Part 51

1.4K 192 6
                                    


Iringan mobil dari arah jalan raya melaju tanpa hambatan. Beberapa orang yang berada di dalam mobil saling bergurau untuk melepaskan kejenuhan karena perjalanan panjang.

"Memangnya normal ya hamil 17 Tahun?" tanya Bella menatap Marcel dan Nufa yang berada di kursi mobil paling belakang.

Di kursi kemudi ada Reno, di sampingnya ada Melvi seperti biasa. Sedangkan di tengah ada Bella dan Ava. Dan yang paling belakang di tempati pasutri muda Marcel dan Nufa.

"Gak lah, Bel. Normalnya orang hamil itu 9 bulan, bukan 17 Tahun." Jawab Marcel dengan mata terpejam.

Sedari tadi lelaki tersebut mencoba untuk tidur, namun sangat sulit baginya memasuki alam mimpi jika adik dan istrinya terus berceloteh.

"Ih Kak Marcel, bukan gitu maksudku." Jawab Bella dengan kesal, sedangkan anggota keluarganya yang lain hanya tertawa.

Bella melipat kedua tangannya di depan dada, bibirnya mengerucut dengan dumelan sangat keras.

"Bel, jangan cemberut. Ardian takut nih." Ujar Nufa mencoba untuk menghibur Bella.

Bella menoleh ke arah belakang dan tersenyum menatap keponakannya.

"Ibu tiri yang baik hati memang," jawab Bella dengan senyum mengembang.

Nufa mengusap kepala putranya dengan lembut. Walaupun Ardian hanya putra tirinya, tapi Nufa sudah sangat menyayangi anak lelaki tampan tersebut.

"Ma, di belakang itu mobil siapa?" tanya Bella saat melihat mobil yang belum pernah dia lihat.

Reno ikut melihat dari kaca spion. Sebenarnya Bella tak terlalu penasaran tadi saat di jalan raya, tapi di belokan manapun Reno membelokkan mobilnya. Mobil di belakang juga ikut.

"Loh kamu gak tahu kalau Ardin di belikan mobil baru? Ardin kemarin itu menang lomba nyanyi, dan di belikan mobil sama Om Arkan." Jelas Ava sembari ikut menoleh.

"Pantesan, muka pengemudinya gak asing Kak Virgo ternyata." Jawab Bella dengan kekehan kecil.

"Virgo balik, Ma?" tanya Marcel.

"Dia mau tunangan, perjodohan mereka berjalan lancar dan Virgo mau di nikahkan sama gadis itu." Reno yang tengah menyetir terdiam mendengar ucapan Ava.

Apakah semua perjodohan akan berhasil? Atau hanya beberapa saja?

"Apakah semua perjodohan akan berhasil, Ma?" tanya Reno sembari memutar kemudinya.

Ava kembali ke posisi semula, dengan tangan mulai membuka bungkus camilannya. Lama berbicara ternyata lapar juga.

Marcel yang berada di belakang tersenyum tipis. Dia tahu kekhawatiran adik lelakinya.

"Tergantung orangnya sih, Keisya sama Kak Al juga berhasil sampai sekarang masih bersama. Ya walaupun bumbu pertengkaran selalu ada. Tapi ada juga yang gak berhasil. Semua itu tergantung tujuan dan niatnya, karena pernikahan bukan hal yang main-main, Ren." Jelas Ava panjang lebar. Reno hanya mengangguk dan tersenyum tipis.

Melvi yang berada di samping Reno melihat gelagat aneh anak lelakinya. Tumben sekali wajah Reno gelisah, padahal biasanya dia kalem.

Dua puluh menit berlalu, mereka semua sudah sampai di depan rumah Sari, Nenek Haidar. Lima mobil terparkir dengan sempurna. Ke-tiga saudara Ava juga ikut melayat, walaupun Ewyn bukan orang baik. Setidaknya mereka datang untuk Haidar.

Andre, Arkan, Riko, Vano dan Ava keluar bersamaan dari mobil. Virgo merangkul bahu ibunya karena Amalia sedang tak enak badan, tapi dia memaksakan diri untuk ikut.

T̶h̶e̶ S̶e̶c̶r̶e̶t̶ 𝓗𝓪𝓲𝓭𝓪𝓻Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang