Part 38

1.6K 228 21
                                    

Haidar duduk di kelas dengan ke-empat temannya. Namun, teman-teman Haidar menatap lelaki tersebut dengan alis bertautan. Haidar yang biasanya berwajah datar dan cuek kini lebih banyak tersenyum, walaupun hanya senyum sangat tipis.

Bahkan biasanya yang menyapa Haidar lebih dulu adalah temannya, tapi tadi pagi Haidar mengapa temannya lebih dulu. Hal yang jarang terjadi memang.

Tanpa bertanya lebih jauh atau mencari tahu lebih dalam. Mereka sudah tahu apa penyebab Haidar seperti itu, pasti Bella. Tak ada orang lain yang membuat Haidar kembali seperti sedia kala jika bukan Bella.

Entah bagaimana Bella di mata Haidar, yang jelas gadis tersebut berhasil membuat Haidar bercerita dan mau membagi kisah pahit masa lalunya. Bukan hal gampang untuk bercerita pada orang lain tentang masa lalu yang sangat kelam, apalagi itu menyangkut keluarganya.

"Dar, sebenarnya apa sih yang ada di diri Bella? Sampai buat lo seneng gitu." Tanya David heran. Ketiga temannya yang lain mengangguk, membenarkan ucapan David.

Haidar menghembuskan napasnya panjang, matanya menatap teman-temannya secara bergantian.

"Keluarga Bella baik banget sama gue, bahkan gue ngerasa punya keluarga lagi waktu bareng keluarga Januarta." Jawab Haidar pelan, bibir tipisnya yang tersenyum membuat teman-temannya senang.

Tak mudah membuka pintu hati Haidar, bahkan tenan-temannya sudah berusaha keras. Tapi tetap saja Haidar dingin dan bersikap acuh.

"Kalau masalah orang memperlakukan gue secara baik, gue akui kalian memperlakukan gue dengan baik banget. Tapi yang gue pengen rasakan itu kehangatan keluarga, dan gue menemukannya di keluarga Bella. Orang lain yang baru gue kenal beberapa bulan terakhir." Imbuhnya, bahkan senyum Haidar semakin lebar. Pertanda jika lelaki tersebut benar-benar bahagia.

"Tapi Bella emang cantik, sih!" Seru Rey.

Haidar yang mendengar ucapan Rey tentu menatap temannya dengan tajam. Rey yang di tatap setajam itu tersenyum canggung.

"Gue gak bakalan rebut Bella kok, Dar. Tenang aja." Rey membentuk huruf V dari jari telunjuk dan jari tengah.

"Gue gak mandang dia dari kecantikan, kalau emang dia sekarang cantik ya bonus."

"Emangnya kenapa? Lo gak suka dari fisik?" tanya Rudi penasaran, dia yang sedari tadi main game online kini mulai penasaran dengan obrolan teman-temannya.

"Kalau gue suka seseorang dari fisik, perasaan itu gak akan bertahan selamanya. Sepuluh Tahun mendatang, atau setelah punya anak fisik seseorang akan berubah. Dan saat fisiknya berubah apa perasaan kita juga akan berubah? Karena kita suka hanya dari fisik."

Ke-empat teman Haidar terdiam mendengar jawaban yang tak terduga, dia kira Haidar suka dengan Bella karena gadis tersebut sangat cantik dan imut.

"Bella sopan banget sama siapapun, dia juga selalu tersenyum walaupun ada masalah di hidupnya. Gue selalu kagum sama sosoknya, dari awal gue lihat dia waktu kecelakaan." Ujar Haidar tanpa sengaja.

"Kecelakaan?" tanya Rudi, Rey, David dan Iyan bersamaan.

Haidar menegang saat tak ingat ucapannya barusan, kenapa juga bibirnya mudah sekali berbicara tentang hal tersebut. Padahal hal itu sudah Haidar simpan sendiri sejak lama.

"Apa gue harus cerita?" tanya Haidar pelan, teman-temannya mengangguk dengan semangat.

Haidar menghembuskan napasnya pelan, matanya terpejam beberapa saat sebelum mulai membuka bibirnya untuk bercerita.

"Waktu gue baru masuk sekolah di sini, sepulang MOS gue lewat jalan Anggrek padahal biasanya gue lewat jalan dalem. Gue mau ke rumah Mbah Anggit yang sekarang sering kita tempati,"

"Tengah hutan itu?" tanya David.

"Iyap, yang itu. Di perjalanan gue lihat ada mobil menabrak pembatas jalan, mobilnya terbalik dan mobil itu mengeluarkan asap banyak banget. Gue inget kecelakaannya Mama sama saudara gue, akhirnya gue buru-buru turun dari motor. Dan lari berusaha menyelamatkan mereka. Tapi, saat udah deket mobilnya terbakar. Yang gue lihat waktu itu ada gadis muda dengan anak kecil di pangkuannya gue inget Almarhumah saudara gue. Gue lebih memilih menyelamatkan mereka dulu, gue tarik tubuh mereka walaupun sulit. Mereka berdua udah pingsan, saat udah berhasil keluar baru gue narik pengemudinya." Haidar bercerita dengan mata terpejam, dia mengingat-ingat kejadian dua Tahun yang lalu.

"Pengemudinya cowok?" tanya Iyan semakin penasaran.

"Sayangnya bukan, pengemudinya cewek dan dia hamil. Gue lihat perutnya buncit. Gue narik tubuh mereka menjauh dari mobil, gue takut sewaktu-waktu mobilnya bisa meledak."

"Gue segera menghubungi ambulance, gue takut ada nyawa yang gak bisa selamat. Gue tahu betul rasanya di tinggal orang yang di sayang, dan itu sangat menyakitkan. Waktu ambulance datang, mereka di bawa. Tapi gue gak ikut ke RS."

Haidar tersenyum tipis di akhir ceritanya, dia merasa senang berhasil menyelamatkan seseorang. Tapi, dia juga merasa bersalah karena ada nyawa yang tak bisa selamat.

"Selamat semua, 'kan?" Celetuk Rudi, dia sama penasarannya dengan temannya yang lain.

"Awal-awal gue kira iya, tapi gue salah. Beberapa bulan lalu gue baru tahu kalau pengemudinya meninggal, dalam keadaan hamil."

"Tahu darimana lo?"

"Orang yang gue selametin cerita sama gue, Rey."

Haidar menegakkan duduknya dan menatap teman-temannya dengan senyum tipis. Mungkin teman-temannya tak percaya jika Haidar bercerita masalah pribadi seperti itu.

"Gue suka sama cewek itu dari pertama kali menatap dia dalam kecelakaan, waktu masuk sekolah SMA gue semakin suka. Dia sopan banget, selalu senyum dan gak pernah kasar sama orang lain. Sampai saat ini gue suka sama dia."

Teman-teman Haidar saling pandang sebelum melotot, mereka menatap Haidar tanpa berkedip.

"Jangan bilang kau dia itu ..."

Haidar tersenyum tipis dan mengangguk, dia terlanjur bercerita jadi harus sekalian tuntas. Agar tak menimbulkan penasaran.

"Iya, dia Bella. Gadis yang gue selamatkan saat kecelakaan Bella dan Kakak iparnya. Tapi yang selamat hanya Bella dan keponakannya, karena Kak Angel meninggal. Gue tahu juga baru beberapa bulan lalu, gue kira Kakaknya juga selamat. Ternyata enggak. Bahkan Bella harus mengubur impiannya untuk menjadi model, biar Kakaknya gak inget sama mendiang istrinya. Gue kagum sama Bella. Dia berusaha menekan dirinya sendiri agar orang lain bahagia, padahal banyak gadis yang rela membangkang demi impiannya terwujud."

"Karena itu Bella mau deket sama lo? Karena dia merasa berhutang budi?" tanya Rudi pelan.

"Gue rasa enggak, Bella sama sekali lupa sama kejadian itu. Gue rasa dia hilang ingatan sesaat, dia hanya lupa sama kejadian kecelakaan itu. Saat dia lihat gambaran gue aja dia tanya," Haidar mengeluarkan buku gambarnya dari laci meja sekolah. Lalu membuka di lembar terakhir, di sana ada gambar mobil terbalik dan terbakar. Dan juga gadis dengan anak kecil di pangkuannya.

"Dia Bella, yang gue gambar ini Bella. Gue udah janji gak akan gambar lagi, tapi gue mengingkari hal itu saat inget kecelakaannya Bella."

"Dia sampai sekarang gak tahu, Dar?" tanya Rey.

"Enggak, dia sering mimpi kecelakaan sama persis dengan kejadian yang menimpanya. Bahkan dia juga melihat ada lelaki jangkung yang narik dia, dan itu gue. Bella ngiranya itu mimpi biasa, tanpa dia sadari alam bawah sadarnya berusaha mengembalikan ingatan Bella tentang kejadian itu." Jelas Haidar, teman-temannya masih melihat gambaran tangan Haidar.

"Kenapa Kakak gak jujur dari awal?"

"Bella?" Haidar menatapnya dengan wajah terkejut.

~~~~

Ada pendukung Bella dan Haidar sampai pelaminan?
Jangan lupa vote dan komen,😘
Salam hangat dari author gigi kelinci.🐰

24 Februari 2021.

T̶h̶e̶ S̶e̶c̶r̶e̶t̶ 𝓗𝓪𝓲𝓭𝓪𝓻Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang