Part 56

1.7K 226 28
                                    

Tandai kalau ada typo atau kata kurang jelas.🙏
Happy reading.😘

~~~

Sorot mata tajam dari lelaki paruh baya yang tengah duduk di Cafetaria membuat lelaki muda di depannya berdecih pelan. Dia sudah terlalu muak dengan Argi.

"Apa yang anda inginkan?" tanya Haidar dengan wajah datar.

"Terima perjodohan yang sudah pernah Papa bicarakan sebelumnya, Haidar."

"Apa hak anda terhadap kehidupan saya? Sampai anda membatasi pilihan hati saya juga!" Tolak Haidar dengan tatapan semakin tajam.

Argi menatap Haidar tak kalah tajam, embusan napasnya yang berat membuat Haidar menaikan sebelah alisnya.

"Aku Papamu, Haidar. Kamu harus menurut dengan orang tua! Ibumu sudah tiada, kamu tak punya siapa-siapa di dunia ini kecuali Papa Haidar!" Bentak Argi, Haidar terkekeh pelan sebelum kembali mendatarkan wajahnya.

"Oh ya? Saya masih memiliki keluarga Bagaskara, bahkan saya juga punya keluarga Januarta. Kalau anda lupa saya terlahir dari rahim mantan istri keluarga Bagaskara. Dan saat ini, mereka semua membawa saya kembali masuk ke dalam keluarga mereka."

Argi menatap Haidar tak percaya, darimana Haidar tahu tentang keluarga Bagaskara. Darimana juga Haidar mengetahui asal usulnya.

"Dari mana kamu tahu tentang keluarga itu? Mereka bukan siapa-siapa kamu. Papa lah yang keluargamu." Bantah Argi kencang. Bahkan orang-orang yang berada di dalam
Cafetaria menoleh ke arah dua lelaki yang sama keras kepalanya tersebut.

"Dia memang bukan keluargaku, tapi mereka lebih bisa menghargaiku lebih dari orang tuaku sendiri, Pa. Mereka membuat aku sadar kalau kehidupan lebih indah saat di jalani bersama, bukan sendiri seperti yang sudah Haidar lakukan selama bertahun-tahun. Sejak Papa memilih wanita lain, Mama kecelakaan dan dua saudaraku meninggal. Aku menjalani semuanya sendiri. Aku menguatkan hatiku sendiri, Pa. Apa Papa pernah tahu kesulitan apa yang sudah ku lalui? Apa Papa tahu bagaimana caraku mengumpulkan kepingan hati yang Papa patahkan setelah Papa bingkai dengan rapi dan indah? Apa Papa tahu?!" Balas Haidar dengan tajam, namun tak ada bentakan di sana.

Hanya ada gumaman dengan tatapan mata tajam, sorot mata yang sangat terluka terlihat jelas di pandangan Argi.

"Kamu lelaki, sudah sewajarnya kamu menguatkan hatimu demi masa depan, Haidar. Kehidupan di masa depan akan lebih menggoyahkan hatimu, akan membuat kamu berfikir kalau semua orang tak seperti apa yang kamu fikirkan, Haidar." Sahut Argi.

Lelaki paruh baya yang berusaha mengambil kembali hati anaknya terlihat selalu ngotot demi menang nya sebuah perdebatan.

"Memang, Pa. Memang semua orang tak pernah seperti dugaan kita, bahkan orang yang darahnya mengalir di tubuhku pun tak bisa ku percaya sama sekali. Lantas orang luar mana yang harus Haidar percaya? Tak ada bukan?"

"Termasuk keluarga Bagaskara."

Haidar berdecih pelan, berputar-putar sampai keliling dunia pun akhirannya tetap sama. Bertujuan membuat Haidar benci dengan keluarga Bagaskara.

"Gadis yang aku cintai keluarga Bagaskara, cucu perempuan satu-satunya di keluarga Bagaskara maupun Januarta."

"Tinggalkan dia, Disti lebih baik dalam segala hal untukmu, Haidar. Jauh lebih baik dari anak Melvi!" teriak Argi murka.

"Tahu apa anda tentang baik dan buruk di dunia ini? Jika anda memang tahu sebuah kebaikan, pasti anda tak akan pernah meninggalkan Mama saat kondisi sulit. Jika anda tahu sebuah keburukan, anda tak mungkin menikah lagi dengan perempuan yang jauh lebih muda dari Mama. Perempuan yang kaya dan membuat anda gila. Apakah anda tak pernah belajar dari masa lalu? Bagaimana anda merebut Ibu saya dari suaminya. Jika suatu saat istri anda saat ini dalam kondisi sulit, Haidar sangat yakin, Papa pasti akan menikah lagi dan meninggalkan dia." Balas Haidar tajam sebelum meninggalkan kursi tempat duduknya.

T̶h̶e̶ S̶e̶c̶r̶e̶t̶ 𝓗𝓪𝓲𝓭𝓪𝓻Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang