Pagi hari, Bella ikut ke pasar bersama Mbok Sri. Mereka berjalan kaki menyusuri jalan setapak di samping sawah. Kata Mbok Sri memang bisa lewat jalan raya, tapi jaraknya jauh dan akan memakan waktu lebih lama.
Jalan di tepi sawah tersebut kata Mbok Sri adalah jalan alternatif. Walaupun Bella tak tahu, tapi dia iya saja. Bella juga tak tahu di mana letak pasar yang akan mereka tuju.
"Ini sawah luas banget, Mbok?" tanya Bella saat melihat sebidang sawah yang sangat luas. Dari mana Bella tahu kalau sawah tersebut milik satu orang, karena biasanya setiap sawah ada pembatas seperti jalan terbuat dari tanah.
Tapi, sawah tersebut tak ada pembatasnya sama sekali. Jadi, Bella dapat menyimpulkan jika sawah itu milik satu orang.
"Punya Mbak Sari, neneknya Mas Haidar. Nanti juga yang merawat semua sawah di sini Mas Haidar, Non."
Bella menghentikan langkahnya dan menaikan sebelah alisnya. Haidar yang akan merawat semua sawah di sini? Dan keluarganya berkata jika Bella suatu saat akan tinggal di sini dan memiliki suami petani. Apakah Haidar di jodohkan dengannya?
Bella dengan pikiran yang masih kosong terus mengikuti langkah kaki Mbok Sri. Sampai dia melewati sebuah sungai yang airnya masih sangat jernih, dengan batu besar di sekitarnya membuat Bella tersadar.
"Mbok, keluarganya Kak Haidar semua petani?"
"Kalau keluarga dari ibunya iya, Non. Bukan petani sih, tapi lebih ke boss pemilik hampir semua sawah di sini. Tapi mereka pintar, Non. Sawah-sawah itu di suruh garap orang desa yang kurang mampu. Nanti saat sudah panen hasilnya bagi dua,"
"Mereka gak perlu ke sawah dong?" tanya Bella sembari menyamakan langkahnya dengan Mbok Sri.
"Sesekali ke sawah, tapi ada yang khusus di garap sendiri, Non. Buat di pasok ke Supermarket. Obatnya mahal jadi sayurnya bagus-bagus. Kalau orang desa cukup di sebar di pasar,"
Tak terasa kaki Bella berhenti di depan sebuah pasar desa. Pasar di pagi hari masih sangat ramai, Bella sampai melongo. Ini pertama kalinya dia ke pasar tradisional.
"Ayo, Non. Pakai masker biar gak mencium bau amis ikan atau yang lainnya." Bella menggeleng dan tersenyum.
Dia tak mau memakai maskernya. Dengan terus mengikuti langkah kaki Mbok Sri. Bella menatap semua pedagang yang tengah menawarkan dagangannya dengan senyum manis, Bella sempat tertegun melihat senyum bocah lelaki yang sedang duduk di samping ibunya.
Ibu bocah tersebut menjual buah-buahan, mungkin hasil kebunnya sendiri. Karena buah jambu dan salak tersebut sudah di bungkus.
"Jual apa, Dek?" tanya Bella dengan senyum lembut.
"Salak ada, jambu air ada, buah naga juga ada. Kakak cantik mau beli apa?" Bella terkekeh saat mendengar kata cantik keluar dari bibir bocah tersebut.
Bagaimana bisa bocah sekecil itu sudah mengerti kata cantik dan gadis cantik.
"Satu bungkus berapa, Dek?"
"Kalau buah naga lima ribu, kalau jambu air tujuh ribu, kalau salak empat ribu lima ratus, Kak." Bella melongo mendengar harga buah yang ada di depannya.
"Kakak ambil jambunya satu, salak satu dan buah naga satu." Dengan semangat bocah tersebut mengambil buah jualannya setiap bungkus. Lalu memasukkannya ke dalam plastik besar.
"Belum ada kembaliannya, Mbak. Ini masih pagi," ujar penjual tersebut saat menerima uang lima puluh ribu dari Bella.
Bella sempat berpikir, lalu membuka dompet berwarna pink di genggamannya. Namun tak ada uang kecil, yang ada hanya lima puluhan dan ratusan.
KAMU SEDANG MEMBACA
T̶h̶e̶ S̶e̶c̶r̶e̶t̶ 𝓗𝓪𝓲𝓭𝓪𝓻
Teen Fiction~ Zona baper!!! Arbella Atania Januarta, atau yang sering di panggil Bella. Gadis muda dengan tingkat kesopanan dan kelembutan luar biasa. Gadis yang di juluki Miss Perfect oleh anak SMA Bina Bakti. Alister Haidar Mahikam, ketua osis SMA Bina Bakti...