Lantai keramik yang basah membuat Bella kembali menghembuskan napas, dia terlambat pagi ini. Dan sebagai hukumannya Bella harus membersihkan lantai kamar mandi perempuan. Sekolah elite yang lantainya tak pernah kotor membuat Bella heran. Apanya yang harus di bersihkan?
Gesekan kain pel dengan keramik yang basah membuat Bella lebih berhati-hati, salah melangkah sedikit saja pasti dia akan terjatuh. Sampai, dua perempuan datang menghampiri Bella dengan senyum manis.
"Belum selesai, Bel?" tanya Lila menatap sekitar.
"Kalian gak lihat?" balas Bella kesal.
Lila dan Ririn hanya nyengir, dia ikut membantu Bella. Mereka terbiasa bersama kemanapun, jika salah satunya tak ada terasa kurang lengkap.
"Yang terlambat siapa?" tanya sosok lelaki jangkung di pintu masuk toilet, Bella menegang mendengar ucapan orang tersebut.
Dengan gerakan pelan, Bella menoleh dan tersenyum manis. Keringat yang mengucur deras di pelipis Bella membuat jakun Haidar naik turun, dia menelan ludahnya susah payah.
"Saya, Kak." Jawab Bella dengan wajah memucat.
"Kenapa yang membersihkan tiga orang? Bukannya yang terlambat hanya Bella?" tanya Haidar dengan wajah datar.
Bella, Ririn dan Lila saling pandang. Tubuh mereka bergetar ketakutan, tatapan tajam Haidar dengan wajah sangat datar semakin menunjang tampang gaharnya.
"Mereka cuma bantu, Kak. Maaf!" seru Bella dengan wajah memucat.
Haidar yang melihat wajah ketakutan Bella serta tubuh bergetar tersenyum tipis. Jika kebanyakan gadis akan manatap Haidar penuh kekaguman. Namun berbeda dengan Bella gadis itu akan menatapnya dengan ketakutan.
"Untuk saat ini gak pa-pa, lain kali jangan." Tukas Haidar dengan wajah datar.
Bella mengangguk dengan semangat, dia kembali melanjutkan acara mengepelnya yang tertunda. Keringat yang mengalir di pelipis Bella membuat Ririn menyodorkan sapu tangannya. Dia tahu Bella terbiasa di ruangan ber-AC jadi tak terbiasa berkeringat.
Apalagi mengerjakan pekerjaan berat, Melvi maupun kedua kakaknya tak akan membiarkan adik kecilnya melakukan pekerjaan berat. Semuanya sudah di urus pembantu, Ava yang dulu di manjakan oleh kakak dan orang tuanya kini menurun pada Bella.
Perbedaannya kakak Ava ada tiga sedangkan Bella hanya punya dua kakak, namun itu tak membuat Bella kekurangan perhatian.
"Bella?" Panggil Haidar pelan.
Rambut panjang Bella yang panjang mengibas dengan indah, tanpa sadar bibir tipis Haidar menerbitkan senyuman. Bella, Ririn dan Lila yang melihat senyum Haidar merasa aneh.
Biasanya Haidar akan selalu berwajah datar, bahkan teman-temannya membuat guyonan saja Haidar hanya tersenyum tipis. Tapi kali ini entah apa yang membuat Haidar dapat tersenyum.
"Kenapa, Kak?" tanya Bella dengan alis bertautan.
Haidar segera merubah ekspresi wajahnya, tanpa menjawab tangannya melemparkan sebotol air mineral dingin. Bella yang cepat tanggap dengan sesuatu segera menangkap minuman yang di lempar kakak kelasnya.
"Buat siapa?" Haidar tersenyum tipis saat wajah Bella tampak kebingungan.
"Siapa aja yang mau," tubuh tegap Haidar berbalik arah dan berjalan meninggalkan lorong toilet.
Ririn dan Lila masih syok, ada apa dengan Haidar dan juga Bella? Kenapa mereka terlihat sangat lucu dengan perhatian diam-diam dari Haidar.
"Lo ada hubungan apa sama Kak Haidar?" tanya Ririn penasaran, Bella yang masih menatap punggung Haidar hanya mengangkat bahunya acuh.
"Bella, gue nanya serius!" teriak Ririn kesal.
Lila yang masih sibuk dengan alat pelnya hanya menggeleng, dia tak terlalu ingin tahu hubungan apa yang Haidar dan Bella jalani.
"Aku sama Kak Haidar gak ada apa-apa," jawab Bella pelan.
Keringat dingin yang awalnya hanya butiran-butiran kecil, kini tampak lebih besar dan keluar lebih banyak. Ririn yang melihat itu semakin curiga, pasti ada yang tak beres dengan mereka. Walaupun kecurigaan Ririn semakin menjadi. Dia tak mau mendesak Bella lebih dalam.
Dia tahu Bella seperti apa, gadis muda yang mampu menyembunyikan masalahnya seperti mamanya. Ketiga anak Melvi dan Ava menuruni sifat orang tuanya. Marcel dengan tanggung jawab serta rela mengorbankan cintanya demi membahagiakan orang tuanya, Reno dengan wajah datar dingin serta memiliki pemikiran panjang seperti papanya. Dan yang terakhir Bella, memiliki hati yang sangat lembut, dan jiwa pemaaf.
"Bel, kalau misal Kak Haidar suka sama lo gimana?" tanya Lila dengan alis terangkat sebelah.
Bella menatap kedua temannya dengan wajah pucat, dia tak pernah berfikir jika Haidar ada rasa lebih dengannya. Yang di rasakan Bella adalah perhatian Haidar masih terbilang hal wajar, mungkin Haidar memang tergolong orang yang sangat baik.
Tapi bukannya orang baik itu selalu memiliki wajah ramah serta senyum manis? Tapi Haidar? Dia sama sekali tak bisa di bilang ramah. Bahkan tersenyum saja Haidar terbilang jarang.
Membuat Haidar tersenyum sama saja membuat boneka salju di tengah padang pasir, dan melihat senyum manis Haidar sama saja mencari oase di tengah gurun pasir.
"Bella, lo kok bengong sih!" tegur Ririn dengan wajah kesal.
Bella yang tersadar dari lamunannya hanya tersenyum manis, "mungkin, Kak Haidar baik sama aku karena dia punya masa lalu atau orang yang di suka mukanya mirip sama aku,"
"Di dunia ini ada wajah yang mirip itu sangat jarang, Bel. Atau jangan-jangan yang dia suka lo, Bel. Bisa jadi, kan?" ujar Lila dengan semangat. Ririn yang awalnya memeras kain pel tersenyum sumringah dan menghampiri kedua sahabatnya.
"Gak mungkin, aku bukan pilihan yang cocok untuk cowok sekelas Kak Haidar."
"Semua bisa terjadi saat hati yang memilih bukan mata," cetus Ririn dengan senyum manis.
Bella dan Lila terdiam, Bella dengan perasaan campur aduk dan mengingat perhatian kecil dari Haidar. Sedangkan Lila menerka apakah Haidar benar ada rasa dengan sahabatnya yang terkenal baik, sopan, ramah dan tidak sombong.
"Eh, ini udah selesai, kan?" Bella mencoba mengalihkan pembicaraannya dan yang lain.
Bisa bahaya kalau di teruskan, bukan masalah Bella salah tingkah, jantung berdetak atau yang lainnya. Dia hanya takut ada orang lain yang mendengar dan berfikir bahwa Bella menyukai Haidar.
"Kalau sampai iya dia suka sama lo gimana, Bel? Lo terima gak?" tanya Ririn, mereka berjalan kembali ke kelas.
Di tengah perjalanan pertanyaan tersebut tiba-tiba melintas di otaknya. Bella menghentikan langkahnya, dengan senyum manis dia menggeleng.
"Dia terlalu sempurna untuk aku miliki, dia terlalu wahh buat gua ya yahh. Lihat dia dan lihat aku, kita berbeda." Jelas Bella dengan senyum lembut.
"Tapi beda itu ada untuk saling menghargai dan menyempurnakan. Jika semua orang sama, gak ada yang namanya mencintai dengan tulus." Ujar seseorang yang ada di belakang tubuh ketiga gadis tersebut.
Bella maupun kedua temannya menegang mendengar suara yang sangat mereka kenali. Dengan napas memburu, Bella menelan ludahnya susah payah.
~~~~~
Jangan lupa vote dan komen, biar semangat up.😘
Salam hangat dari author gigi kelinci.🐰25 Desember 2020.
KAMU SEDANG MEMBACA
T̶h̶e̶ S̶e̶c̶r̶e̶t̶ 𝓗𝓪𝓲𝓭𝓪𝓻
أدب المراهقين~ Zona baper!!! Arbella Atania Januarta, atau yang sering di panggil Bella. Gadis muda dengan tingkat kesopanan dan kelembutan luar biasa. Gadis yang di juluki Miss Perfect oleh anak SMA Bina Bakti. Alister Haidar Mahikam, ketua osis SMA Bina Bakti...