Extra Part

4.4K 308 50
                                    


5 Tahun berlalu ...

Senyum lembut dari wanita paruh baya dengan dress berwarna biru muda di ambang pintu rumah  membuat gadis yang baru datang ikut tersenyum. Senyum yang sangat gadis itu rindukan.

"Kamu mentang-mentang udah bisa hidup mandiri lupa sama orang tua." Tegurnya kesal.

Sedangkan gadis tersebut hanya terkekeh pelan, "Ma, kerjaan ku banyak banget akhir-akhir ini. Banyak Nasabah yang bermasalah, ya jadi gitu deh." Jawabnya dengan senyum manis.

"Ya sudah, ayo masuk. Di tunggu Kak Reno." Bella mengangguk dan segera berjalan memasuki rumah lamanya.

Di sofa ruang tamu ada Reno dan anak istrinya, Bella yang melihat itu tersenyum manis. Anak Reno tampak lucu dengan kemeja biru muda di padukan dengan celana jins hitam.

"Onty." Teriaknya saat melihat Bella.

"Hallo, Zulfi. Mau Aunty kasih hadiah gak?"

"Au!" Teriak Zulfikar dengan antusias. Sedangkan Reno yang notabennya sang ayah dari Zulfikar hanya dapat tersenyum manis melihat reaksi anaknya.

"Tapi, Zul harus janji sama Aunty untuk jadi anak pintar. Gak boleh nyakitin Mama, 'ya." Ujar Bella dengan lirikan mata menuju Reno.

Alexa menunduk menatap ujung sepatunya saat mendengar ucapan Bella. Entah kenapa gadis tersebut sekarang menjadi lebih pemberani dan pandai menyindir seperti tadi. Jauh berbeda dengan Bella yang dulu.

"Kakak ke kamar dulu, ya Bel." Pamit Reno pada adiknya, sebelum beranjak Reno menyempatkan diri untuk mengusap puncak kepala anak lelakinya.

Bella menatap kepergian Reno dengan dengkusan kesal. Selalu seperti itu saat Reno di sindir, tak bisakah Reno mengerti keinginan Bella.

"Kak Lexa, yang sabar, 'ya." Ujar Bella dengan senyum manis. Alexa hanya tersenyum dan mengangguk.

"Lexa, sentuh hatinya dengan kelembutan hatimu, 'ya. Mama percaya dia akan luluh." Bisik Ava pelan.

Alexa mendongak untuk menghalau air matanya agar tak jatuh. Dia tak boleh terlihat lemah di hadapan Zulfikar, putra pertamanya.

"Sudah empat Tahun, Ma. Mas Reno masih bersikap dingin sama aku." Jawab Alexa menatap Ava.

Bella yang tahu keadaan segera membawa pergi keponakan kecilnya, kemana lagi tujuannya kalau bukan rumah Marcel yang berada tepat di sebelah rumah Ava.

"Aku bawa Zulfi ke rumah Abi, Ma." Pamit Bella dengan Zulfikar sudah berada di gendongannya.

Ava mengangguk dan tersenyum, anak gadisnya semakin baik hati dan semakin sempurna di matanya. Setelah melihat Bella keluar dari rumah, baru lah tangis yang Alexa tahan keluar.

"Alexa, kuatkan hatimu demi calon bayimu. Percaya sama Mama, Reno sudah mulai menyayangimu. Kalau dia tak ada rasa denganmu tak mungkin ada Zulfikar dan calon adiknya." Jelas Ava dengan lembut.

"Mas Reno bilang itu semua hanya khilaf, Ma."

"Gila saja kalau sampai khilaf mau jadi dua, khilaf apa doyan itu." Teriak Ava kencang. Sedangkan Reno yang berada di ambang pintu kamarnya tersenyum tipis.

~~~~

Lelaki tampan dengan kemeja biru muda yang membalut tubuhnya membuat beberapa gadis di sebuah desa memekik kagum. Boss yang biasa menebas sayur di desanya terlihat sangat tampan dan masih muda.

"Pak, apakah ini semua kita ambil?" tanya salah satu pegawainya.

"Iya, nanti disortir. Kita kekurangan sayur hidroponik untuk dikirim ke Supermarket." Jelasnya dengan wajah datar.

Para pegawainya mengangguk mengerti, "Tapi Pak, resto dan pasar untuk beberapa kota juga kurang banyak pasokan."

Haidar menarik napasnya dalam, kepalanya berdenyut untuk beberapa saat. Saat penjualan di pasaran turun, Haidar harus memutar otak untuk mencari pasar baru di tempat lain. Dan itu semua pernah terjadi di saat Haidar awal memulai usahanya.

Dan untuk sekarang penjualannya sudah meningkat drastis bahkan kurang banyak pasokan sayur. Bukan kekurangan penjualan di pasaran lagi seperti dulu.

"Cari desa yang sudah hampir panen, Tiara." Ujar Haidar sebelum memasuki mobil berwarna merah miliknya.

Tuhan ... Kehidupanku sudah lebih dari cukup untuk saat ini. Dan ini semua karena usahaku sendiri, karena aku mau berusaha untuk membahagiakan gadis yang sudah lama ku nanti. Jagakan dia untukku, pelihara hatinya agar dia tetap berada di dalam kebaikan dan kebahagiaan.

Jika saat ini bukan waktu yang tepat untuk bertemu, aku akan tetap mempersiapkan diriku sendiri untuknya. Aku akan tetap menyendiri sampai bertemu dengannya, lagi.

Untuk menebus semua rasa sakit yang dia rasakan beberapa Tahun lalu. Aku siap mengorbankan segalanya, aku siap mempertaruhkan segalanya untuknya. Untuk kebahagiaan yang belum pernah dia rasakan, untuk rasa cinta dari pria yang belum pernah hadir di hidupnya.

"I miss u, Bel. Maaf untuk kisah masa lalu yang belum beres dengan hati yang masih menyimpan luka." Gumam Haidar pelan, tangannya terus memutar setir mobilnya dengan fikiran berjalan kemana-mana. Dan semua itu masih tentang, Bella.

~~~

Jika rindu tak kunjung berujung temu, aku harap hatinya masih tetap untukku. Senyum yang belum pernah dia perlihatkan untuk orang lain tetap dia simpan untukku. Tuhan, hatiku masih untuknya.

Jika bukan dalam waktu dekat kita akan bertemu, aku harap kita akan bertemu di waktu yang telah engkau siapkan di waktu yang tepat. Aku ingin menebus kesalahanku di masa lalu, ingin memperbaiki sifat dan sikapku yang mungkin pernah menyakiti hatinya.

"I miss u, aku masih menunggu dengan perasaan yang sama seperti dulu."

~~~

Terima kasih untuk segala dukungannya, terima kasih yang sudah menunggu lebih dari setengah Tahun. Tanpa kalian kisah ini tak akan selesai.
Sampai di jumpa di lapak Haidar dan Bella yang lain, kalau memang masih ada kesempatan.
Salam hangat dari author gigi kelinci.🐰

15 Juli 2021.

🎉 Kamu telah selesai membaca T̶h̶e̶ S̶e̶c̶r̶e̶t̶ 𝓗𝓪𝓲𝓭𝓪𝓻 🎉
T̶h̶e̶ S̶e̶c̶r̶e̶t̶ 𝓗𝓪𝓲𝓭𝓪𝓻Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang