalu baik, dunia ini gak sebaik yang kamu bayangkan!" seru Haidar pelan, Bella mengangguk dan tersenyum manis.
"Aku tahu, dunia gak akan selalu berpihak pada kita. Saat kita bersikap baik pada orang lain, tapi kita tak mendapat respon yang sama. Bagiku tak apa, berarti itu yang bermasalah dirinya bukan kita. Dan yang harus di perbaiki dirinya, bukan sikap baik kita. "
KAMU SEDANG MEMBACA
T̶h̶e̶ S̶e̶c̶r̶e̶t̶ 𝓗𝓪𝓲𝓭𝓪𝓻
Teen Fiction~ Zona baper!!! Arbella Atania Januarta, atau yang sering di panggil Bella. Gadis muda dengan tingkat kesopanan dan kelembutan luar biasa. Gadis yang di juluki Miss Perfect oleh anak SMA Bina Bakti. Alister Haidar Mahikam, ketua osis SMA Bina Bakti...