Part 47

1.4K 209 8
                                    

Vano, Haidar dan Sagara duduk berhadapan di cafe milik Ava. Haidar yang masih menatap Vano dan Sagara segera merubah ekspresinya saat mendengar dehaman dari bibir Vano.

"Kamu sudah mendengar tadi malam, kalau Sagara ini kakakmu bukan?" tanya Vano dengan senyum lembut. Haidar mengangguk pelan, namun dia masih tak terlalu mengerti bahkan sangat tidak mengerti.

Karena tadi malam saat akan menjelaskan, Ava berlari tergopoh-gopoh dengan wajah panik. Lantaran anak Marcel demam tinggi, akhirnya mereka semua harus merubah rencana awal. Merubah rencana yang seharusnya memperkenalkan Haidar pada keluarganya yang lain.

Vano menyandarkan tubuhnya ke bantalan kursi, sedangkan Sagara tetap menatap Haidar dengan senyum tipis. Dia tipe lelaki cuek, tapi tak dingin juga seperti Haidar maupun Melvi. Dia hanya tak terlalu suka berbicara hal tak penting.

"Ibumu, mantan istri saya. Dan dia meninggalkan saya saat dia ketahuan selingkuh dan mengandung kamu, Haidar. Saya kira dulu kamu itu anak saya, sampai pada akhirnya dia mengaku kalau dia sudah berselingkuh dan hamil kamu." Ujar Vano pelan, terlalu sakit menceritakan masa lalu yang sudah di kubur dalam-dalam.

Tapi dia harus tetap bercerita agar Haidar tak merasa sendiri, agar dia tahu kalau dia juga masih punya saudara.

"Mama Ewyn?" tanya Haidar. Vano dan Sagara tersenyum lembut lalu menggeleng.

"Kamu bukan anak Ewyn, dia ibu tirimu."

Deg,

Jantung Haidar seakan berhenti berdetak, kenapa fakta yanga sangat mengejutkan tersebut harus hadir di dalam hidupnya. Apakah Tuhan masih belum memiliki rasa kasihan terhadapnya, sampai-sampai Tuhan memainkan takdirnya serumit ini.

"Lalu?"

"Ibumu atau mantan istri saya bernama Dewi. Dia perempuan sangat baik, sangat cantik bahkan memiliki kebaikan hati luar biasa. Tapi satu hal sifat buruknya yang sangat saya tak suka, dia tak bisa hanya menerima satu perhatian dari seorang lelaki. Dia butuh perhatian lebih dari lelaki, dan saya sangat sibuk Haidar. Saya pagi sampai sore di kantor, malam kadang juga masih bekerja. Saya hanya tak mau anak saya tak punya apa-apa nantinya, saya tak mau saat anak saya meminta jajan ataupun mainan saja harus tawar menawar dengan penjual. Saya sangat tak mau, maka dari itu saya bekerja sangat keras. Tapi, apa yang saya harapkan dan saya perjuangkan berbanding terbalik dengan apa yang ibumu inginkan."

"Dia ingin di perhatikan, dia ingin di manja, tapi saya tak faham dengan itu semua. Memang awal masalah datang dari saya karena saya terlalu sibuk. Tapi dia juga tak pernah jujur dan berkata apa yang dia inginkan, dia hanya berkata 'aku bisa bahagia dengan caraku sendiri' saya kira caranya dengan shoping, jalan-jalan ataupun berkumpul dengan temannya. Tapi saya salah, dia membahagiakan diri sendiri dengan cara selingkuh."

Air muka Haidar menegang seketika, jadi dia anak hasil perselingkuhan. Jadi sifat bajingan milik Argi sudah ada sejak muda. Haidar tak habis fikir dengan jalan hidupnya.

"Jadi ibu saya?"

"Ya, saya tahu apa yang kamu fikirkan, Haidar. Kita terlahir dari rahim yang sama, dari perempuan yang sama. Tapi kita lahir dari cinta lelaki yang berbeda. Walaupun begitu, kamu tetap adikku." Jelas Sagara dengan senyum manis.

"Ewyn bukan Mamamu, dia perempuan yang di nikahi Argi setelah 3 bulan kepergian Dewi."

"Kenapa Bu Dewi bisa meninggal?" tanya Haidar dengan getaran jantung tak dapat terkontrol lagi.

"Dia mempertaruhkan nyawanya demi melahirkan anak tampan yang saat ini duduk di hadapan saya, Haidar." Ujar Vano, tatapan mata sendu dan mata berwarna kemerahan.

Air mata yang dia tahan akhirnya turun tanpa bisa dia kontrol. Kenangan indah bersama Dewi di masa lalu membuatnya rapuh lagi. Nyaris dua puluh Tahun dia memendam lukanya, tapi kini kembali terasa sangat menyakitkan ketika melihat Haidar.

Di sisi lain, tubuh Haidar lemas seketika. Dia tak menyangka jika ibu kandungnya sudah tiada, dia kira Ewyn adalah ibu kandungnya. Saat ini, Haidar tahu betul kenapa Ewyn sangat membencinya. Dia tahu alasan Ewyn memiliki rasa benci yang sangat dalam, itu semua karena Haidar bukan darah daging Ewyn. Dan semua pertanyaan besarnya sudah terjawab karena dia mengenal Bella.

"Seharusnya saya benci mendengar fakta ini, Om. Tapi hati saya juga merasa lega. Ternyata saya masih punya saudara, saya masih punya keluarga selain Arga."

Sagara tersenyum manis dan mengangguk, dia dulu saat mendengar cerita tentang Haidar dari Vano lelaki dua puluh empat Tahun tersebut ingin sekali menghajar Arga. Namun kata Vano semua belum waktunya.

"Kalau kanu butuh tempat berkeluh kesah, kamu sudah tahu kemana harus pergi. Kalau kamu butuh tempat untuk mengadu tentang kejamnya dunia ini, saya selalu siap menjadi tempat berbagi tentang apapun Haidar. Ingat, kamu masih punya saya, Papa Vano, dan keluarga Bagaskara maupun Januarta. Kita semua keluarga, kita semua akan memperjuangkan apa yang memang sudah menjadi hak kamu."

"Apakah saya boleh memanggilmu Kakak?" tanya Haidar menatap mata Sagara.

Sorot mata penuh luka, sakit hati yang dia pendam selama ini terasa kembali memunculkan darah segar seperti sedia kala.

"Tentu, karena aku memang Kakakmu. Temui aku kapanpun kau mau, temui aku dimanapun sesuai keinginanmu." Jawab Sagara tanpa berfikir panjang.

"Haidar, jika ada masalah apapun di dalam hidupmu. Datanglah kerumah kita, karena itu rumahmu juga. Atau kamu bisa datang ke rumah Melvi, pintu kita semua terbuka lebar untukmu." Haidar mengangguk dan tersenyum tipis.

Keluarga baru, fakta baru, kehidupan baru dan semuanya akan menjadi kisah baru.

"Boleh aku bertanya tentang satu hal?" tanya Haidar sedikit ragu. Vano dan Sagara saling pandang sebelum mengangguk, tatapan mata Haidar yang sangat teduh membuat Vano dan Sagara melihat duplikat seorang Dewi.

"Kenapa kalian tak membenciku? Seharusnya kalian membenciku karena aku lahir dari hubungan gelap, karena ku rumah tangga anda hancur. Karenaku juga Kak Sagara kehilangan keluarga yang seharusnya masih utuh."

Vano terdiam beberapa saat, entah dia harus berbicara atau hanya menjawab pertanyaan Haidar dengan senyuman menenangkan.

"Haidar, saya selalu mengajarkan Sagara agar punya belas kasih terhadap orang lain, saya selalu mengajarkan kepada Sagara agar dia tak pernah memiliki dendam dengan orang lain, saya selalu mengajarkan Sagara untuk tak pernah melihat masa lalu seseorang, Haidar. Jika saya mengajarkan hal semacam itu kepada Sagara, lalu saya membencimu dengan alasan kau terlahir dari hasil hubungan gelap. Apa yang saya ajarkan pada Sagara tak ada hasilnya, dia tak akan mempercayai saya lagi karena ucapan Ayahnya saja tak bisa di percaya. Bagaimana bisa dia menerapkan hal yang saya ajarkan jika saya tak melakukan apa yang saya ucapkan kepadanya." Jelas Vano.

"Saya dan Papa tak tahu kebaikan mana yang akan merubah kehidupan kita di masa depan, jika kita masih bisa berbuat baik kita akan melakukan hal baik. Jika kita hidup hanya bernapas, makan dan bekerja. Hidup kita di dunia ini akan sia-sia, tanpa ada cerita membanggakan di masa tua. Kita tak akan membiarkan sanak saudara kita hidup menderita di depan mata kita, Haidar. Kita akan memperjuangkanmu apapun resikonya nanti, walaupun harus ke jalur pengadilan dengan Argi." Senyum manis Sagara membuat Haidar menangis untuk pertama kalinya di hadapan orang lain.

"Hiduplah berbahagia Haidar untuk saat ini dan kedepannya,"

~~~~

Jangan lupa vote dan komen,😘
Salam hangat dari author gigi kelinci.🐰

15 Juni 2021.

T̶h̶e̶ S̶e̶c̶r̶e̶t̶ 𝓗𝓪𝓲𝓭𝓪𝓻Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang