Part 35

1.6K 232 14
                                    

Sinar matahari yang mulai redup membuat Haidar segera bersiap menjemput Bella. Dia berjanji akan membawa Bella ke kebun miliknya sendiri, dia ingat betul kebun tersebut kakeknya berikan saat Haidar berulang Tahun ke-15.

Jika kebanyakan seorang kakek memberikan uang, motor atau hal lain. Kakek Haidar berbeda, dia ingin cucunya mengerti mencari uang dari kecil. Agar tak terbiasa hidup manja.

"Mau kemana, Dar?" tanya Marcel melihat Haidar berhenti di depannya dengan kaos pendek serta celana pendek.

"Ke kebun, ambil singkong buat Bella." Jawab Haidar santai. Marcel menaikan sebelah alisnya, dia menatap Bella yang berada di ambang pintu.

Gadis tersebut juga sudah siap dengan kaos pendek serta celana panjang milik cucu Mbok Sri.

"Wih, mau kotor-kotoran di kebun? Bagus sih, awal yang baik." Goda Marcel dengan senyum merekah.

Bella menatap tajam kakak tertuanya, bagaimana bisa Marcel berkata demikian. Belum tentu juga Haidar memiliki perasaan terhadapnya.

"Aku berangkat, nanti kalau Papa nyari bilang lagi cari nafkah." Marcel tertawa dan mengangguk.

Saat Haidar sudah menjalankan motornya, berulah Marcel tersenyum sangat lembut. Bukan senyum menggoda seperti tadi, dia sebagai kakak tentu senang saat tahu lelaki yang di sukai Bella adalah lelaki baik-baik.

Walaupun Bella tak pernah mengungkapkannya, tapi Marcel dan yang lain tahu jika Bella suka dengan Haidar. Cara memandang, cara bicara dan gestur tubuhnya menjelaskan semuanya. Dan itu tak bisa di ganggu gugat.

Di sisi lain, Haidar telah sampai di kebunnya. Bella segera turun dari motor, dia menoleh ke kanan dan kiri. Tak ada orang sama sekali di sana. Hanya ada dirinya dan Haidar.

"Kok sepi, Kak?" tanya Bella sembari menepuk bahunya yang di gigit nyamuk.

"Iya memang, kamu mau ramai?"

"Ya enggak juga, cuma ngeri." Jelas Bella dengan senyum tipis. Haidar menggeleng dan mengajak Bella memasuki kebun yang di beri pagar bambu.

Bella menatap semua tanaman dengan mata berbinar, ada banyak macam tumbuhan.

"Kamu tahu yang mana pohon singkong?" tanya Haidar sembari menyalakan rokoknya.

Bella yang mengikuti langkah kaki Haidar mengangguk dengan semangat. Anak SD juga tahu mana pohon singkong, karena sejak kecil pasti sudah di ajari mengenal tumbuh-tumbuhan.

"Itu bambu muda, Kak?"

"Iya, kamu mau?"

"Enggak usah, kata Mama kulitnya bikin gatal." Haidar terkekeh pelan dan menggeleng.

"Kalau kamu kena bulu halus rebung, kamu gosokkan ke rambut pasti hilang." Jelas Haidar pelan, dia memilih jalan yang bisa di lewati. Agar Bella berjalan dengan lancar tanpa hambatan.

"Oh ya? Setahu aku di bakar deh,"

"Di sebagian tempat mungkin iya, tapi ada juga yang langsung di kupas. Terus di rebus." Bella hanya mengangguk tanpa minta.

Dia tak pernah mengolah rebung dari masih dalam bentuk batangan, pasti sudah di iris memanjang dari penjual sayur yang biasa lewat di depan rumahnya.

Sampai di tempat yang Haidar tuju, Bella segera memilih pohon singkong mana yang akan dia cabut. Dia memilih batang yang paling besar, kemungkinan isinya juga besar saat batangnya besar. Ilmu sok tahu Bella memang tinggi.

Haidar tersenyum tipis dan memotong batang pohon singkong menjadi pendek, lalu menariknya dari dalam tanah. Bella berteriak senang saat pilihannya tepat, singkong yang keluar dari dalam tanah karena tarikan Haidar besar-besar.

T̶h̶e̶ S̶e̶c̶r̶e̶t̶ 𝓗𝓪𝓲𝓭𝓪𝓻Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang