"Bella!!" Teriak Haidar saat melihat tubuh Bella tergeletak di pinggir jalan.
Sedangkan ibunya masih duduk di atas kursi roda dengan napas tak beraturan. Dia terlalu syok dengan kejadian tadi, ingatan beberapa Tahun lalu kembali berputar saat dia juga mengalami kecelakaan dan mengakibatkan kakinya harus di amputasi.Haidar berlari ke arah Bella dan menyandarkan tubuh gadis tersebut ke dadanya. Air mata Haidar mengalir melihat tubuh Bella banyak goresan dan mata yang masih terpejam.
"Bella? Nak, bangun sayang." Ujar Ava dan menepuk pipi Bella pelan. Haidar masih tak melepaskan pelukannya.
Keluarga Melvi yang sedang menurunkan barang-barangnya dari bagasi tadi mendengar suara teriakan. Marcel yang rasa ingin tahunya tinggi berlari dan melihat ada kejadian apa sampai orang di sana berteriak.
Tapi, saat melihat Bella tertabrak motor yang sedang melaju kencang membuat Marcel ikut berteriak dan berlari menghampiri adiknya. Pikirannya kacau, kesedihannya kembali terasa saat mengingat kecelakaan yang di alami istri dan anaknya.
"Bawa ke rumah, Haidar." Ujar Melvi panik. Haidar mengangguk dan segera mengangkat tubuh Bella menuju rumah ibunya.
Haidar membaringkan Bella di atas ranjangnya. Tangannya terus menggenggam jemari mungil gadis tersebut, berharap kehangatan tubuhnya dapat tersalurkan ke tubuh Bella.
"Ini minyak kayu putih, Nak." Nenek Haidar menyerahkan sebotol kecil minyak kayu putih.
Ava menerimanya dan segera membalurkan minyak tersebut ke jari telunjuknya. Tangan Ava bergetar saat hendak mengarahkan jarinya ke depan lubang hidung anaknya.
"Bangun, Nak." Bisik Ava pelan.
Ava duduk bersimpuh di lantai dengan air mata terus mengalir. Sedangkan Melvi berdiri di belakang istrinya dan menatap wajah Bella yang pucat. Kedua kakak Bella yang ada di samping Haidar sudah ingin menangis, dua kali Bella membuat seluruh keluarga Januarta cemas.
"Mel, Bella kok masih belum sadar?" tanya Ava saat Bella belum juga tersadar. Sudah lebih dari sepuluh menit Bella masih berada di alam bawah sadar.
"Bella akan sadar, Va. Tenang saja." Melvi mengusap puncak kepala Ava dengan pelan. Dia juga cemas. Tapi, jika Ava melihat kecemasan Melvi bisa di pastikan Ava akan lebih cemas dan berpikiran buruk. Jadi Melvi lebih memilih stay cool. Walaupun di dalam benaknya sedang berkecambuk saat ini.
"Eunghh ..." Gumam gadis yang sedari tadi memejamkan matanya.
Kelopak mata yang semula tertutup kini mulai terbuka. Tatapan terkejut dari Bella membuat keluarganya bingung.
"Alhamdulillah kamu sudah sadar, Bel. Apa yang kamu rasakan?" tanya Ava cemas.
"Aku gak apa-apa, Ma." Ujar Bella sembari bangkit dari posisi tidurnya.
Ava menaruh beberapa bantal di belakang tubuh Bella, agar gadis tersebut bisa bersandar nyaman.
"Kak, kamu ke rumah Mbok Sri sana. Tata barangnya, ya." Ujar Ava menatap kedua anak lelakinya.
Marcel dan Reno mengangguk dan berniat meninggalkan kamar Haidar, tapi langkah kakinya terhenti saat mendengar ucapan Bella.
"Aku mimpi, aku terjebak di dalam mobil sama anak kecil. Mobil itu terbalik dan terbakar, samar-samar aku lihat ada lelaki jangkung dengan seragam SMP narik tubuh ku dan anak kecil itu, setelahnya aku gak tahu lagi. Mimpiku terasa sangat nyata, Ma." Ujar Bella menatap mata Ava sangat dalam.
Ava bungkam mendengar ucapan Bella, Melvi yang dapat menyelesaikan banyak masalah pun di buat terdiam.
Saat sadar dari lamunannya, Marcel segera keluar kamar. Di susul Reno, lelaki tersebut takut kalau kakaknya khilaf dan melakukan hal yang buruk.
KAMU SEDANG MEMBACA
T̶h̶e̶ S̶e̶c̶r̶e̶t̶ 𝓗𝓪𝓲𝓭𝓪𝓻
Teen Fiction~ Zona baper!!! Arbella Atania Januarta, atau yang sering di panggil Bella. Gadis muda dengan tingkat kesopanan dan kelembutan luar biasa. Gadis yang di juluki Miss Perfect oleh anak SMA Bina Bakti. Alister Haidar Mahikam, ketua osis SMA Bina Bakti...