Lelaki jangkung dan masih terlihat tampan di usia tuanya tersebut tengah membaca koran di teras rumah. Matanya fokus pada setiap bait kata yang memuat sebuah berita mingguan, berita yang selalu menjadi bacaan terbaik bagi Melvi.
Dia lebih memilih membaca berita daripada novel ataupun kisah di dalam buku cerita. Berbeda dengan Ava, ibu hamil tersebut masih suka membaca novel. Bahkan dia semakin sering membaca novel.
Namun, Ava akan mengorek informasi tentang kejadian kriminal atau apapun dari Melvi. Menurut Ava jika dia yang membaca sendiri suka bingung apalagi kata-katanya yang sangat banyak. Tapi, kalau Melvi yang memberikan informasinya. Pasti akan di ambil inti-intinya saja. Cukup pintar memang.
Melvi masih terus membaca koran yang ada di genggamannya, tatapan mata tajam milik Melvi tak beralih sedikitpun dari rentetan tulisan di sana. Sampai suara deru motor cross membuatnya menoleh.
Lelaki tampan, hidung mancung dengan perawakan tubuh sangat tinggi tersebut membuat Melvi tersenyum tipis. Dia tahu siapa dia, Haidar. Lelaki yang datang tersebut memang Haidar. Teman spesial anak gadisnya.
"Om?" panggil Haidar saat sudah berada di dekat Melvi.
Melvi tersenyum dan mengangguk, saat tangan Melvi bersalaman dengan Haidar. Rasa dingin dan getaran tangan Haidar membuat Melvi mengernyitkan dahi heran.
"Kamu kenapa?" tanya Melvi pelan.
Haidar menarik napasnya dalam, matanya terpejam beberapa saat sebelum kembali menatap wajah Melvi. Tanpa aba-aba, Haidar ambruk di lantai dan memeluk kedua kaki Melvi.
"Kamu kenapa, Dar? Ayo bangun." Ujar Melvi khawatir.
Tangan Melvi menarik tubuh Haidar agar lelaki tersebut bangkit dari posisinya. Namun, Haidar menggeleng dengan air mata semakin gencar keluar.
"Haidar? Ada apa, Nak?" tanya Ava tak kalah khawatir dengan Melvi.
Perempuan paruh baya tersebut menarik tubuh Haidar pelan. Melihat tatapan sayu Ava, akhirnya Haidar bangkit dari posisinya. Ava mengusap air mata Haidar dengan gerakan lembut.
"Maaf, Tan. Maaf untuk semuanya." Isak Haidar pelan. Ava mengerutkan dahinya heran, dia merasa Haidar tak ada salah dengannya.
"Maaf kenapa?" tanya Ava heran.
Belum sempat Haidar menjawab, deru suara mobil dari arah gerbang membuat mereka menoleh. Mobil CRV putih milik Marcel memasuki halaman rumah Melvi.
Lelaki jangkung turun dengan dua gadis yang sama-sama cantik namun beda usia. Nufa berjalan di samping Marcel dengan Ardin di gendongannya. Balita tampan tersebut bersandar nyaman di pelukan calon ibunya.
"Kak Haidar?" ujar Bella dengan mata melotot.
Haidar menoleh dengan senyum lembut, wajah sembab Bella dengan satu tangkai bunga mawar merah yang ada di genggamannya membuat Haidar semakin tersenyum. Entah apa yang menjadi penyebab senyum Haidar.
"Kakak kenapa?" tanya Bella sembari berjalan mendekat ke arah kakak kelasnya. Haidar menggeleng dengan senyum masih terpatri di wajahnya.
"Ayo ke dalam, kita bahas semuanya di dalam rumah." Ajak Marcel, tangan kanannya merangkul pinggang ramping Nufa. Sedangkan tangan kirinya mengusap rambut putra semata wayangnya.
Melvi dan Ava saling tatap saat melihat interaksi Nufa dan Ardin. Di dalam mata Nufa, Ava melihat ada kebencian besar kepada Angel. Tapi, Ava juga melihat jika Nufa sangat menyayangi Ardin.
Kebencian Nufa kepada Angel bukan tanpa sebab, kisah masa lalu lah yang menyebabkan Nufa semakin membenci sosok Angel.
"Ayo, Nak." Ujar Ava sembari merangkul lengan Haidar. Melvi tersenyum tipis dan mengikuti langkah kaki anak dan istrinya.
Sampai di ruang keluarga, Haidar duduk bersebelahan dengan Bella. Sedangkan Melvi, Ava dan Marcel duduk di sofa yang berada tak jauh dari Haidar.
"Kamu kenapa?" tanya Melvi dingin, aura intimidasi yang di miliki Melvi sangat kuat membuat Haidar memejamkan kedua matanya sebelum berdeham.
"Maaf sebelumnya, kalian mengingat kecelakaan yang di alami Bella sekitar dua Tahun lalu? Yang mengakibatkan Kak Angel harus meregang nyawa."
Melvi, Ava dan Marcel saling pandang dan mengangguk. Tatapan matanya tak lepas dari sosok lelaki jangkung yang berada di atas sofa bersama anak gadisnya.
"Maaf, karena saya tak berhasil menyelamatkan Kak Angel. Yang berhasil saya selamatkan hanya Bella dan Ardin, saya juga tak tahu kalau Kak Angel tengah mengandung saat itu. Saya benar-benar meminta maaf atas kejadian tempo lalu."
Melvi dan Ava tersenyum manis, sedangkan Marcel menegang mendengar ucapan Haidar. Dia sama sekali tak tahu tentang siapa yang menyelamatkan adiknya dari kecelakaan tersebut.
Ava menghembuskan napasnya panjang, senyum lembutnya terukir sembari bangkit dari duduknya. Dia berjalan pelan ke arah Bella dan Haidar.
"Nak, apapun yang sudah kamu lakukan saya benar-benar berterima kasih. Kalau bukan karena kamu mungkin Bella sudah tak ada, kalau bukan karena kamu saya pasti sudah kehilangan cucu saya. Mungkin, garis hidup Angel memang sudah seperti itu. Kamu tak perlu merasa bersalah. Karena keluarga kami berhutang budi sama kamu."
Haidar menatap wajah Ava tanpa berkedip. Bukan karena ucapannya, tapi wajah Ava yang terlihat sangat tenang membuat Haidar bingung. Bukankah dia seharusnya terkejut mendengar pernyataan Haidar tadi.
Bahkan Melvi juga sangat tenang. Berbeda dengan Marcel, wajah Marcel terlihat begitu menegang dengan napas tak beraturan. Tatapan matanya memang mengarah pada Haidar, tapi sorot matanya kosong.
"Kami sudah tahu semuanya, Reno bercerita tentang kamu dan maaf, silsilah keluarga kamu. Bukan tanpa sebab kami membuka pintu sangat lebar untuk kamu masuk ke rumah ini. Semua karena kami tahu jika kamu adalah lelaki baik, kamu lelaki yang menyelamatkan nyawa putri saya. Dan diam-diam mencintai Bella dengan tulus." Tutur Melvi dengan senyum sangat lembut.
"Haidar, satu titik hitam di hidupmu. Bukan berarti akan menjadi penghambat kebahagiaan dan kesuksesan kamu di masa depan. Selalu ada hal positif di samping hal negatif, selalu ada kebaikan di dala diri manusia walaupun di balut dingin dan datarnya wajah kamu." Jelas Ava, tangannya mengusap punggung tangan Haidar yang masih bergetar dan mengeluarkan keringat dingin.
"Kamu boleh memiliki kisah hidup yang menyedihkan karena keluargamu. Tapi, kamu juga akan memiliki kisah hidup yang indah dari keluarga lain. Bukan tak mungkin jika kamu mau berusaha dan berdo'a, jika sekarang tak ada keluarga lain yang memperlakukanmu dengan baik. Kamu harus menciptakannya sendiri di keluargamu kelak."
"Jika kamu pernah merasakan sakitnya penghianatan dari seorang ayah, kamu tak boleh melakukan hal yang sama di keluargamu kelak. Jika kamu pernah merasakan patah hati terhebat karena hancurnya keluargamu, kamu tak boleh menghancurkan keluargamu sendiri di masa depan. Jangan jadikan sakit hatimu menjadi ajang balas dendam. Tapi, jadikan kisah pahitnya hidupmu menjadi pelajaran dan gambaran. Bahwa apa yang mereka lakukan itu salah." Imbuh Melvi dengan senyum manis.
Haidar menunduk dan menatap ujung sepatunya, matanya terpejam beberapa saat.
"Apakah ada keluarga yang mau menerima seorang lelaki dari keluarga retak, ayah tukang selingkuh dan ibu gila. Apakah masih ada, Om?" gumam Haidar dengan isakan pelan.
"Kami tak pernah memandang seseorang dari masa lalu, kami juga tak pernah memandang seseorang dari buruk keluarganya. Kami memandangnya dari dirinya sendiri, keteguhan hatinya, kebaikan sifat dan sikapnya. Bukan kisah buruk orang tuanya, Haidar." Tutur Ava dengan senyum sangat manis.
~~~
Berapa lama gak up? Ada yang masih menunggu?
Jangan lupa vote dan komen.😘
Salam hangat dari author gigi kelinci.🐰09 Maret 2021.
KAMU SEDANG MEMBACA
T̶h̶e̶ S̶e̶c̶r̶e̶t̶ 𝓗𝓪𝓲𝓭𝓪𝓻
Fiksi Remaja~ Zona baper!!! Arbella Atania Januarta, atau yang sering di panggil Bella. Gadis muda dengan tingkat kesopanan dan kelembutan luar biasa. Gadis yang di juluki Miss Perfect oleh anak SMA Bina Bakti. Alister Haidar Mahikam, ketua osis SMA Bina Bakti...