Part 48

1.4K 208 7
                                    


Haidar memarkirkan motornya tepat di samping mobil milik Reno, mobil yang selalu terlihat bersih dari mobil-mobil yang lainnya. Hari ini, Haidar tengah berkunjung ke rumah Melvi. Namun tujuannya bukan untuk menemui Bella. Dia ada sedikit urusan dengan keluarga Januarta.

"Gak masuk, Dar?" tanya Nufa dengan senyum manis. Haidar menatap istri Marcel dari atas sampai bawah, ibu tiri dari Ardian tersebut terlihat sangat penyayang kepada anak tirinya.

Terbukti saat ini dia menggendong Ardian yang tengah tidur lelap dengan jempol mungil berada di dalam mulutnya.

"Ini mau masuk, Kak. Kakak darimana?" tanya Haidar balik.

"Mau jemput Marcel di lapangan komplek, cuma gak ada. Kamu nanti kalau sudah berkeluarga jangan seperti Marcel, sudah punya anak dan istri masih ganjen sama janda muda." Haidar terkekeh dan menggeleng pelan.

"Iya, Kak."

Nufa dan Haidar berjalan beriringan menuju rumah utama Melvi, jarak antara parkiran dan rumah memang cukup jauh. Entah siapa yang mendesain rumah Melvi, yang jelas rumah tersebut sangat luas.

"Btw, Bella gak ada di rumah loh. Kamu kesini mau ketemu siapa?" tanya Nufa saat sadar jika adiknya sedang keluar.

"Om Melvi, ataupun yang lain. Tapi yang jelas bukan Bella, Kak." Jawab Haidar sopan.

"Mau bicara masalah tunangan? Jangan buru-buru nikah, Dar. Apalagi masih muda. Marcel yang nikah muda aja nyaris cerai waktu itu," Haidar menaikan sebelah alisnya. Dia tak terlalu tahu kisah hidup Marcel maupun saudara Bella yang lain.

"Gak penting juga sih sebenernya, udah masa lalu juga." Kekeh Nufa pelan.

Haidar mengangguk dan tersenyum tipis, saat sampai di dalam ruang tamu rumah Melvi. Haidar melihat Reno dan Melvi tengah berbincang dengan laptop di hadapannya masing-masing.

"Om?" panggil Haidar pelan. Melvi dan Reno menoleh di susul dengan senyuman.

"Duduk, Dar." Tutur Reno.

Haidar mengangguk dan memilih duduk di samping Reno. Jantungnya berdetak lebih santai saat di samping Reno, berbeda dengannya saat berada di samping Melvi.

"Ada yang mau saya tanyakan, Om."

Melvi menutup laptopnya dan mulai menatap Haidar yang tengah duduk di sofa depannya. Reno juga melakukan hal yang sama, mulai menutup lembar kerjanya.

"Bagaimana kalian tahu kalau saya anak tiri Mama Ewyn, dan saya adalah anak kandung dari mantan istri Om Vano?" tanya Haidar dengan sekali tarikan napas.

Melvi menatap Reno dengan anggukan pelan, Reno yang mendapat isyarat dari papanya berdecak kesal. Kenapa juga harus dia yang menjelaskan semuanya, kenapa bukan Melvi saja yang tahu duduk perkaranya.

"Beberapa minggu lalu saat papamu pulang dari Singapura, kita melihat dia tengah menggendong seorang balita. Mungkin itu anaknya, tepat saat itu juga saya dan Papa tengah menjemput Sagara dan Om Vano. Saat melihat Argi, Om Vano berkata jika Haidar dulu saat di tinggalkan Om Vano sebesar anak itu. Kita terkejut tentu, kita semua tak pernah tahu alasan Om Vano dan Tante Dewi bercerai. Setahu kita Om Vano terlalu banyak bekerja jadi Tante meninggalkannya dan fokus merawat dirinya sendiri dengan menjanda. Tapi ternyata salah, Om Vano menutupi semua kebusukan Tante yang saat itu tengah menikah dengan Papamu, Dar." Jelas Reno.

"Maksudnya?" tanya Haidar semakin bingung.

"Begini, dulu saat Dewi hamil kamu. Dia menggugat cerai Vano, kita semua tak tahu betul apa alasan Vano menerima perceraian itu. Yang jelas saat itu Vano hanya berkata 'itu semua untuk kebaikan Dewi dan kandungannya' tanpa kita semua tahu jika anak yang ada di kandungan Dewi bukan anak Vano. Melainkan anak orang lain, yaitu Argi Papamu. Dewi meminta cerai saat dia sudah mendapatkan anak perusahaan milik Vano dengan dalih ngidam, gila bukan seorang ibu ngidamnya ingin memiliki hak sebuah perusahaan besar. Vano menurutinya dan mengatas namakan perusahaan itu atas nama Dewi. Awalnya hanya atas nama, lama-lama menjadi seperti ini."

T̶h̶e̶ S̶e̶c̶r̶e̶t̶ 𝓗𝓪𝓲𝓭𝓪𝓻Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang