Part 46

1.4K 210 17
                                    


Mobil yang di kemudikan Reno memasuki gerbang tinggi kediaman Melvi. Di teras ada beberapa mobil yang memang sejak sore tadi sudah berada di sana, keluarga Bagaskara berkumpul untuk merekatkan tali persaudaraan.

"Ada siapa?" tanya Haidar saat mereka hendak memasuki rumah Melvi.

Bella dan Reno menghentikan langkah kakinya, Bella baru sadar jika Haidar tak pernah bertemu para omnya.

"Saudara Mama, kamu tenang saja. Sebagian dari mereka seperti kita kok." Ujar Reno dengan senyum tipis, Haidar menaikan sebelah alisnya lalu menunduk untuk menatap wajah Bella.

"Maksudnya?" tanya Haidar tanpa suara, hanya ada gerakan bibir yang dapat terbaca Oleh Bella.

"Para es batu lagi kumpul," bisik Bella dengan kekehan kecil. Haidar tersenyum tipis dan mengangguk.

Reno sudah lebih dulu memasuki rumah. Bella dan Haidar segera menyusul, saat sampai di ruang tamu di sana berkumpul lah beberapa es batu dari keturunan Bagaskara.

Andre, Arkan, dan Riko menatap Haidar dengan wajah terkejut. Melvi yang menyadari keterkejutannya para saudara iparnya hanya tersenyum tipis.

"Alister Haidar Mahikam, jangan pura-pura syok." Sindir Melvi kencang.

Andre dan Arkan segera merubah ekspresinya menjadi datar kembali. Riko menatap Haidar dari atas sampai bawah, kenapa bocah tersebut cepat sekali tumbuhnya. Perasaan baru kemarin dia menggendong Haidar dan mengadunya dengan Bella.

"Duduk, Haidar. Gak usah sungkan anggap aja ini rumah, Bella." Celetuk Riko dengan senyum bodoh seperti biasa. Bella hanya memutar bola matanya malas, dimanapun Riko berada. Pasti selalu menjengkelkan.

"Iya, Om." Jawab Haidar dengan anggukan pelan. Riko yang di panggil Om melotot.

"Manggilnya jangan Om, tapi Kakak. Btw, kalau lo lupa sama gue, nama gue Riko Adrefando Bagaskara, panggil aja Kak Riko." Haidar mengernyitkan dahinya heran, dia seperti sangat familiar dengan nama tersebut.

"Cih, suka gak sadar umur. Udah tua juga." Celetuk perempuan paruh baya dengan dress berwarna pink muda. Melvi tersenyum hangat melihat istri tercintanya, semakin bertambah usia bukannya Melvi bosan. Justru Melvi semakin cinta dengan Ava.

"Dek, Marcel mana?" tanya Andre mengalihkan pembicaraan antara Riko dan Ava. Jika tak begitu pasti akan terus berlanjut sampai sang pawang dari Ava turun tangan.

Ava mendudukkan tubuhnya di samping Melvi dengan wajah sombong menatap Riko.

"Kelon, Kak. Maklum pengantin baru." Jawab Ava tanpa beban, Melvi yang ada di samping Ava mencubit lengan istrinya pelan.

"Ada Bella dan Haidar, Ava." Tegur Melvi.

Andre, Arkan, Ava dan Riko menatap sepasang remaja yang tengah jatuh cinta tersebut dengan senyum tipis. Namun berbeda dengan Riko, lelaki paruh baya namun tak sadar umur tersebut menurunkan kedua alisnya dalam tempo cepat. Bella yang tak mengertipun mengernyitkan kedua alisnya dengan pandangan bingung.

"Bella kalau turunan kamu, Va. Bakalan dewasa sebelum umurnya. Kamu masih enam belas aja bacaannya plus-plus." Ujar Riko dengan tawa di akhir kalimatnya.

"Abang, jangan merusak citra Ava di depan calon mantu dong." Kesal Ava.

"Ganti sama Marina atau apa gitu,"

"Bang, dialog ini udah ada di cerita dulu."

"Gak penting, Haidar boleh kita bicara." Ujar Andre dengan tatapan lembut menatap Haidar.

Haidar mengangguk dengan pelan, dia tak tahu ada apa sampai keluarga besar Bella ingin berbicara dengannya. Ini pertama kalinya mereka bertemu. Kenapa situasinya lumayan menegangkan.

T̶h̶e̶ S̶e̶c̶r̶e̶t̶ 𝓗𝓪𝓲𝓭𝓪𝓻Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang