Part 39

1.5K 214 17
                                    


Langkah kaki Bella terasa semakin berat saat hendak memasuki sebuah pemakaman umum. Gadis muda tersebut berniat mengunjungi kakak iparnya. Cerita dari Haidar yang secara tak sengaja Bella dengar membuatnya merasa bersalah.

Saat sampai di makamAngel, Bella ambruk dan memeluk batu nisan kakak iparnya, isakan Bella terdengar sangat berat dan tak beraturan. Bahkan, matanya terasa sangat berat karena tangisan.

“Maafin Bella, Kak. Harusnya Bella yang pergi, bukan Kak Angel. Seharusnya Kakak masih hidup bahagia sama Kak Marcel dan kedua anak kalian.” Gumam Bella pelan.

Suasana sepi di pamakaman membuat suara tangis Bella terdengar sangat jelas, apalagi embusan napasnya yang tak beraturan.

Jika di tanya apakah Bella sedih, tentu saja iya. Dia sangat menyayangi Angel. Sedari SD kemanapun istri kakaknya pergi Bella selalu ikut.

Marcel dan Angel memutuskan menikah di umur dua puluh dua Tahun. Tapi, mereka baru di karuniai anak di umur dua puluh tujuh Tahun. Memang penantian yang cukup lama, tapi pasangan tersebut sangat sabar.

Bahkan Marcel selalu berkata jika memang Angel tak bisa hamil tak apa, karena tujuannya menikah bukan semata-mata ingin mendapat keturunan. Tapi, dia ingin menyempurnakan kebahagiannya saat bersama Angel.

Jika tujuan menikah hanya untuk mendapatkan anak, percayalah hubungan rumah tangga akan sering bertengkar dan terasa hambar saat Tuhan menguji pasangan tersebut dengan cara memberinya cobaan sulit hamil.

Jika tujuan menikah hanya untuk mendapat banyak harta karena sang istri dan suami sama-sama bekerja dari siang sampai malam. Bahkan, tak ada waktu untuk berdua karena yang di pikirkan hanya harta dunia. Rumah tangga juga pasti tak akan terasa menyenangkan.

Menikahlah karena kamu mau menyempurnakan kebahagiaan dan agama dengan seseorang yang kau cintai. Agar saat ada masalah kau tak langsung berkata ingin meninggalkannya karena tujuanmu menikah tak sama dengan jalan hidup yang sudah Tuhan gariskan untukmu. 

“Kak, minggu depan Kak Marcel mau menikah sama Kak Nufa. Kak Angel udah ihklas, ‘kan?” Bella terus mengusap batu nisan dengan nama Angela Cantika.

Bella terus menangis dan memeluk batu nisan kakak iparnya. Kepergian Angel begitu menyayat hati Bella dan keluarga Januarta yang lain. Jika Angel di masa remaja sangat dingin dan cuek, tapi saat sudah menikah sifatnya berubah. Dia menjadi perempuan yang sangat sopan dan baik hati.

“Bella?” panggil seseorang dari arah belakang, tanpa menoleh Bella sudah tahu siapa yang datang. Duda satu anak dengan calon isterinya datang ke makan mendiang Angel.

Bella tersenyum samar dengan tangan masih memeluk batu nisan Angel. Matanya terpejam merasakan sakit hati yang terasa sangat nyata. Dia bukan Angel tapi kenapa saat melihat Marcel dan Nufa bersama Bella merasakan sakit hatinya.

“Kamu kenapa ke sini sendiri?” tanya Marcel sembari jongkok di samping Bella.

Bella menoleh menatap Marcel dengan senyum pilu, tanpa aba-aba Bella menubruk tubuh Marcel dan menangis dengan kencang. Marcel yang merasa bingung hanya dapat mengusap punggung adiknya dengan tangan kiri, sedangkan tangan kanannya tengah memangku Ardin.

“Ada apa?”

“Aku sudah tahu semuanya, Kak.” Gumam Bella pelan.

Marcel menegang mendengar ucapan Bella. Marcel tak bodoh, dia mengerti betul arti ucapan Bella tadi. Gadis tersebut sudah tahu tentang masa lalunya yang selama ini di tutup rapat-rapat oleh keluarga Januarta.

Masa lalu yang membuat Marcel berduka, bahkan sampai sekarang Marcel masih merasakan sakitnya kehilangan belahan jiwa. Bukan hal mudah untuk melupakan Angel, dia ingat betul bagaimana sulitnya hubungan mereka dulu.

Memulai usaha bersama, selalu mendukung apapun keputusan Marcel. Bahkan, Angel tak protes sedikitpun saat Marcel lebih memilih menjadi penyanyi dan pemilik kedai pecel lele. Daripada menjadi pegawai kantor seperti orang lain.

“Kita bicara di rumah, Bel. Ayo berdo’a untuk Kak Angel.” Bisik Marcel lembut. Bella mengangguk dan melepaskan pelukannya di tubuh Marcel.

Senyum manis Bella terbit saat melihat wajah polos keponakannya. Buah cinta Marcel dengan Angel, bukti cinta Marcel dan Angel. Malaikat kecil yang di tunggunya selama bertahun-tahun.

“Angel, maaf jika aku akan menikah lagi. Maaf karena secepat itu aku akan membuka lembaran baru dengan orang lain. Rasanya baru kemarin aku melepaskanmu ke dalam kedamaian, sayang. Tapi, waktu terasa cepat berlalu. Tak terasa nyaris dua Tahun kamu meninggalkanku, meninggalkan buah cinta kita dan pergi bersama separuh hidupku. Kamu sudah tenang di sana, ‘kan? Aku selalu mendo'akanmu, sayang. Setiap hari aku selalu teringat kebersamaan kita. Ingat betul bagaimana kita berusaha membangun usaha untuk masa depan kita.” Marcel mengusap makam Angel dengan air mata mengalir deras.
Bella yang ada di sampingnya semakin menangis, bahkan Ardin juga menangis. Apakah balita berumur tiga Tahun tersebut juga merindukan sosok ibunya?

“Ardin sudah besar, dia menjadi balita yang lucu dan menggemaskan seperti mamanya. Apa kamu tak ingin melihat buah cinta kita? Aku ingin kamu kembali, sayang. Aku ingin kembali hidup sama kamu.” Marcel yang semula jongkok kini bersimpuh di atas tanah.

Dia tak peduli jika celananya akan kotor, yang dia pedulikan saat ini adalah rasa rindunya dengan Angel. Rasa rindu yang tak pernah ada obatnya, rasa rindu yang tak akan pernah ada titik temu.

“Kita do’a untuk Mama ya, Nak. Kita do’a agar Mama tenang di alam sana dengan adik kecil kamu. Kita berdo’a agar Mama selalu jagain kita dari surga.”

Marcel menarik kedua tangan anaknya, lalu menaruhnya di atas rumput makam Angel. Tarikan napas Marcel yang panjang membuat Nufa yang juga jongkok di sebelah kanan makam menatapnya tanpa berkedip.

“Mama, Ardin akan menjadi anak yang sholeh, anak yang baik, anak yang selalu nurut sama kata Papa. Ardin akan selalu mendo’akan Mama, sampai suatu saat nanti kita akan berkumpul kembali di surga. Papa, Mama, Ardin dan adik kecil akan kembali tinggal di satu rumah yang sama. Tunggu Papa sama Ardin, ya, Ma.” Gumam Marcel menirukan suara anak kecil. Suara yang terdengar sangat parau dan tersendat karena isakan tangis.

Ardin menepuk makam ibunya dengan kedua tangan mungilnya. Marcel yang masih menangis hanya dapat mencium puncak kepala putranya dengan pelan.

“Ayo pulang, Bel. Kakak gak kuat.” Gumam Marcel pelan.

Bella mengangguk, sebelum beranjak Marcel menyempatkan membaca do’a walaupun dengan suara tak jelas. Setelah selesai, Bella sudah berdiri dan mengusap pantatnya yang kotor karena tanah makam.

Marcel menyerahkan Ardin ke arah Bella. Dengan senang hati Bella menggendong keponakannya. Marcel menggeser posisi duduknya dan memeluk batu nisan Angel. Bibirnya mencium batu nisan tersebut dengan mata terpejam.

“Walaupun aku menikah lagi, kamu tak akan pernah tergantikan, sayang. Selamanya kamu akan ada di dalam hatiku.” Gumam Marcel pelan.

Nufa menatap Marcel dengan gelengan kepala pelan, dia masih terus menatap Marcel yang masih memeluk batu nisan mendiang istrinya.

Kamu akan terganti, Ngel.

~~~~

Jangan lupa vote dan komen, please.😘
Share juga biar Haidar dan Bella makin rame.😉
Salam hangat dari author gigi kelinci.🐰

05 Maret 2021.

T̶h̶e̶ S̶e̶c̶r̶e̶t̶ 𝓗𝓪𝓲𝓭𝓪𝓻Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang